Dark
Light

Pendekatan Berbeda Startup “Car Advertising” PayRide Jangkau Pengiklan dan Pemilik Kendaraan

1 min read
January 11, 2018
Para founder dari PayRide / PayRide

Meski startup yang bergerak di bidang “car advertising” sudah banyak, tak lantas membuat peluangnya jadi sempit. Justru ada celah di dalamnya yang dimanfaatkan startup PayRide untuk mulai meramaikan segmen ini.

PayRide didirikan di Surabaya oleh Agus Widjaja selaku Founder dan CEO bersama temannya, terinspirasi dari kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Yang berbeda dengan pemain lainnya, menurut Agus adalah PayRide memanfaatkan pembayaran jasa iklan berdasarkan jumlah impresi yang dihasilkan, bukan dari jarak per kilometernya.

Dalam proses bisnisnya, pemilik kendaraan diberi kebebasan untuk memilih iklan yang ditawarkan PayRide beserta desain stiker iklannya. Dari sisi pengiklan, mereka berhak memilih jenis wrapping untuk materi promosi.

Kemudian kendaraan akan diberi pelacak GPS khusus sehingga tidak bergantung pada GPS dari smartphone pengemudi. Di dalam GPS tersebut, memanfaatkan algoritma untuk mengalkulasikan jumlah impresi dari berbagai unsur, seperti klasifikasi jalan, kapan pengemudi ada di jalan, jenis wrapping untuk materi promosi, asal kota dan lainnya.

Kemudian diperkuat dengan analisis yang berisi penjelasan lebih mendalam mengenai impresi, heat map, pengemudi terbaik, dan demografi masyarakat di daerah tersebut. Seluruh gambaran ini diyakini dapat memberikan proyeksi yang lebih jelas bagi target sasaran.

“Dengan cara itu menurut kami adalah solusi win-win, pengiklan dapat melakukan pendekatan unik dan pemilik kendaraan bisa memperoleh penghasilan tambahan dari waktu yang mereka habiskan di jalan,” kata Agus kepada DailySocial.

Sejauh ini, lanjut Agus, PayRide baru menyediakan layanan iklan untuk pemilik kendaraan roda empat saja. Telah bekerja sama dengan lebih dari 1000 pemilik mobil namun hanya sekitar 300 di antaranya yang terdaftar dalam campaign PayRide. Lokasinya tersebar di Surabaya dan Jakarta. Setiap pemilik mobil, secara rerata mendapat imbal jasa iklan sekitar Rp1,5 juta per bulannya.

Meski baru beroperasi di dua kota, rencananya PayRide akan ekspansi ke kota besar lainnya seperti Bandung, Bali, dan Semarang, ditambah kota tingkat dua dan tiga. Di samping itu, PayRide juga akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pemberian update demografi untuk kelancaran pelaporan kepada pengiklan dan penambahan medium iklan di luar stiker.

Agus juga mengungkapkan pada tahun ini rencana untuk mencari pendanaan baru agar dapat mendukung eskalasi bisnis. Hanya saja, pihaknya masih mengejar target tertentu dengan tujuan ingin memperkuat fondasi bisnis sekaligus mendapatkan kepercayaan investor di masa mendatang.

“Kami masih bootstrapping untuk operasional PayRide. Memang ada rencana untuk cari investor dari pihak eksternal, tapi kami ingin capai target dulu agar fondasi bisnis bisa lebih kuat di mata investor,” pungkas Agus.

Di Indonesia, selain PayRide ada pemain sejenis lainnya yang sudah lebih dahulu beroperasi, di antaranya Promogo, DoQar, Stickearn, Wrapmobil, Sticar, Inmobi, dan Klana.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Asus Lyra Voice Adalah Router Wi-Fi Sekaligus Smart Speaker Berbasis Alexa

Next Story

Hard Disk Eksternal LaCie DJI Copilot Ditujukan untuk Pengguna Drone dan Menyimpan Sebuah Layar

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru