Banyak orang meremehkan segmen DIY, bahkan beberapa firma riset hanya fokus pada penjualan dan pengapalan PC buat mengukur pangsa pasarnya, dan melaporkan bahwa angkanya terus menyusut. Faktanya, ranah do-it-yourself merupakan jantung dari kegiatan gaming di PC, dan berdasarkan penyelidikan Jon Peddie Research, angkanya baru saja menyentuh rekor baru.
Perusahaan riset asal Kalifornia itu belum lama mengumumkan berita menggembirakan bagi semua gamer PC. Untuk pertama kalinya, pasar komponen gaming komputer mencapai nilai US$ 30 miliar di tahun 2016 – termasuk upgrade hardware, aksesori, hingga periferal. Kenaikan tersebut kabarnya lebih cepat dua tahun dari prediksi, sebelumnya US$ 30 miliar diperkirakan baru akan diperoleh di tahun 2018.
Menurut JPR, faktor pendorong melesatnya peningkatan ini adalah besarnya budaya gaming dan populasi gamer, serta minimnya perlawanan dari console – dengan konsumen di Asia Pasifik sebagai ujung tombaknya. Negara-negara di kawasan lain tentu saja menunjukkan pertumbuhan, dan menariknya, penjualan hardware high-end di Amerika Utara dan Eropa Barat lebih tinggi dari Asia Pasifik, meski kenaikannya lebih rendah (masing-masing 5,78% dan 6,63% versus 9,61%).
Ted Pollak selaku senior game industry analyst JPR menjelaskan ada banyak faktor penyebab semakin banyak orang merangkul PC gaming. Pertama, penyajian desktop kian populer karena pengguna dapat melihat detail lebih tinggi walaupun permainan cuma dijalankan di resolusi HD ataupun full-HD. Kedua, skema kontrol keyboard dan mouse lagi-lagi terbukti lebih superior, salah satu buktinya adalah judul-judul eSport mayoritas dimainkan di PC.
Sebagai tambahan, para desainer produk telah menyediakan ribuan opsi untuk user dalam melakukan kustomisasi PC di sisi fungsi serta estetika. Contohnya: setup multi-monitor, kartu-kartu grafis berperforma monster, berbagai pilihan notebook gaming dari mulai perangkat super-tipis hingga desktop replacement; belum lagi pernak-pernik seperti liquid cooling, sistem lighting, SSD, mouse gaming, keyboard mekanik, sampai aksesori Xbox yang kompatibel.
JPR juga melihat bahwa AMD dan Nvidia makin memerhatikan konsumen-konsumen entry-level, dan mulai menyediakan produk-produk kartu grafis di rentang harga US$ 120, seperti GTX 1050 dan Radeon RX 460. CPU Ryzen juga sangat menarik karena AMD mempunyai agenda untuk menyediakannya di perangkat kelas paling dasar, mid-range, sampai high-end. Bahkan GPU integrated di CPU Intel pelan-pelan mulai menyaingi console.
Seperti yang bisa Anda lihat, dominasi PC sulit dibendung. Dari pada menunda-nundanya, ayo bergabung bersama ‘master race‘ sekarang.