Kehadiran teknologi kini mengubah perspektif marketer dalam memasarkan produk. Tak hanya itu, peran marketing juga mulai berubah. Mereka tak hanya sekadar memikirkan brand awareness, tetapi juga menentukan strategi untuk mengkonversi awareness tersebut ke tahap lebih tinggi, misalnya meningkatkan penjualan.
Sementara kita tahu, setiap brand tidak hanya membutuhkan awareness dan engagement semata dari konsumennya. Setiap brand perlu meningkatkan penjualan agar bisa bertumbuh.
Di sesi #SelasaStartup kali ini, Chief Marketing Officer KG Media Dian Gemiano membahas seputar apa yang dibutuhkan oleh brand di masa sekarang ini.
Mengenal brand lebih dalam
Dalam sebuah proses pitching, tahap pengenalan brand perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan klien. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan umum yang sering terjadi pada saat pitching.
Ia mencontohkan bagaimana marketer tidak berusaha untuk mengenal brand lebih dulu dengan melakukan riset. Mereka terlalu sibuk dengan idenya sampai lupa membuat strategi, seperti cara menghasilkan uang dari program yang digarap.
“Saat pitching, kita menjadi sok tahu, overthink, dan heboh dengan banyak ide. Padahal the simplest idea is the best idea,” tutur Gemi.
Identifikasi profil konsumen
Selain memperdalam pengetahuan terhadap brand, hal penting lain untuk mengetahui kebutuhannya adalah dengan mengidentifikasi profil setiap konsumen, seperti aktivitas dan reaksi mereka terhadap sebuah brand.
Menurut Gemi, identifikasi menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan karena kita menjadi tahu apa yang mereka lakukan sebelum membeli barang, emosi yang ditampilkan dalam setiap interaksi brand.
Dengan mengetahui profil konsumen, brand dapat merancang sebuah produk yang berarti untuk konsumennya.
Jangan ikuti tren, ikuti ke mana konsumen pergi
Teknologi memampukan kita untuk mengetahui tren yang sedang ramai di kalangan masyarakat. Berkat ini, marketer tahu apa saja yang dapat ditawarkan kepada klien.
Sayangnya, tren bak dua sisi mata uang. Tren cepat sekali berubah seiring perkembangan waktu. Maka itu, penting bagi marketer untuk mengidentifikasi perjalanan interaksi konsumen terhadap suatu brand.
“Identifikasi customer journey adalah aktivitas yang harus dijadikan kebiasaan. Semua harus terdeteksi karena selalu ada perubahan. Klien jadi tahu investasi marketing-nya, di mana audiens berada, bukan di tren sekarang, karena konsumen itu terdorong oleh kebutuhan,” ungkapnya.
Perlu dicatat, tidak semua produk bisa melayani semua orang. Menurutnya, jangan sampai marketer tergoda dengan tren, kecuali memang tren itu relevan dengan target audiens.
Teknologi mengubah kontrol produsen ke konsumen
Jika kita sadari, aktivitas marketing kini berubah dari product-centric menjadi customer-centric sejak adanya teknologi. Contoh paling lekat di era kini adalah bagaimana konsumen membeli produk berdasarkan ulasan dari konsumen lain.
Hal ini juga yang menandakan adanya perubahan kontrol dari produsen ke konsumen karena kehadiran teknologi. Jika produsen tak lagi punya kontrol, apa yang harus dilakukan selanjutnya?
“Maka itu, kita tidak bisa sekadar bikin produk, kita harus tahu apa yang dibutuhkan konsumen,” ujarnya.