Event tahunan Mobile World Congress sudah dekat, dan seperti di tahun-tahun sebelumnya, Samsung diprediksi akan memperkenalkan Galaxy S8 pada ajang tersebut. Namun tahun ini sedikit berbeda, Samsung tidak akan mengumumkan ponsel flagship-nya tersebut di ajang MWC, seperti yang diungkapkan langsung oleh Koh Dong-jin selaku orang nomor satu di Samsung Mobile.
Kapan tepatnya tidak ada yang tahu, akan tetapi sejumlah analis memprediksi bulan April. Alasan Samsung menunda peluncuran Galaxy S8 berkaitan dengan insiden berseri Note 7 yang menjadi buah bibir tahun lalu, dimana perangkat yang semestinya bisa merebut gelar smartphone terbaik tersebut terus meledak baterainya, bahkan setelah ditukar dengan model baru yang diklaim aman.
Sejak itu, banyak yang berargumen bahwa Samsung sudah kehilangan kepercayaan konsumen. Mungkin ada beberapa yang kapok, tapi saya kira perusahaan sekelas Samsung tidak akan diam begitu saja dan membiarkan trauma terus berkelanjutan. Mereka pun memastikan kalau ponsel flagship berikutnya tidak akan mengalami tragedi yang sama.
Dalam beberapa bulan terakhir, Samsung telah mengumpulkan 96 persen dari 3 juta lebih handset Note 7 yang terjual, serta membentuk tim berisikan 700 peneliti untuk melakukan investigasi dan menguak faktor penyebab meledaknya Note 7. Mereka menguji sekitar 200 ribu perangkat dan lebih dari 30.000 baterai, hingga akhirnya mereka menyimpulkan bahwa kesalahan terletak pada baterainya.
Samsung menjelaskan bahwa pada insiden yang pertama, elektroda negatif yang tersimpan di ujung kanan atas baterai tertekuk dan menyentuh elektroda positif, yang kemudian mengakibatkan korsleting. Lalu pada insiden yang kedua, penyebabnya adalah robeknya lapisan insulator dan pemisah, dan sekali lagi elektroda positif pun bertemu dengan elektroda negatif, menyebabkan korsleting.
Tentunya Samsung tidak boleh serta-merta menyalahkan pihak yang memproduksi baterai. Insiden Note 7 justru mereka jadikan pelajaran, dimana mereka telah mengembangkan protokol baru untuk menjamin kualitas dan keamanan perangkat-perangkat yang diproduksi, yang mencakup pemeriksaan baterai 8 titik, pengamanan multi-layer dan pembentukan badan penasihat khusus terkait baterai yang berisikan para akademisi dan peneliti.
Prosedur panjang dan kompleks ini tentunya sangat memakan waktu, dan Samsung pun menilai mereka perlu waktu lebih banyak untuk mempersiapkan Galaxy S8 dan memastikan perangkat tersebut tidak bernasib sama seperti Note 7. Lebih baik menunda demi membangun kembali reputasi ketimbang terburu-buru tapi mengulang kesalahan yang sama, yang berujung pada kerugian senilai miliaran dolar, kira-kira seperti itu yang dipikirkan Samsung.