Dark
Light

Fokus Digitalisasi Sekolah, Pintro Siapkan “Marketplace Lembaga Pendidikan”

1 min read
November 8, 2019
Pintro menawarkan SaaS manajemen sekolah siap pakai yang model bisnisnya berbasis transaksi
Pintro menawarkan SaaS manajemen sekolah siap pakai yang model bisnisnya berbasis transaksi

Pesatnya pertumbuhan dunia digital dan teknologi telah mendorong inovasi dari berbagai sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan. Menurut perhitungan Kemendikbud, ada 300 ribu sekolah di Indonesia dengan 45 juta siswa/i. Sementara itu, terdapat lebih dari 4 ribu universitas di Indonesia dengan 7 juta mahasiswa.

Pintro, sebagai salah satu pemain di sektor ini, mencoba memberi terobosan dengan menghadirkan sebuah “marketplace lembaga pendidikan”, khususnya transformasi pengelolaan manajemen sekolah berbasis SaaS.

Founder dan CEO Pintro Syarif Hidayat kepada DailySocial menyampaikan, “Selama lebih dari sepuluh tahun kami telah mengembangkan solusi di sektor pendidikan. Kami merasa sudah cukup matang dari sisi teknologi dan sistem, sehingga ketika harus melakukan integrasi, prosesnya akan lebih seamless.

Bentuk layanan

Sebelumnya PT Indoglobal Nusa Persada adalah perusahaan IT yang fokus pada solusi back end di lembaga pendidikan. Kurang lebih tiga tahun terakhir, mereka mulai masuk ke ranah front end. Pintro sendiri merupakan brand yang baru diperkenalkan di awal tahun 2019.

Pintro merupakan platform digital aplikasi sistem tata kelola administrasi dan manajemen lembaga pendidikan modern berbasis SaaS yang mengintegrasikan semua layanan pendidikan dalam satu dashboard. Melihat industri teknologi finansial yang semakin berkembang, mereka mencoba mengintegrasikannya dengan fitur yang tersedia di dalam platform berbentuk solusi e-payment.

Ada dua jenis produk yang ditawarkan. Yang pertama adalah co-brand, sebuah solusi all-in-one untuk memfasilitasi transformasi digital di berbagai lembaga pendidikan. Beberapa fitur andalan mereka adalah smart dashboard serta pembayaran berbasis QR Code dan multi-channel.

Saat ini mereka sudah melayani 200 sekolah, dengan skema co-branding, di lingkup pulau Jawa dan Sumatra, termasuk Al-Azhar dan ESMOD Jakarta.

“Karena birokrasi sekolah negeri yang cenderung lebih kompleks, saat ini kami baru menargetkan sekolah swasta untuk sebanyak-banyaknya bisa segera menggunakan layanan kami,” tambah Syarif.

Yang kedua adalah marketplace lembaga pendidikan yang diperkenalkan awal bulan Oktober 2019. Fitur ini bersifat gratis di depan untuk setiap lembaga pendidikan yang menggunakannya. Pintro mengenakan fee untuk setiap transaksi yang terjadi, misalnya penggunaan fitur pembayaran uang sekolah. Dibanding versi co-branding, ada beberapa fitur yang dibatasi.

Diklaim sudah ada puluhan lembaga pendidikan di sekitar Jabodetabek yang bergabung dalam platform marketplace ini dengan 3000 murid pengguna. Beberapa fitur yang telah tersedia di platform marketplace ini yaitu, e-enrollment, e-payment, e-billing, e-bookstore, e-classroom, dan e-communication.

Rencana tahun 2020

Di sisi produk, tim Pintro akan melengkapi fitur yang ada di dalam platform marketplace mereka dengan menambahkan fitur edumart serta edu-donation. Edumart sendiri akan berisi penawaran-penawaran terkait kebutuhan dunia pendidikan, bekerja sama dengan lembaga yang ada di sekolah seperti koperasi. Sementara itu e-donation adalah fitur donasi pendidikan yang bertujuan untuk membantu anak-anak yang ingin mendapatkan pendidikan lebih baik serta membangun infrastruktur pendidikan di pelosok.

Perusahaan juga telah bekerja sama dengan lembaga keuangan non-bank, seperti BFI, dalam ranah pengembangan infrastruktur lembaga  pendidikan, dan Pintek yang menyasar orang tua murid dengan kampanye “School Now, Pay Later”.

“Sehingga pada akhirnya bisa terbentuk satu ekosistem pendidikan yang saling terintegrasi,” pungkas Syarif.

Application Information Will Show Up Here
LinkAja mulai uji coba fitur syariah di dalam aplikasi. Perusahaan juga berencana menggalang pendanaan Seri B tahun depan menggaet investor eksternal
Previous Story

LinkAja Mulai Uji Coba Fitur Syariah

Teknologi saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia. Harus dimaknai sebagai budaya untuk pengembangan diri dan kompetensi
Next Story

Memaknai Peran Teknologi untuk Membantu Menyelesaikan Masalah Pendidikan di Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Gelar Pameran Teknologi Edukasi, Organisasi SEAMOLEC Tanda Tangan MOU dengan MODA

Salah satu fokus yang ingin dicapai pada pameran Smart City
Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan