Tidak dapat dipungkiri bahwa selama pandemi sedang berlangsung, sektor pasar sebagai ruang publik mengalami beberapa perubahan drastis di mana para pembeli enggan untuk berkunjung karena takut terpapar virus. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah inovasi untuk tetap melancarkan aktivitas pasar, sehingga penjualan mereka tidak menurun.
Pandemi yang sudah berjalan selama lebih dari satu tahun ini mempercepat transformasi digital di berbagai sektor. Sehingga digitalisasi dan teknologi bukanlah suatu penemuan atau sebagai nilai tambah, tetapi menjadi sebuah keharusan untuk membantu mobilitas dan transaksi selama pandemi, agar roda perekonomian tetap berputar. Salah satu cara efektif dalam memajukan pasar di tengah pandemi adalah dengan digitalisasi pasar.
Para pedagang pasar yang kesehariannya menjajakan dagangan secara langsung kepada konsumen, menganggap bahwa digitalisasi pasar ini merupakan hal baru bagi mereka karena tidak harus berdagang di pasar dan bertemu tatap muka dengan konsumen. Melalui pasar digital ini, para pedagang UMKM pasar tradisional tetap dapat menyambung hidup dengan berjualan, meskipun dengan metode yang berbeda.
Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka, Bandung merupakan salah satu pasar yang sudah menerapkan digitalisasi akibat dari menurunnya penjualan sejak awal pandemi.. Menurut Assistant Manager Koperasi Konsumen Pedagang Pasar Raja Cicalengka, Ridzky Alfaridzi, penurunan dari efek pandemi mulai dirasakan sejak bulan Juli – Agustus 2020, di mana saat itu juga sudah terjadi pembatasan waktu berjualan terhadap pasar tradisional.
Kehadiran pasar digital di salah satu marketplace Indonesia menjadi topik pembicaraan yang populer pada awal tahun 2021. Pihak koperasi pasar pun berhasil menarik dan meyakinkan para pedagang untuk memasarkan produk atau dagangannya secara online. Saat ini, ada sekitar 300 pedagang yang sudah aktif bergabung di Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka secara online.
Dari sekian banyak pedagang yang bergabung, beberapa di antara mereka menjual barang dagangan yang sama. Guna menghindari persaingan, pihak koperasi selaku pengelola pasar online tersebut yang akan bertanggung jawab untuk memasarkan produk dari masing-masing pedagang secara bergiliran. Tidak hanya itu, pihak koperasi juga bertanggung jawab atas kualitas barang dari pedagang pasar yang akan dikirim ke konsumen. Biasanya, bagi konsumen yang melakukan pesanan dibawah jam 12 siang, barang yang didapat pasti masih bagus dan segar. Namun, jika konsumen memesan lewat dari jam 12 siang maka pesanan otomatis akan dimasukan ke order hari berikutnya.
Cara pihak koperasi mensosialisasikan cara berjualan di pasar online kepada para pedagang juga cukup mudah dan ditanggapi dengan kooperatif. Pihak koperasi mengedukasi para pedagang dengan prosedur pendaftaran dari pasar online ini; yaitu datang ke kantor koperasi dengan membawa beberapa daftar produk yang akan dijual beserta foto dan rincian harga. Setelah semua produk dan barang dagangan sudah terdaftar, petugas koperasi tinggal mengumumkan ke masyarakat atau konsumen bahwa produk dagangan pasar kini telah tersedia di marketplace, jadi para konsumen tidak perlu lagi untuk berkunjung ke pasar.
Salah satu marketplace yang digandeng oleh Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka untuk memasarkan bahan pangan para pedagang ini adalah Tokopedia, yang nyatanya berhasil menambahkan pendapatan para pedagang pasar semasa pandemi. Jika yang tadinya pedagang hanya mendapatkan 50 – 100 pesanan saja, sejak adanya akun Tokopedia Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka Online ini, peningkatan penjualan mereka melonjak hingga 50 persen.
Tidak hanya menguntungkan pedagang, pihak koperasi yang awalnya hanya mencapai pendapatan sekitar 10 – 15 persen, sekarang melonjak mencapai 30 persen lebih. Kerja sama antara Tokopedia dengan koperasi pasar yang melakukan quality control dengan baik memupuk rasa percaya pada masyarakat untuk menggunakan aplikasi pasar online. Selain itu, pihak koperasi juga turut memanfaatkan ftur-ftur seperti TopAds, Bebas Ongkir, serta promo cashback untuk semakin memaksimalkan penjualan.
Penjualan online melalui Tokopedia memang banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha mikro dan menengah karena dirasa lebih menguntungkan dan sangat menjanjikan untuk tetap bertahan dan bangkit di tengah pandemi. Pasalnya, berdasarkan riset yang dilakukan LPEM FEB UI di 2020, tercatat selama pandemi terdapat 90 persen penjualan berskala mikro di Tokopedia dan 68,6% persen dari pedagang yang bergabung selama pandemi di Tokopedia merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga.
Peningkatan jumlah pengguna aktif di Tokopedia selama pandemi ini juga berpengaruh terhadap kepercayaan penjual untuk memasarkan produknya di platform ini. Per Februari 2021, jumlah penjual terdaftar di Tokopedia mencapai lebih dari 10 juta, meningkat lebih dari 2,8 juta dari 7,2 juta penjual sejak Januari 2020. Di sisi lain, jumlah pembeli pun mengalami kenaikan sebesar lebih dari 10 juta, dari 90 juta menjadi lebih dari 100 juta saat ini.
Di tengah pandemi ini, belanja online memang dipercaya menjadi salah satu pilihan utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan, sekaligus mengurangi resiko terjadinya penyebaran virus yang ada di tempat ramai.