Dark
Light

Pinjaman Bank dan Dana Bergulir Jadi Alternatif Pembiayaan untuk Startup

2 mins read
September 23, 2016

Masih di hari pertama Festival Kreatif Ideafest 2016, Bekraf kembali mengadakan sesi diskusi dan tanya jawab untuk membantu pelaku startup mendapatkan informasi yang relevan dan akurat. Sesi yang dipandu Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog Krisna Kusuma mengambil tema “Bank Loans For Startup, Yes or No?” menghadirkan tiga nara sumber yang berasal dari pihak bank dan pemerintah, yaitu Senior VP Intitutional Banking Group Bank DBS Winarti, Direktur Bisnis LPDB KUMKM Warso Widanarto, dan VP Small Business Divison PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Arief Surarso.

Pendiri startup perlu menerapkan disiplin administrasi

Dalam presentasinya Arief menjelaskan alasan mengapa pihak bank masih sungkan untuk memberikan pembiayaan kepada startup yang kebanyakan berbasis digital di Indonesia. Alasan utama yang disampaikan Arief adalah orientasi pendiri startup yang kebanyakan masih hanya mengacu kepada hasil namun masih sangat lemah dalam hal administrasi.

“Pihak bank dalam hal ini menuntut kepada pihak startup untuk bisa memberikan laporan keuangan serta data terkait yang bisa dipertanggung jawabkan oleh startup. Hal tersebut tentunya sulit untuk direalisasikan oleh startup yang masih berusia belia,” kata Arief.

Namun demikian dalam kesempatan tersebut Arief juga menyebutkan startup yang telah terbukti bisa mendapatkan pendapatan dalam waktu minimal 6 bulan menjalankan usaha, dan pastinya bisa memberikan laporan keuangan yang rapi dan lengkap, kemungkinan besar bisa mendapatkan kesempatan pembiayaan dari bank.

“Saat ini sudah ada e-commerce yang merekomendasikan merchant-nya untuk mendapatkan pembiayaan dari bank BNI, tentunya semua berada dalam naungan e-commerce tersebut,” kata Arief.

Dalam waktu dekat BNI akan mengumumkan kerja sama dengan dua layanan e-commerce terbesar di Indonesia dalam hal pembiayaan untuk merchant terkait. Hal tersebut dinilai lebih bisa dilakukan dan terbuka untuk pelaku startup.

Aplikasi mobile bantu pelaku startup terkoneksi

Turut hadir sebagai nara sumber adalah perwakilan dari bank internasional yaitu DBS. Sebagai salah satu bank internasional yang sudah melayani nasabahnya di Indonesia sejak tahun 1986, DBS mengklaim komitmen untuk membantu UKM dalam hal pembiayaan hingga networking.

“Pada dasarnya posisi kami sebagai bank adalah mitra dari pelaku startup, untuk itu startup yang ingin mendapatkan pembiayaan dari bank wajib untuk memiliki badan hukum dan legalitas serta laporan keuangan minimal 3 tahun berjalannya usaha,” kata Winarti.

Pendekatan lain yang kemudian dilancarkan oleh DBS adalah dengan meluncurkan aplikasi DBS Business Class yang saat ini sudah bisa diunduh di Android dan iOS. Dalam aplikasi ini nasabah bank DBS atau yang belum menjadi nasabah, bisa bergabung, bertanya dengan pakar serta mendapatkan informasi seputar startup, UKM di seluruh Indonesia.

“Tujuan kami meluncurkan aplikasi DBS Business adalah memberikan kesempatan semua orang terkoneksi dengan sesama pelaku hingga pakar yang bisa membantu menjalankan bisnis startup,” kata Winarti.

Ditambahkan juga Winarti, selain pihak bank dan pelaku startup, kalangan venture capital juga turut serta memberikan bantuan dalam bentuk konsultasi dan pengetahuan, salah satunya yaitu Managing Director Kejora Ventures Andy Zain.

Pinjaman dana bergulir LPDB

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan pula Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) yang memberikan kesempatan kepada pelaku startup untuk mendapatkan pembiayaan dalam jumlah mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 10 miliar. Mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, dalam hal ini LPDB memberikan pinjaman dengan suku bunga sangat rendah dan mendukung perekonomian UKM di Indonesia.

“Berbeda dengan bank serta venture capital, skema pinjaman dalam bentuk dana bergulir tidak menganut model equity participation, karena semua harus ditagihkan kembali kepada LPDB, untuk itu diperlakukan peraturan yang harus ditaati oleh peminjam,” kata Warso.

Tidak berbeda jauh dengan persyaratan yang diterapkan oleh bank, LPDB juga memberikan kesempatan kepada startup yang sudah mengalami pertumbuhan dan pendapatan sedikitnya 3 tahun telah menjalankan usaha, memiliki laporan keuangan 2 tahun terakhir dan minimal sudah mendapatkan keuntungan 1 tahun terakhir.

“Kami memberikan kesempatan kepada startup yang bergerak di bidang F&B, akomodasi, perjalanan wisata, permainan interaktif untuk mencoba pinjaman LPDB dengan bunga 5% per tahun sliding [rate],” kata Warso.

Peranan Bekraf dalam hal pembiayaan

Kesimpulan yang kemudian dihasilkan dari sesi diskusi ini adalah hanya startup yang telah berhasil mendapatkan traksi dalam waktu 3 tahun terakhir yang bisa mencoba pembiayaan melalui bank atau dana bergulir. Dengan metode yang konvensional bagi startup yang baru mulai berjalan, disarankan untuk mencoba melalui venture capital, hingga tahap pendanaan selanjutnya dan memenuhi kriteria yang ditentukan bisa mencoba pembiayaan melalui bank atau LPDB.

“Dalam hal ini Bekraf juga berencana untuk membantu pelaku usaha kreatif yang membutuhkan pinjaman dengan meluncurkan KUR Bekraf kepada semua pelaku usaha kreatif di Indonesia,” tutup Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog Krisna Kusuma.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Ideafest 2016

Previous Story

GDILab Umumkan Perolehan Investasi dari Angel Investor

Next Story

Layanan Nebeng GrabHitch Siap Beroperasi di Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss