Terlepas dari segala isu dan juga hiruk pikuk yang terjadi saat ini, sejatinya industri e-commerce di Indonesia kini sedang dalam masa pertumbuhan yang baik dan menunjukkan prospek yang cerah ke depannya. ICD pun memprediksikan bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% hingga akhir tahun 2015 ini. Hal tersebut membuat setidaknya delapan perusahaan, di bidang ritel, barang konsumsi, telekomunikasi, teknologi, alat berat, dan wisata, memperluas usahanya ke segmen jual beli online (e-commerce).
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia menyimpan potensi yang besar bagi industri e-commerce saat ini, terutama karena Indonesia menyimpan lebih dari 80 juta penduduk dengan akses internet. Berdasarkan data riset ICD, pertumbuhan e-commerce di Indonesia dapat mencapai 42 % selama periode 2012-2015. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%).
Sementara itu, riset dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan Taylor Nelson Sofres (TNS) memperkirakan bahwa nilai transaksi elektronik di Indonesia bisa mencapai 25 miliar Dollar (setara 300 triliun Rupiah) pada 2016 nanti. Angka tersebut melonjak tiga kali lipat jika dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 8 miliar Dollar.
Kini, setidaknya ada delapan emiten Indonesia yang mulai merambah industri e-commerce menyusul prospek cerah tren belanja online yang ditunjukkan di Indonesia. Delapan emiten tersebut adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO), PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
Seperti dikutip BeritaSatu, Analis Pefindo Konsultan Guntur Hariyanto mengatakan, “Riset dari berbagai lembaga domestik dan global menunjukkan pertumbuhan nilai belanja online yang cepat dengan penetrasi yang meluas. Hal ini terjadi tidak hanya di kota-kota besar saja.”
Guntur mengingatkan bahwa mereka tetap harus waspada terhadap sejumlah tantangan bisnis e-commerce seperti kualitas dari barang dan jasa, penitipan ataupun logistik yang handal, dan juga kemudahan pembayaran. Tiga elemen tersebut menurut Guntur adalah yang paling sering menjadi penghambat bisnis e-commerce.
Sebagai informasi, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) tahun ini memang akan lebih serius menapaki bisnis e-commerce khususnya melalui situs mapemall mereka yang direncanakan beroperasi pada semester kedua tahun 2015 ini. Situs tersebut nantinya akan ditopang oleh tiga portal e-commerce MAP yang sudah berjalan, yaitu planetsport, lineshoes, dan LiverpoolFC Indonesia Official Store.
Sedangkan Sumber Alfaria melalui anak usahanya, PT Sumber Trijaya Lestari, meluncurkan situs perdagangan eceran bernama alfaonline dengan tahap awal menempatkan modal sebesar Rp 12,5 miliar. Sementara itu perusahaan pariwisata Panorama menancapkan bisnisnya di dunia maya dengan ditopang oleh beberapa situs pemesanan tiket, yakni BookPanorama, Panorama-Tours, MyHotelFinder, Travelisious, dan PHM.
Di sektor properti, ada Surya Semesta yang melakukan diversifikasi usaha ke bidang wisata melalui PT. Horizon Internusa Persada (Travelio) yang membidik menjadi platform online hotel nomor satu di Asia Pasifik, terutama di Indonesia. Ada juga Elang Mahkota Teknologi (Emtek), TPG Capital, dan SquarePeg Capital yang telah ambil bagian dalam investasi portal PropertyGuru senilai 175 juta Dollar Singapura. Emtek sendiri sebelumnya telah menanamkan modal di dua pemain e-commerce, yakni BukaLapak dan Bobobobo.
Di sisi perusahaan distributor produk telekomunikasi ada Erajaya dan Trikomsel yang juga telah membdidik pasar e-commerce. Erajaya membidik pasar ini melalui portal situs Erafone. Sedangkan Trikomsel mendirikan divisi khusus bernama Trikomsel Internet Media Incorporated (TIMI). Selain itu, Trikomsel juga berencana untuk membentuk joint venture dengan SingPost E-Commerce, anak perusahaan Singapore Post, untuk mengembangkan layanan e-commerce di Indonesia.