Menurut sebuah laporan di tahun 2015, sudah ada lebih dari 24 ribu jenis dari perangkat Android yang dirilis di pasaran. Di sisi lainnya, sampai artikel ini ditulis, sudah ada 18 versi dari sistem operasi Android (dari 1.0 sampai 11) yang sudah dirilis. Ditambah lagi, setiap produsen ponsel pintar juga memiliki lebih dari satu jenis model dengan kisaran harga yang sangat bervariasi.
Dengan begitu banyaknya brand, model, dan spesifikasi ponsel pintar, pertanyaannya, apakah diperlukan sebuah standarisasi spesifikasi ponsel untuk esports mobile?
Untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut, izinkan saya menyuguhkan beberapa argumen pro dan kontra dari standarisasi spesifikasi ponsel untuk esports mobile sebelumnya.
Argumentasi Pro tentang Standarisasi
Samsung, produsen ponsel pintar raksasa yang juga bisa dibilang sebagai market leader di industri ini, baru saja mengumumkan seri Galaxy Note terbaru mereka, yaitu Note20 dan Note20 Ultra. Berhubung ponsel ini memang menjadi produk unggulan terbaru dari Samsung, ia dijejali dengan jeroan yang begitu perkasa. Dari prosesornya saja, ia menggunakan Exynos 990 yang menggunakan fabrikasi 7nm sehingga mampu memberikan performa CPU dan GPU tingkat tinggi sembari menghemat konsumsi baterai. Exynos 990 juga mampu menyuguhkan layar dengan refresh rate 120Hz untuk pengalaman gaming yang lebih mulus.
Ditambah lagi, Note20 dan 20 Ultra menggunakan RAM 8GB dengan teknologi LPDDR5 yang diklaim mampu menyuguhkan kecepatan hingga 6400 Mbps, transfer data mencapai 51,2 Gbps, dan penggunaan daya 30% lebih irit.
Di bagian layarnya yang berukuran 6,9 inci, selain refresh rate sebesar 120Hz tadi, Note20 Ultra bahkan memiliki layar dengan touch sampling rate sampai 240Hz yang diklaim dapat memberikan tingkat respons sentuhan begitu tinggi — baik saat digunakan dengan jari ataupun S Pen.
Bayangkan saja jika Anda dan tim menggunakan ponsel seharga Rp2 jutaan dan setiap tim lawan menggunakan Galaxy Note20 Ultra. Kemungkinan besar, Anda pasti akan protes jika hal itu terjadi.
Karena dengan spesifikasi super istimewa tadi, baik Note20 ataupun Note20 Ultra tentu tidak akan mengalami masalah apapun saat menjalankan game-game mobile terbaru sekalipun. Sedangkan ponsel pintar seharga Rp2 jutaan, kemungkinan besar, akan merasakan beban yang terlalu berat saat pertempuran sedang ramai terjadi. Percayalah, Anda tidak mau ponsel Anda patah-patah saat pertarungan sedang panas-panasnya karena dapat dipastikan Anda tewas sia-sia dan terlalu banyak umpatan juga yang keluar tanpa disengaja.
Idealnya, memang, semua gamer yang serius mengejar tingkatan profesional juga tidak boleh menyepelekan perangkat yang digunakan. Ibaratnya, jangan harap jadi pemain sepak bola profesional jika Anda masih memaksa menggunakan sepatu balet.
Di sinilah pentingnya standarisasi spesifikasi ponsel di skena esports karena kita semua ingin memastikan setiap pemain menggunakan playing field yang setara.
Sampai artikel ini ditulis, standarisasi perangkat yang digunakan di turnamen-turnamen resmi (seperti MPL ataupun PMPL) juga sebenarnya sudah ada namun masih berbeda-beda antara turnamen satu dengan yang lainnya. Salah satu aturan main yang biasa saya dengar berlaku di lintas turnamen dan lintas game adalah pelarangan penggunaan tablet ataupun perangkat yang ukuran layarnya di atas 7 inci. Tidak ada salahnya juga sebenarnya jika standarisasi spesifikasi lainnya bisa digunakan lintas game dan diumumkan juga ke khalayak ramai sehingga mereka-mereka yang ingin menuju ke tingkat profesional jadi tahu perangkat seperti apa yang bisa dikejar dan digunakan untuk berlatih.
Argumentasi Kontra tentang Standarisasi
“Tadi katanya pro, kok sekarang jadi kasih argumen kontra sih? Jadi, maunya apa?”
Sebenarnya, menurut saya, polemik tentang standarisasi perangkat di esports mobile terjadi karena performa perangkat dan kendali permainan tidak bisa dipisahkan di ranah ini.
Jika kita berkaca ke esports PC ataupun console yang lebih dulu ada, kendali permainan terpisah dengan mesin gaming yang digunakan. Makanya, kebanyakan atlet esports di PC diperbolehkan membawa keyboard dan mouse mereka sendiri saat turnamen. Demikian juga di esports console, misalnya di game fighting ataupun game bola.
Kenapa hal tersebut jadi polemik? Di satu sisi, sebuah kompetisi memang, seperti yang saya tuliskan tadi, harus memberikan playing field yang sama. Tetapi, di sisi lain, kendali permainan akan sangat bergantung pada kebiasaan kita berlatih setiap harinya, yang bisa jadi menggunakan perangkat yang berbeda-beda.
Andaikan saja kasusnya seperti ini, Anda terbiasa berlatih menggunakan Note20 Ultra karena, di banyak kompetisi, aturan mainnya adalah selama bukan tablet dan layarnya tidak lebih dari 7 inci. Namun saat Anda mengikuti sebuah kompetisi baru yang berbeda, ada sponsor turnamen dari brand lainnya yang mengharuskan setiap peserta menggunakan ponsel yang dipilih oleh sang sponsor. Apakah yang akan Anda lakukan?
Layar Note20 Ultra yang biasa Anda gunakan untuk berlatih menyuguhkan refresh rate 120Hz dan touch sampling rate 240Hz yang berarti mata dan reflek Anda sudah terbiasa dengan kecepatan itu. Anda jadi tidak diuntungkan jika harus beradaptasi lagi menggunakan perangkat baru yang hanya digunakan untuk satu kali turnamen tadi.
Ditambah lagi Note20 Ultra juga mengusung sistem pendinginan vapor chamber yang sebelumnya diperkenalkan di Galaxy Note10 dan menggunakan prosesor 7nm yang lebih irit daya (lebih irit daya juga berarti baik dalam menahan panas jika kita mengacu ke hukum termodinamika). Jika Anda menggunakan ponsel lain yang lebih cepat panas, kemungkinan besar, tangan Anda akan lebih cepat berkeringat. Saat tangan berkeringat, kendali permainan pun bisa berantakan.
Beberapa kawan saya yang jadi atlet esports profesional di platform PC biasanya lebih memilih untuk mengundurkan diri dari turnamen jika turnamen tersebut memaksa para pesertanya menggunakan mouse dan keyboard yang disediakan panitia (yang berbeda dari yang biasa mereka gunakan saat berlatih). Namun demikian, hal ini sebenarnya jarang sekali terjadi di turnamen esports PC karena, seperti yang saya bilang tadi, mesin gaming-nya terpisah dengan kendali permainan. Jadi, playing field alias mesin gaming-nya masih sama namun tiap peserta memiliki kebebasan untuk membawa peripheral mereka masing-masing yang biasa digunakan untuk berlatih.
Penutup
Jadi, baiknya seperti apa? Baiknya Anda pre-order Note20 dan Note20 Ultra dari tanggal 6-19 Agustus 2020 karena ada hadiah istimewa yang menanti Anda.
- Setiap pembelian Galaxy Note20 mendapatkan evoucher Galaxy Buds+ senilai Rp2,399 juta.
- Setiap pembelian Galaxy Note20 Ultra mendapatkan evoucher Galaxy Buds Live senilai Rp2,599 juta
Untuk keterangan lebih lanjut kunjungi www.galaxylaunchpack.com.
Tapi, jika kita harus kembali ke pertanyaan awal di artikel ini, apakah harus ada standarisasi spesifikasi atau tidak? Jujur saja, saya juga mungkin tidak bisa menetapkan aturan mainnya seperti apa karena hal ini harusnya didiskusikan bersama antara tim peserta dan panitia kompetisi. Namun setidaknya, di sini, ada argumentasi dari dua sisi yang bisa dibawa ke diskusi tadi.
Disclosure: Artikel ini disponsori oleh Samsung Indonesia