Hari ini Nokia meluncurkan produk baru untuk kalangan menengah ke bawah di Indonesia yang diberi nama Asha 300. Dengan spesifikasi teknis yang lumayan, Asha 300 memiliki kisaran harga yang cukup terjangkau (Rp 1 juta). Asha 300 ini merupakan ponsel Nokia berbasis S40 yang diam-diam telah terjual lebih dari 1.5 miliar unit sejak kemunculannya pertama kali melalui Nokia 7110 di tahun 1999. Kali ini saya tidak akan membahas tentang ponselnya itu sendiri, Anda bisa melihatnya di blog gadget yang lainnya. Yang menurut saya menarik adalah kali ini Nokia menggandeng suatu aplikasi dengan nama besar untuk mempromosikan ponselnya.
Rovio Mobile tiba-tiba menjadi buah bibir di dunia mobile. Game Angry Birds yang fenomenal dalam dua tahun saja telah diunduh (dan dibeli) sebanyak lebih dari 700 juta kali! Angry Birds adalah permainan mobile ke-52 yang dibuat oleh Rovio. Lima puluh satu permainan sebelumnya bisa dibilang masuk kategori gagal. Anda bisa membaca tulisan ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah Rovio.
Kembali ke peluncuran Asha 300, Nokia menggandeng Angry Birds sebagai selling point. Seri Asha adalah satu-satunya produk ponsel, yang bukan murni smartphone, yang bisa memainkan permainan populer ini. Tidak tanggung-tanggung, Nokia mendatangkan Peter Vesterbacka, Mighty Eagle atau Chief Marketing Officer Rovio, untuk hadir dan memberikan wejangan-wejangan kepada pengembang lokal yang memimpikan kesuksesan yang serupa.
Suatu platfrom ponsel jika tidak memiliki aplikasi unggulan sekarang berarti tidak memiliki apa-apa. Zip. Zero. Nada. Hal itu, meskipun agak terlambat disadari pula oleh Nokia. Nokia Indonesia beberapa waktu terakhir sangat getol menggandeng komunitas pengembang dan mengadakan roadshow ke berbagai kota di Indonesia. Hasilnya cukup nyata, sudah ada 10 ribu pengembang lokal yang bergabung dalam komunitas pengembang Nokia, ada sekitar 3000 aplikasi yang sudah masuk ke Nokia Store, dan terdapat 50 universitas yang bekerja sama dengan Nokia.
Saya masih ingat, sekitar 5 tahun yang lalu saat iPhone masih awal diluncurkan, semua ponsel yang ditawarkan melulu mengandalkan spesifikasi teknis tanpa ada pembanding yang terukur antara satu platform dan platform lainnya. Sekarang, dengan semakin pentingnya peranan aplikasi bagi kesuksesan platform, mau tidak mau giliran vendor ponsel yang “meminta” dukungan pengembang aplikasi populer, bahkan rela untuk memberikan hal-hal eksklusif supaya aplikasi tersebut tidak tersedia di platform lain.
Jika di media kita kenal istilah “content is king”, istilah serupa mungkin bisa disematkan untuk aplikasi-aplikasi di platform mobile. Instagram untuk iPhone, berbagai aplikasi layanan Google yang dioptimisasi penuh untuk Android, konektivitas permainan Xbox Live dan Windows Phone — itu semua merupakan sebagian contoh aplikasi-aplikasi unggulan di masing-masing platform mobile.
Kini Asha menggandeng Angry Birds sebagai aplikasi unggulannya, bukan eksklusif tapi sebagai platform bukan smartphone yang bisa dimiliki dengan harga terjangkau, ini adalah suatu kemenangan. Tentu saja ini bukan kemenangan vendor ataupun platform. Ini adalah kemenangan pengembang yang mampu membuktikan bahwa aplikasi buatan mereka bukan cuma sekedar pelengkap, melainkan penentu hidup-matinya dan sukses-gagalnya suatu platform mobile.