Dark
Light

Pelajaran dari Kegagalan Startup yang Terlalu Terburu-buru Mengambil Keputusan

1 min read
July 14, 2016
Perjuangan Thorsten Nolte menyelamatkan Upfront

Dalam membangun dan mengembangkan bisnis kegagalan adalah risiko yang mau tidak mau harus dihadapi, begitu juga pada pengembangan sebuah startup. Startup atau perusahaan rintisan bahkan lebih rentan terdampak kegagalan karena satu dan lain hal, bahkan sebelum mereka dikenal luas. Setidaknya ada pelajaran-pelajaran yang bisa dipelajari dari setiap kegagalan yang didapat. Seperti kisah CEO Upfront Thorsten Nolte yang Februari tahun ini menutup bisnis yang dirintis sejak tahun 2007.

Upfront merupakan startup yang bergerak di bidang agensi. Setelah sempat berada di puncak kejayaannya Upfront akhirnya terpaksa menutup bisnisnya karena tidak bisa kembali mendapatkan klien dan mendapatkan pemasukan.

Thorsten mengungkapkan berapa menjanjikannya bisnis mereka ketika berhasil mendapatkan klien dengan angka yang cukup besar. Karena “kebesaran” klien inilah pada akhirnya Upfront memutuskan untuk merekrut lebih banyak spesialis di bidangnya, seperti senior kreatif, tim operasional dan tim teknis.

Upfront yang semula dihuni 25 orang tumbuh menjadi 40 orang. Tentu dengan beban pengeluaran yang juga membengkak. Namun sayangnya setelah itu semua tidak berjalan sesuai harapan. Dalam beberapa bulan bahkan Upfront gagal mendapatkan klien, sementara tagihan terus menumpuk dan beberapa orang mulai meninggalkan Upfront. Keputusan emosional dan terkesan terburu-buru akhirnya dijadikan penyesalan.

“Ketika dihadapkan dengan rintangan kita perlu pemecahan hambatan penyusunnya  menjadi bagian-bagian dan kemudian bekerja dengan metode melalui setiap bagian satu langkah pada satu waktu. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan ketika kita hanya melihat gunung ini di depan kami dan ketika kami menyerah pada emosi kita dan hanya melihat puncak mil gunung di kejauhan,” tulis Thorsten.

Sebenarnya Thorsten dan Upfront bukan tanpa perjuangan. Thorsten sempat berusaha memindahkan Upfront dari pasar dengan sumber daya yang besar ke pasar yang lebih efektif seperti ke Filipina. Namun sayangnya apa yang mereka lakukan terlalu terlambat, dan pada akhirnya memaksa Upfront untuk gulung tikar.

Yang diharapkan dari setiap kisah kegagalan yang dipublikasikan adalah antisipasi. Mengambil sesuatu yang berharga dari pengalaman orang lain. Bisa jadi setiap cerita atau langkah yang diceritakan berlaku untuk masalah yang sedang kita hadapi. Tetapi semua itu penting untuk menambah referensi dalam setiap pertimbangan yang di ambil.

Previous Story

Inilah Tablet Modern dengan Segudang Fitur dan Bonus Berlimpah

Next Story

Workshop Indonesia Next Apps 3.0 Akan Digelar di Berbagai Kota

Latest from Blog

nubia V60 Design Hadir di Indonesia

ZTE Mobile Devices Indonesia secara resmi memperkenalkan smartphone terbarunya, nubia V60 Design di Indonesia. Smartphone ini dirancang dengan menghadirkan estetika dan teknologi,

Don't Miss

Indigo Impact Report 2021

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi
Jefrey Joe berbagi pengalamannya dalam membantu founder mencari dan mengeksekusi model bisnis

Mengupas Serba-Serbi Model Bisnis pada Startup

Startup tak melulu bicara soal merealisasikan ide menjadi sebuah produk.