Google Play Books sebagai layanan native Android yang menyediakan ribuan judul e-book untuk perangkat smartphone dan tablet, hari ini telah lakukan ekspansi layanan ke sejumlah negara di wilayah Selandia Baru dan delapan negara di Asia, termasuk Indonesia. Per hari ini konsumen yang gemar membaca buku secara digital dapat menikmati layanan dari Google Play Books.
Seperti yang dilaporkan oleh The Next Web, layanan portal e-book Google Play Books kini telah sejumlah wilayah di Selandia Baru serta delapan negara di Asia, termasuk di dalamnya Indonesia, Hong Kong, Malaysia dan Filipina.
Ekspansi terbaru layanan Google Play Books ini secara otomatis menambah jumlah wilayah layanan toko buku digital, yang mengklaim dirinya sebagai “the world’s largest selection of online books” , ke 36 negara yang tersebar dari benua Amerika hingga Asia. Hal yang menarik mengingat sesuai dengan yang dilansir oleh Android Police melalui pengembangan terbaru ini Google terlihat perlahan tapi pasti dalam menyebarkan produk-produk andalannya ke seluruh wilayah di dunia.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana potensi dari Google Play Books di pasar Indonesia? Dengan jumlah pengguna perangkat smartphone yang tak sedikit, tentu Indonesia dianggap sebagai salah satu pasar yang memiliki potensial tinggi. Saat ini sudah ada aplikasi seperti SCOOP dan Wayang Force yang mengakomodasi digitalisasi buku dan majalah, tetapi mereka tidak menjangkau produk-produk global, terutama yang berkaitan dengan novel-novel bestseller dari negara maju. Hanya aplikasi Zinio dan Kobo yang bisa dianggap kompetitor secara langsung bagi produk Google Play Books ini.
Meskipun demikian, jika berbicara mengenai potensi, tentu tak ada salahnya jika dikaitkan dengan tren dan kegemaran yang berkembang di masyarakat. Hal ini menurut saya pribadi mengerucut pada satu pertanyaan: Apakah gaya membaca secara digital melalui bakal e-book digemari di Indonesia?
Jawabannya mungkin bisa dilihat dari jumlah pembaca e-book (secara legal) masih terbilang sangat terpaut jauh jika dibandingkan jumlah pembaca buku konvensional. Berbagai produk e-book reader dahulu sempat masuk di Indonesia, namun belum mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat. Hal ini berbanding terbalik ketika kita melihat di negeri seberang sana, seperti Amerika Serikat, di mana penetrasi pengguna perangkat e-book reader ternyata diterima dengan baik dan bahkan mampu mengakibatkan banyaknya media cetak dan penerbit buku gulung tikar.
Tapi jangan pesimis dahulu. Dengan hadirnya Google Play Books di Indonesia, setidaknya konsumen Indonesia mampu memiliki “pegangan” jika nantinya e-book benar-benar mampu menggantikan bahan baca yang berwujud fisik seperti buku, majalah atau bahkan koran. Dalam lima tahun ke depan, apapun bisa terjadi. Satu hal yang pasti, Google Play Books lebih dahulu hadir di Indonesia secara resmi ketimbang iBooks milik Apple ataupun Kindle-nya Amazon dan itu merupakan keunggulan yang signifikan mengingat penetrasi Android yang makin besar di negara ini.
Hadirnya Google Play Books di sejumlah wilayah Asia termasuk Indonesia ini, saya pribadi meyakini juga dapat menjadi “lahan” baru bagi sejumlah publisher dan penulis buku di tanah air. Tentu selain dapat mengkonversi wujud fisik dari sebuah buku, keandalan lainnya dari ekosistem e-book ini adalah dari sisi publikasi yang tentu dapat menjangkau pembaca di seluruh dunia. Secara fundamental, teknologi Internet mampu mengakomodir kebutuhan tersebut secara mudah dan cepat. Penerbitan melalui e-book juga mengurangi biaya-biaya yang terkait dengan percetakan dan pendistribusian yang tentu membutuhkan biaya tak sedikit.
Jadi apakah layanan Google Play Books di Indonesia akan sukses atau diabaikan oleh pengguna di Indonesia? Kita nantikan saja perkembangannya lebih lanjut.