Dark
Light

Perjalanan Andry Suhaili Membangun PriceArea

2 mins read
May 19, 2014

PriceArea yang baru-baru ini diakuisisi oleh Yello Mobile asal Korea, merupakan salah satu kisah sukses startup Indonesia. Bisa dibilang berita menyenangkan dan dapat dijadikan sebuah indikator bahwa industri digital Indonesia tumbuh ke arah yang cerah, khususnya ecommerce. Berikut adalah penuturan Andry Suhaili, sang pendiri sekaligus CEO dari PriceArea, tentang kisahnya membangun PriceArea sejak tahun 2009 hingga akhirnya, bergabung menjadi satu dengan Yello Mobile.

Kepada DailySocial  Andry menuturkan kisah perjalanan PriceArea yang hanya berawal dari keinginan membeli mobil pada tahun 2009. Saat itu ia menemukan kesulitan mencari informasi melalui internet. “Singkat cerita, tahun 2009 lalu, saya ingin mencari mobil. Namun repot sekali setiap kali harus membuka belasan tab untuk mengecek situs-situs marketplace mobil saat itu. Cari di Google juga tidak efisien, karena tidak menampilkan info mobil yang sedang dijual.”tutur Andry membuka kisahnya.

Bermula dari kerepotan inilah, Andry lalu bersama dua orang programer mencoba untuk mengembangkan sistem yang bersifat seperti mesin pencarian seperti Google, namun khusus mobil dan berhasil.

Puas dengan hasil yang diraih, Andry dan timnya tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka pun mencoba untuk mengembangkan konsepnya kepada kategori produk yang lain. “Hingga saat ini kami punya semua jenis produk dari 32 kategori.”

Cerita terus bergulir, semangatnya merintis PriceArea tumbuh tak terlepas dari motivasi serta dukungan positif dari orang-orang sekitarnya untuk terus mengembangkan bisnis ini.  Menurutnya saat itu di tengah-tengah pertumbuhan e-commerce di Indonesia, sudah saatnya dibutuhkan situs pembanding harga yang memudahkan pencarian toko online bagi pembeli potensial.

Sebagai pelopor situs perbandingan harga, Andry mengisahkan awalnya kesulitan memposisikan diri sebagai mesin pencari bukan toko online. “Awalnya, kami menerima rata-rata sepuluh telepon per hari dari user yang ingin membeli barang.” Dengan konsep komparasi harga yang masih terbilang baru saat itu, sering membuat orang kebingungan membedakan antara situs pembanding harga dan toko online sendiri.

Kesulitan lainnya yang dihadapi lebih kepada teknis, menampilkan produk-produk yang diperoleh dari penjual online. “Sistem kami melakukan crawling secara otomatis, namun karena terlalu banyak dan beragam judul produk, sulit untuk kami mengumpulkan produk serupa agar dapat dibandingkan. Contoh: “jual ipad”, “ipad bekas”, “ipad kondisi 80 persen.”

Pendanaan Hingga Akuisisi

Sejak awal kemunculannya, Andry mengungkapkan bahwa dia cukup beruntung, sebab sejak awal sudah disokong oleh East Venture untuk dana dan pengembangan situsnya. “Dana untuk development kami terima dari East Ventures, saat itu EV masuk saat PriceArea masih berbentuk prototype,” tuturnya.

Kemudian pada tahun 2012, kabar mengejutkan datang kepada DailySocial bahwa PriceArea berhasil menutup kesepakatan dengan dua investor, GREE Ventures dan So-net dari Jepang. Investor sebelumnya East Ventures ikut kembali dalam seri pendanaan ini.

Suntikan dana segar ini dinilai Andry masuk disaat yang tepat. Kala itu PriceArea sedang membutuhkan dana untuk pertumbuhan dan marketing. Saat itu, telah hadir pemain-pemain situs pembanding harga lainnya seperti Telunjuk dan PricePanda yang ingin ikut mengambil bagian dari kue pasar segmen ini. Dana tersebut digunakan untuk pemasaran agresif guna menarik lebih banyak pengguna. Salah satunya dengan mengembangkan program Point Reward memberikan insentif kepada pengguna agar mulai menggunakan mesin pencari belanja, yaitu mencari, mempromosikan ke teman, memberikan ulasan dan testimoni, dan mendukung iklan dari para sponsor. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan revenue.

Mengenai kerja sama dengan investor tersebut Andry mengatakan, “saya merasa beruntung bisa bekerjasama dengan East Ventures dan GREE Ventures, karena mereka benar-benar tim yang serius untuk mengembangkan portfolio-nya baik dari segi network dan mentorship.”

Selama hampir empat tahun menjalankan PriceArea, Andry mengaku telah bertemu dengan ratusan investor. Bahkan puluhan di antaranya sempat berkunjung ke kantor PriceArea untuk berdiskusi. “Kami juga sempat melewati dua kali peluang diakuisisi oleh perusahaan yang sudah go public. Satu dari indonesia, satunya lagi Jepang.” Hingga akhirnya, memutuskan untuk diakuisisi oleh Yello Mobile.

Keputusan untuk bergabung dengan Yello Mobile bermula dari diskusi tentang industri digital di Indonesia dengan, saat pihak Yello Mobile berkunjung ke kantor PriceArea. Dari diskusi tersebut, ditemukan banyak kecocokan dengan pihak perusahaan Korea ini.

Menindaklanjuti kecocokan, kesamaan visi misi, serta kemungkinan untuk berkembang bersama, satu minggu setelah pertemuan Andry terbang untuk bertemu langsung dengan tim inti, board, dan advisor Yello Mobile.

Yello Mobile memang sudah memiliki keinginan  untuk membidik pasar Asia Tenggara. Cara yang ditempuh adalah dengan menggandeng perusahaan yang sudah memiliki pertumbuhan yang stabil dan traction yang jelas. Sedangkan dari sisi PriceArea sendiri menurut pengakuan Andry memang menginginkan mitra yang kuat dari segi manajemen, teknologi, strategi bisnis dan marketing. Karena kecocokan dan bisa saling melengkapi inilah yang memperkuat keinginan kedua belah pihak untuk bekerja sama dan melebur menjadi satu.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

 

 

 

Previous Story

[Rumor] Nvidia Mocha, Tablet Baru Atau Bagian Dari Shield?

Next Story

Airbnb: Data Itu Penting, Namun Pemanfaatannya Jauh Lebih Penting

Latest from Blog

Don't Miss

Kokikit

Startup Kuliner Kokikit Hadir dengan Konsep “Chef as a Services”

Besarnya peluang memanfaatkan sumber daya koki profesional menjadi alasan platform

Localio to Develop Marketplace Platform for Home-Made Culinary Business

It is not new knowledge that household activities during the