Startup pengembang platform aggregator dan marketplace logistik Shipper hari ini (18/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan nilai yang diperoleh, investasi ini dipimpin oleh Prosus Ventures (sebelumnya Naspers Ventures) dengan dukungan Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures.
Sebenarnya rumor pendanaan ini sudah beredar sejak bulan lalu, sumber mengatakan nilai yang didapat hingga US$20 juta atau setara 283 miliar Rupiah. Kendati demikian pihak Shipper dan investor enggan untuk memberikan komentar tentang ini.
Perusahaan menutup seed round mereka pada September 2019, bukukan dana senilai US$5 juta dari Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, dan Y Combinator. Shipper juga tergabung dalam program akselerator startup Y Combinator untuk periode Winter 2019.
Debut sejak tahun 2017, Shipper didirikan oleh Budi Handoko dan Phil Opamuratawongse. Layanan mereka memungkinkan UKM memiliki dasbor logistik, untuk menemukan layanan pengiriman yang paling efisien dan murah sesuai dengan barang/tujuan. Mereka juga sediakan layanan berbasis API, untuk diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi digital.
“Dengan investasi ini, Shipper akan terus berkembang dan terus mencari talenta lokal berkualitas untuk bergabung dengan kami dalam membangun data yang kuat melalui teknologi untuk menyusun pemenuhan kebutuhan logistik dan pengiriman yang belum terstruktur dengan baik,” ungkap Co-Founder & COO Shipper Budi Handoko.
Dengan investasi terbaru ini Shipper akan memperluas jangkauan solusi mereka dan membantu konsumen dalam menemukan mitra pengiriman terbaik; tanpa perlu menghabiskan waktu dalam mempertimbangkan perbandingan biaya, pesanan, pelacakan, dan asuransi. Saat ini, Shipper telah bekerja dengan lebih dari 100 kurir ekspres.
Tantangan bisnis logistik
Menurut data yang dirangkum ResearchAndMarkets.com, pasar logistik Indonesia diproyeksikan akan mencapai US$240 miliar pada 2021, angka ini hampir sama dengan estimasi pasar logistik di India sebesar US$215 miliar di 2020. Salah satunya didorong oleh pertumbuhan bisnis e-commerce, terutama digerakkan sektor UKM.
Kendati besar, menurut Shipper, pasar logistik di Indonesia masih tergolong sangat tidak efisien. Di kota tier 2 dan tier 3, biaya pengiriman sering kali bertambah hingga 40% dari total transaksi di e-commerce, sehingga menjadi penghalang utama bagi masyarakat di kota-kota tersebut untuk mengadopsi e-commerce secara massal.
“Shipper hadir sebagai solusi atas tiga masalah utama aspek logistik di Indonesia, mulai dari pemilihan jasa pengiriman, pergudangan yang rumit, kurangnya transparansi harga, dan kemampuan pelacakan rute yang masih di bawah rata-rata,” tambah Budi.
Di Indonesia platform e-logistik terus berkembang. Untuk platform aggregator, selain Shipper ada juga Anjelo yang diresmikan akhir 2019 lalu. Jenis layanan logistik yang ditawarkan meliputi last mile delivery, kargo via udara maupun laut, layanan kepabeanan, hingga pergudangan.
Selain itu, dengan model yang lebih terintegrasi dengan platformnya, Bukalapak juga luncurkan BukaSend. Mengagregasi layanan dari mitra logistik yang telah tergabung ke perusahaan untuk memudahkan konsumen melakukan pengiriman dan pemesanan kurir.