Meski tak wajib, pemahaman teknis pendiri startup di bidang teknologi dapat membantu ketahanan startup tersebut saat tumbuh. Tapi, tak sedikit pula startup yang digawangi oleh pendiri non-teknis dan pada masa awal, mereka biasanya akan mencari pendamping (co-founder) untuk itu atau mengalihkan pekerjaan (outsource) pada pihak ketiga seperti freelancer atau perusahaan konsultasi. Pertanyaannya adalah apakah outsource startup itu perlu? Apakah itu baik untuk startup Anda atau tidak?
Menurut co-founder dan CEO Buffer Joel Gascoigne dalam tulisannya di Medium, adalah hal yang wajar bagi pendiri non-teknis atau yang tak paham dengan coding untuk berpikir bahwa startup-nya tak akan maju jika ia tidak mencari bantuan. Biasanya pemikiran pertama yang terlintas adalah mencari co-founder teknis atau melakukan outsourcing untuk membangun produk yang layak ke perusahaan konsultasi atau freelancer.
Akan tetapi, Joel juga menegaskan bahwa berdasarkan pengalamanannya, kedua pilihan tersebut adalah pendekatan yang kurang optimal untuk membuat startup berhasil dengan cepat. Terutama untuk pilihan melakukan outsource terhadap startup yang sedang dibangun. Joel mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga alasan yang mendasari hal tersebut.
Berikut ini adalah tiga alasan atau saran dari Joel mengapa sebuah startup seharusnya tidak melakukan outsource di masa awal berdirinya.
1. Tujuan startup Anda dan freelancer tidak sejajar
Menurut Joel, baik itu freelancer, agensi kreatif, atau perusahaan konsultasi sejatinya memiliki tujuan untuk melayani banyak klien yang berbeda dan pada akhirnya adalah untuk menghasilkan uang. Sedangkan startup Anda, tujuannya adalah ide yang dimiliki dapat mencapai produk atau market fit dan menghasilkan sesuatu untuk mencapai traksi. Dengan dua tujuan yang berbeda ini, tentu jalan yang di tempuh untuk mencapai kesuksesan pun akan berbeda dan ini adalah inti permasalahannya.
Joel menyebutkan:
“Dengan startups, kita hidup di dunia dengan situasi di mana ‘masalah tidak diketahui, solusi tidak diketahui’. Kita tidak tahu apakah ide baru kita akan bekerja. Dibutuhkan pendekatan yang berbeda secara keseluruhan, dan saya pikir ini hampir selalu tidak sejajar dengan jalan freelancer dalam mendekati hal ini.”
Bagi Joel, pendekatan yang ideal bagi startup untuk sukses adalah dengan meletakkannya di luar sana secepat mungkin dan melakukan pengembangan untuk pelanggan berdasarkan informasi baru di luar dari penggunanaan produknya. Joel juga menekankan bahwa meski memiliki jalan yang berbeda, hal tersebut tak membuat agensi kreatif atau freelancer berarti melakukan hal yang salah karena mereka hanya mengoptimalkan untuk jenis yang paling umum dari proyek klien.
2. Dapat menciptakan mindset yang keliru tentang membuat produk yang layak
Alasan lain yang membuat Joel kurang setuju untuk melakukan outsourcing pada startup yaitu karena ia percaya hal tersebut dapat membuat pendiri startup memiliki pola pikir yang salah tentang cara membuat startup yang sukses. Ini berkaitan dengan alasan pertama yakni dengan dunia startup yang serba tidak diketahui, ide itu sendiri sering tak bekerja di luar sana.
Joel menegaskan:
“Apa yang diperlukan untuk membuat produk yang sukses adalah menghilangkan semua aspek yang tidak teruji, dan menemukan sesuatu yang pengguna atau pelanggan benar-benar inginkan–yang memiliki produk atau market fit dan bisa mendapatkan traksi. Bagian yang menarik tentang hal ini, adalah bahwa coding sebenarnya sama sekali tidak diperlukan untuk mencapai hal ini.”
Joel mengungkapkan hal tersebut berdasarkan pengalamnnya yang telah melakukan coding sejak usia 12 tahun. Dahulu ia percaya untuk membuat startup yang sukses ia hanya perlu terus membangun, tapi seiring berjalannya waktu ia menemukan bahwa itu bukanlah bagian utama dari startup yang berhasil. Hal ini juga yang menjadi kekhawatiran Joel jika pendiri startup kerap melakukan outsource untuk startup mereka.
Joel menjelaskan, “Saya pikir, jika seseorang berpikir untuk outsourcing startup miliknya, mereka akan berada di bawah kesan palsu bahwa kunci untuk sukses dengan ide mereka adalah untuk mendapatkan itu dibangun.”
3. Tim pendiri harus “mengenakan setiap topi yang ada”
Kepercayaan lain yang dimiliki Joel mengapa startup seharusnya tidak melakukan outsource di masa awal adalah bawah setiap tim pendiri harus mengenakan tiap “topi” yang ada. Setidaknya ada empat alasan utama menurut Joel mengapa tim pendiri startup harus melakukan ini.
Pertama, ini akan memberikan pendiri pola pikir seperti ‘you can make anything happen‘, para pendiri hanya perlu mengetahui cara pinta untuk melakukannya dengan kemampuan mereka saat itu.
Kedua, hal tersebut akan membuat mereka dapat mempertahankan kontrol penuh atas semua bagian dari proses dan dapat beradaptasi dan berulang dengan super cepat.
Ketiga, ketika startup tersebut mencapai titik untuk mempekerjakan orang, pendiri akan tahu perbedaan antara sesorang yang baik dan sesorang yang biasa saja.
Keempat, tim pendiri akan memiliki level passion yang lebih baik untuk tiap bidang di startup miliknya. Itu akan membantu mereka untuk menjadi lebih baik di banyak bidang seiring dengan pertumbuhan startup mereka. Ini karena ‘menyewa passion’ adalah hal yang sulit dan orang lain juga akan sulit untuk berkembang dalam sesuatu yang pendiri tidak merasa senang untuk melakukannya.
Jadi menurut Joel, para pendiri harusnya melakukan semuanya sendiri di masa awal membangun startup. Dengan demikian, mereka dapat memahami startupnya lebih dalam dan tahu harus di bawa ke mana untuk berkembang. Ketika membangun Buffer pun ia melakukan segalanya dari awal dengan rekannya dan sebagai hasilnya kini ia merasa sangat antusias tentang seberapa jauh yang dapat diambil dari berbagai area perusahaan untuk dikembangkan, juga ia bisa bicara hingga ke level yang dalam tentang startupnya dengan siapa saja.
Joel menegaskan, “Saya benar-benar percaya bahwa membangun produk Anda sendiri adalah yang cara paling optimal dan bahkan jalan tercepat untuk menciptakan startup yang sukses.”