Dark
Light

Penggunaan Hipotesis untuk Menguji Ide Bisnis

1 min read
June 2, 2017
Pendekatan hipotesis untuk menguji startup / Pixabay

Menjalankan startup bisa berawal dari banyak hal. Seperti pengalaman pribadi, pengalaman orang-orang di sekitar hingga pengamatan tentang masalah-masalah di sekitar. Setelah mendapatkan permasalahan biasanya dituangkan menjadi sebuah ide sebelum divalidasi dan akhirnya dilanjutkan eksekusi untuk menjadi sebuah bisnis.

Untuk menambah referensi dalam menguji ide bisnis, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan.

Ganti asumsi dengan hipotesis

Langkah pertama untuk mengubah asumsi menjadi hipotesis adalah dengan mendaftar semua asumsi yang dipikirkan mengenai ide bisnis jika sudah memiliki pelanggan. Mulai dari harga, permasalahan, dan hal lainnya. Setelah itu coba sedikit ubah bagaimana susunan asumsi tersebut. Misalnya ketika muncul asumsi pelanggan akan membeli lebih banyak produk ketika harga berada di titik terendah, kalimat tersebut bisa diubah ke bentuk jika harga diturunkan, pelanggan akan lebih banyak membeli produk.

Terdengar sederhana memang, mengubah kalimat, tapi ini penting untuk  langkah selanjutnya, validasi ide.

Menguji hipotesis

Setelah mendaftar dapat hipotesis selanjutnya adalah pengujian. Siapkan beberapa strategi untuk menguji ide ada. Misalnya dengan melakukan wawancara langsung ke target pasar tentang hipotesis-hipotesis yang dibuat. Pastikan narasumber adalah target calon pembeli atau pengguna dan tidak memiliki hubungan dengan Anda. Hal ini untuk menghindari bias.

Pengujian hipotesis ini harus benar-benar valid, karena hasil hipotesis bisa dijadikan acuan untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Bisa mulai langsung merancang dan mengembangkan produk sekaligus menggambar bagaimana penerimaan ide.

Pertanyaan yang efektif

Dalam melakukan wawancara pastikan pertanyaan disusun dengan rapi dan penuh perhitungan. Dalam hal ini perhitungan mengenai validitas jawaban. Misalnya untuk kasus harga dan peluang pelanggan membeli dalam jumlah banyak atau berlangganan dalam jangka waktu yang panjang.

Alih-alih mempertanyakan jenis pertanyaan ya atau tidak, buat pertanyaan yang memancing jawaban yang lebih spesifik. Hindari jenis pertanyaan seperti “Apakah harga mempengaruhi Anda dalam berlangganan ?”, coba untuk ganti dengan pertanyaan, “Apa faktor terbesar yang membuat Anda tertarik untuk membeli atau berlangganan ?” atau “Apa pertimbangan Anda memutuskan untuk terus tetap berlangganan ?”.

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa memunculkan jawaban yang spesifik dan berguna bagi keputusan selanjutnya.

Previous Story

AlphaBeta: “Mobilitas Bersama” Berpotensi Bantu Efisiensi Ekonomi Indonesia

Next Story

Deals@DS Minggu Ini (2 – 8 Juni 2017)

Latest from Blog

Don't Miss

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Mobile photography adalah salah satu skill penting yang perlu dikuasai

Tips Streetphotography dengan Ponsel 

Kami berbincang dengan mentor dari acara workshop foto Hybrid tentang