Tersedia di negara tetangga sejak Juli 2013 silam, aplikasi online dating asal Singapura Paktor kini resmi menjajaki pasar Indonesia. Dengan beberapa pembaruan demi menggaet pasar Indonesia, pihak pengembang Paktor percaya caranya dapat membantu menghubungkan seseorang dengan lebih sehat. Dibandingkan dengan Tinder, Badoo, Wavoo, ataupun Yogrt, Paktor memiliki konsep serupa namun mengklaim memiliki pendekatan yang lebih unik.
Cukup menarik untuk menyimak bagaimana CEO Paktor Joseph Phua memutuskan memasuki Indonesia. Awalnya pihaknya enggan untuk memasuki Indonesia lantaran mindset konservatif masyarakatnya tentang aplikasi perjodohan.
“Kami telah merilis Paktor di Singapura, Vietnam, Thailand, Hong Kong, Korea, Japan, Taiwan, dan India, sebelum di Indonesia. Namun setahun kemudian kami melihat kesiapan masyarakatnya mengadopsi media sosial, terutama dating apps, menjadi alasan kami untuk akhirnya merencanakan untuk memasuki pasar Indonesia,” papar Joseph di tengah diskusi santai sore ini (13/2).
Joseph mengakui bahwa komunitas merupakan hal esensial di Indonesia. Kecenderungan masyarakat untuk menjalin pertemanan baru secara offline maupun online sangat menarik. Hal tersebut sejalan dengan misi Paktor, yaitu menghubungkan seseorang dengan orang lainnya.
Pada dasarnya Paktor memiliki konsep yang serupa dengan Tinder. Joseph sendiri tidak ragu melemparkan pujian kepada Tinder sebagai role model-nya. Swipe kanan untuk menyukai, dan swipe kiri untuk sebaliknya. Lantas setelah sepasang saling menyukai, mereka dapat melanjutkan obrolan dan melihat informasi detil lawan bicaranya. Ditambah dengan beberapa modifikasi, Paktor menyisipkan fitur lebih lengkap yang tidak ditawarkan oleh para kompetitornya.
Dalam filterisasi pencarian, Paktor menyediakan parameter-parameter baru sebagai contoh tinggi badan, latar belakang pendidikan, kepercayaan, pendidikan, dan kebudayaan. Apa yang ditawarkan oleh Paktor merupakan buah survei mereka terhadap 400 responden di kota-kota di Pulau Jawa dan Pulau Bali.
Aplikasi Paktor telah tersedia di platform Android dan iOS. Berbeda dengan kompetitornya, Paktor juga menyediakan di platform desktop yang dapat diakses di alamat web.gopaktor.com. Joseph menjelaskan bahwa Paktor versi desktop tidak selengkap versi mobile-nya karena dikhususkan untuk kenyamanan pengguna mengobrol.
Perihal mengobrol dengan lawan bicara, Paktor memiliki fitur unik yaitu menterjemahkan kalimat secara otomatis. Jika lawan bicara Anda adalah orang Jepang contohnya, pesan yang diterima oleh mereka juga berbahasa Jepang meskipun dikirimkan menggunakan bahasa lain.
Sejauh ini pihaknya belum mulai melakukan monetisasi. Mereka baru saja meluncurkan layanannya pada tanggal 15 Januari 2015 silam. Fokus mereka kini membangun brand awareness dan menggaet lebih banyak pengguna dengan sosialisasi ke kampus dan komunitas. Mereka juga telah membangun kantor representatif di Jakarta guna mengakomodir manajemen bisnisnya di sini.