Dark
Light

Papataka.com Promosi di Media Cetak Untuk Dukung Pertumbuhan Penjualan

2 mins read
January 5, 2011

Kalau Anda kebetulan membaca majalah Bloomberg Businessweek edisi Bahasa Indonesia, dalam beberapa edisi kebelakang, Anda mungkin akan melihat sebuah artikel advertorial serta iklan dari salah satu penyedia e-book di pasar lokal, Papataka.com. Setidaknya itu yang terjadi pada saya sendiri dan membuat saya penasaran untuk mengajukan beberapa pertanyaan ke Papataka.com.

Akhir minggu kemarin saya mendapatkan jawabannya, Papataka memang mengadakan kerjasama dengan Bloomberg, yang telah mengakuisisi Businessweek. Kerjasama yang terjadi adalah pemasangan iklan serta kesepakatan khusus, selain iklan berbayar, mereka juga akan mengadakan kerjasama semacam publishing deal yang akan dijalankan bersama.

Pemasangan iklan ini juga tidak terlepas dari pangsa pasar pembaca e-book yang disediakan Papataka yang satu segmen dengan para pembaca majalah Bloomberg Businessweek yaitu kalangan bisnis, sesuai dengan koleksi buku digital yang disediakan Papataka.com.

Promosi menjadi hal penting yang memang harus dijalankan Papataka, seperti yang pernah saya sebutkan dituliskan sebelumnya, meski peminat e-book cukup tinggi di tingkat lokal, namun untuk toko semacam Papataka yang juga menyediakan dedicated e-reader masih tergolong baru, dimana fasilitas bagi pengguna yang bisa membeli buku secara langsung masih butuh pengenalan, dan ini juga dilakukan oleh Papataka, dengan ‘menyisihkan’ jumlah cukup besar untuk urusan promosi. Selama Q4 akhir tahun kemarin, Papataka cukup gencar untuk melakukan promosi, seperti mengikuti pameran, kini mereka juga telah memiliki showroom dan galeri di Plaza Indonesia. Penempatan iklan juga menjadi salah satu sarana promosi yang tetap akan dilakukan tahun 2011.

Pertumbuhan e-book dan e-reader secara global juga cukup menarik, Google telah secara resmi meluncurkan Google eBookstore, dan akhir tahun kemarin, atau beberapa minggu yang lalu, Amazon mengumumkan berita tentang Kindle, yang menjadi produk paling laris di tahun 2010, Bloomberg menyebutkan penjualan produk ini mencapai 8 juta. Persaingan antara perangkat e-book ini dikaitkan juga dengan kemunculan iPad yang dianggap akan ‘membunuh’ perangkat e-reader semacam Kindle, nyatanya tidak (atau setidaknya belum).

Berita ini juga yang membuat Papataka tetap optimis ditengah tren perangkat tablet yang juga terjadi di Indonesia, selain mendukung penuh buku digital yang bisa dibaca diperangkat e-reader, mereka juga cukup optimis dengan pertumbuhan perangkat tablet yang menjadi saingan untuk membaca konten digital, karena selain menyediakan dedicated e-reader, koleksi e-book mereka juga bisa dibaca di perangkat lain, seperti yang dijelaskan oleh Pak Kaliman dari Papataka.com, “buku-buku Papataka saat ini sudah bisa dibaca di iPad dan iPhone, dengan men-download third party program, Bluefire dan Filer app. Untuk Andorid base, Q2 2011 Bluefire akan me-release apps untuk Android, jadi terkaver semuanya.”

Sayangnya, untuk jumlah pendapatan dari Papataka, setidaknya menjelang dan sesudah promosi yang mereka lakukan tidak bisa disebutkan, jadi kita tidak bisa melihat bagaimana efek dari strategi mereka, apakah efektif atau tidak, namun dari keterangan tentang jangka kontrak selama 2 tahun dengan Bloomberg, sepertinya Papataka cukup optimis menempatkan iklan di majalah sebagai salah satu strategi yang tepat untuk produk mereka.

Sedangkan untuk kerjasama penerbitan dengan Bloomberg juga belum ada detail yang bisa dibagikan, tetapi kerjasama yang dilakukan seputaran penerbitan materi bacaan berbasis digital. Mungkin semacam edisi majalah Bloomberg Businessweek versi e-book atau buku digital yang berkaitan dengan konten yang dimiliki Bloomberg, misalnya telaah tentang topik keuangan atau semacamnya.

Saat ini Papataka juga telah memiliki dedicated e-reader terbaru yang juga iklannya saya lihat di media cetak, yaitu iRiver Cover Story. Selain fasilitas WiFi, iRiver ini menggunakan teknologi e-ink, tersedia fasilitas MP3 player, voice recorder, juga terdapat fasilitas yang mendukung Papataka yaitu akses ke Papataka (mobile store) untuk menjelajah buku serta mengunduh e-book langsung dari e-reader tersebut.

Disamping toko untuk belanja online dengan produk fisik, sepertinya pertumbuhan penjualan retail e-book juga bisa dicermati tahun depan, terutama untuk pasar lokal. Beberapa penyedia layanan yang sudah berjalan juga akan terus membenahi layanan mereka, ada juga yang baru akan terjun ke pangsa pasar e-book. Seperti layanan NulisBuku yang dikabarkan sedang menyiapkan untuk merilis versi e-book dari buku yang ada di layanan mereka.

Kalau membaca buku Long Tail – Chris Anderson, salah satu kelebihan dari produk digital adalah masalah penyimpanan (gudang produk) yang tidak membutuhkan dana sebesar gudang fisik, dan untuk penjualan, meskipun produk yang terjual jumlahnya kecil tapi biasanya semua produk yang dipajang bisa terjual, artinya stok barang pasti ada yang terjual, dan ini merupakan beberapa keunggulan dari penjualan digital, dimana toko dan produknya sama-sama dalam bentuk digital.

Kita lihat tahun 2011, apakah pasar e-book ini akan semakin seksi, terutama untuk e-book berbayar? Meski gempuran tablet terus datang, namun kalau melihat pertumbuhan pasar international, Kindle mampu bertahan dengan kemunculan tablet, apakah tren ini juga akan ikut hadir di Indonesia? Anda punya pendapat, mari tuliskan komentar Anda.

Foto diambil dari majalah Bloomberg Businessweek, edisi 35/02 – 08 Desember 2010.

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Event: StartupLokal Meetup v.9, “Acquisition: take it or leave it” (Updated)

Next Story

Inilah Pemenang Best Local Startup dan CEO/Founder Of The Year 2010

Latest from Blog

Don't Miss

Meta luncurkan tools generative AI untuk iklan

Meta Luncurkan Tools Generative AI untuk Para Pemasang Iklan

Tren generative AI dan keberadaan program seperti ChatGPT maupun Stable

Game dan Iklan, Usaha Netflix untuk Tetap Relevan

Netflix kehilangan 200 ribu pelanggan mereka. Hal ini diungkap dalam