Dark
Light

Pekerjaan Rumah Besar Rocket Internet Membudayakan Bisnis yang “Profitable”

2 mins read
July 20, 2016
Kantor pusat Rocket Internet di Berlin, Jerman

Rocket Internet adalah perusahaan pengayom startup asal Jerman yang sering digadang-gadang sebagai akselerator yang patut diperhitungkan startup di luar Silicon Valley. Beberapa startup seperti Foodpanda, Lazada, Lamudi, hingga Zalora menjadi bagian dari portofolio perusahaan terbaiknya. Ratusan basis bisnis yang tersebar di 110 negara juga telah merangkul setidaknya 36.000 pegawai.

Cerita manis tersebut menjadikan banyak startup yang berbondong ingin menjadi bagian, baik itu mengikuti inkubasi ataupun mendapatkan investasi, dari Rocket Internet. Namun siapa mengira bahwa strategi bisnis yang digulirkan tergolong sangat berisiko. Tercatat banyak perusahaan startup binaan Rocket Internet sampai saat ini masih belum profitable. Masih terus memperluas pangsa pasar dengan tendensi “membakar uang”.

Lazada dan Zalora menjadi salah satu cerita lama yang pada awalnya terus merugi. Sepanjang tahun 2014 contohnya, keduanya membukukan kerugian $235,3 juta sepanjang 2014 atau sekitar 3,1 triliun rupiah. Kendati dikatakan sebagai strategi akuisisi konsumen, kedua perusahaan cukup piawai dalam membuktikannya, tapi saat diterapkan di startup lain ternyata tak serta-merta dapat tereplikasi dengan baik. Kini Lazada pun diakuisisi Alibaba untuk mempertahankan roda bisnisnya.

Tahun 2011 Rocket Internet mengembangkan sebuah startup yang menyajikan resep masakan siap saji asal Swedia, HelloFresh. Startup tersebut dioperasikan di tiga benua, termasuk memiliki basis di Amerika Serikat, bersanding dengan pemain yang sudah ada sebelumnya, Blue Apron dan Plated. Meski penguasaan pasarnya terus berkembang, masalah pun terus muncul.

HelloFresh sempat didorong untuk meraih IPO, dengan valuasi senilai $2,9 miliar, tepatnya pada November 2015. Namun pada pembukuan kuartal pertama tahun ini, HelloFresh melaporkan kerugian hingga tiga kali lipat mencapai $30,1 juta, meskipun ada kenaikan dari sisi pendapatan. Artinya perusahaan belum stabil dalam mendapatkan profit. Sayangnya ini terjadi tidak hanya pada HelloFresh.

Rocket Internet pun kini juga terus disorot, untuk memperlihatkan langkah serius untuk menjadikan perusahaan profit. Bagaimana mungkin startup yang masuk dalam lingkungan inkubasinya bisa berkembang jika tren kerugian terus dipupuk. Banyaknya perusahaan yang terus merugi menyebabkan banyak investor murung. Harga saham Rocket Internet pun saat ini cuma ada di level sepertiga dari nilai puncak yang pernah diraih tahun 2014, atau senilai €18,52.

Tak berhenti di situ, Rocket kini juga kehilangan partner dan rekanan investor, Kinnevick AB seorang konglomerat asal Swedia yang mengundurkan diri dari posisi Chairman Rocket tahun lalu. Kini di jajaran board advisory nama Kinnevik pun sudah tak ada. Isunya terdapat konflik kepentingan terkait dengan target investasi.

Rocket memang perlu untuk mengeksplorasi model bisnis baru. Begitu yang dikatakan oleh mantan Chief Executive HelloFresh Simon Schmincke. Strategi saat ini kini tidak lagi membuat HelloFresh mampu menarik pangsa pasar seperti yang terjadi lima tahun lalu saat mereka memulai bisnis. Mereka perlu mulai menargetkan pangsa pasar yang lebih spesifik.

Dalam sebuah wawancara yang dikutip The Wall Street Journal, Co-Founder dan Chief Executive Rocket Oliver Samwer mengatakan bahwa pihaknya belajar betul dari apa yang telah dilalui. Ia mengatakan bahwa akan memberikan kiprah yang lebih baik bagi para investor. Samwer mengakui bahwa langkah yang terlalu agresif menyebabkan terjadinya banyak kesalahan dalam bisnis, tapi ia tetap percaya diri bahwa strategi itu yang terbaik.

“Startup bimbingan Rocket setidaknya perlu menghabiskan (dana) dan memperluas (pangsa pasar) lima sampai sembilan tahun sebelum bisa profitable,” ujar Samwer. Kerugian baginya bukanlah sebuah kesalahan, karena ia menganggap Rocket masih memiliki banyak uang tunai yang dapat dialokasikan.

Previous Story

Keuntungan dan Tantangan IPO untuk Startup

Next Story

Pentingnya Evaluasi Produk Sebelum Melakukan Pivot

Latest from Blog

Don't Miss

DailySocial mewawancarai Rivana Mezaya selaku Director of Business Development Strategy & Special Projects Grab Indonesia / DailySocial

[Video] Fokus Grab Ventures Velocity Mendukung Ekosistem Startup Indonesia

DailySocial bersama Rivana Mezaya, Director of Business Development Strategy &
Indigo Impact Report 2021

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi