Dark
Light

Platform Pembayaran ‘Menyerang’ Pasar Asia

1 min read
March 27, 2012

Anda mungkin akan mengeluh ketika saya menyebutkan ‘platform pembayaran’, namun melihat berbagai perkembangan yang terjadi, platform ini semakin dilirik hari demi hari, dengan pemain baru yang mempelajari pasar sambil secara diam-diam menyiapkan produk mereka untuk membantu orang bertransaksi online. Beberapa layanan di segmen ini adalah PayPal Here atau Square.

Swiff, perusahaan yang berbasis di Singapura mencoba untuk melakukan hal yang serupa dengan apa yang dilakukan oleh Square untuk pasar U.S. Pada dasarnya, Swiff memberikan fasilitas yang memungkinkan orang biasa menerima pembayaran kartu kredit menggunakan ponsel mereka. Meskipun mereka tidak benar-benar membuat sebuah terobosan, mereka mencoba mengubah cara orang dalam bertransaksi, setidaknya di wilayah Asia.

Di U.S., Square diterima dengan cukup baik oleh para merchant dan bahkan berhasil mendapatkan pendanaan sebesar $169 juta dari berbagai VC dan investor strategis seperti Visa. Dan tentu saja Square dapat dengan mudah mengalahkan Swiff ketika mereka memutuskan untuk berekspansi ke Asia, dengan Visa yang mendukung mereka, hal ini hanya tinggal menunggu waktu saja.

Sebagai pesaing, Swiff memiliki banyak keuntungan ketika mereka memutuskan untuk mendukung Android dari pada menjadikan layanannya secara eksklusif untuk perangkat iOS. Banyak analisis yang bertaruh bahwa Android akan bertumbuh lebih besar di Asia, dimana harga menjadi faktor penting di emerging market seperti India, China, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Dan ini memberikan aplikasi Swiff untuk Android popularitas lebih di pasar tersebut.

Perusahaan pembayaran lain juga mempelajari kemungkinan untuk berekspansi ke pasar Indonesia, kami mendapatkan informasi dari beberapa sumber. VCPay adalah perusahaan berbasis di New Zealand yang menyediakan layanan one-time virtual credit card yang membantu pengguna melakukan transaksi online secara lebih mudah dan lebih aman.

Cukup masuk akal jika VCPay akan melakukan ekspansi ke Indonesia, karena tingkat adopsi kartu kredit yang rendah namun minat yang cukup besar untuk belanja online. Belum lagi pasar lain seperti Vietnam dan Thailand, atau pasar yang lebih matang seperti Singapura dan Jepang.

Apakah perusahaan pembayaran akan mendapatkan perhatian di Asia atau salah satu dari mereka akan mati secara cepat, masih menarik untuk diperhatikan. Tetapi melihat gap yang cukup besar dari layanan pembayaran online di Asia, masih ada ruang untuk eksperimen dan beberapa negara merupakan tempat ideal untuk melakukan ujicoba platform sebelum memasuki pasar yang lebih besar.

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

4 Comments

  1. Saya jadi ingat, pernah baca artikel di sini atau share tautan di FB tentang mata uang virtual ini. Apakah kira-kira kasusnya akan sama dengan uang fisik? Akankah kita bisa membeli produk di toko A yang menggunakan uang virtual dari platform A1 dengan menggunakan uang virtual dari platform B1? Kalau bisa sepertinya harus ada konversi mata uangnya ya?

  2. Hmm.. kalau ingat ini, gue ingat waktu itu gue mau riset ini make salah external device yang square pake dan di pasang di jack microphone..  😀 

  3. sejujurnya gw udah pernah coba garap ide mobile payment model ginian dan berbagai macam model lainnya. Sudah juga konsultasi dengan mantan petinggi salah satu bank di indonesia. Dan setelah sana sini dan proses selama 2 bulan untuk refine ide dan possibilitiesnya.

    Ketemu jg jawaban kenapa hal spt ini, gak bisa dikerjain di indo. byk faktor yg membentur. makanya Kaspay, iPaymu, mgkn belum bisa untuk integrate dgn kartu kredit scr seamless spt paypal.
    salah satu faktor tsb, tentu masyarakat indonesia sudah umum tau, mengenai masalah “kepentingan” org2 dalam bank, mental gak mau resiko org2 bank, paranoid org2 bank, kalau gw ikut jasa layanan lu – apa yg lu bisa kasih ke gw?, bukan masalah gak bisa tp semua masalah “modal”. How do you have to bargain? Who are you to talking to me? How much can I get?

    well, kalau perusahaan besar yang masuk yah tentu bisa.

  4. Selama itu masih berbau credit card, hopeless buat pasar indonesia #offense

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Jakarta Founder Institute starts accepting startups for summer class

Next Story

Instagram Untuk Android: Akankah Berhasil atau Gagal?

Latest from Blog

nubia V60 Design Hadir di Indonesia

ZTE Mobile Devices Indonesia secara resmi memperkenalkan smartphone terbarunya, nubia V60 Design di Indonesia. Smartphone ini dirancang dengan menghadirkan estetika dan teknologi,

Don't Miss

Indepay

Indepay Hadir Tawarkan Pengalaman ala “Social Commerce” di Layanan Fintech

Pandemi Covid-19 telah mendorong perubahan signifikan pada perilaku masyarakat, dari

ASUS Umumkan Online Store, Belanja Laptop Bisa Langsung dari Website Resmi ASUS Indonesia

Saat hendak membeli gadget, baik smartphone, laptop, atau yang lain.