Dark
Light

Oyo Resmi Hadir di Indonesia, Siapkan Investasi 1,5 Triliun Rupiah

2 mins read
October 18, 2018
Startup unicorn India Oyo resmikan kehadiran di sektor hospitality Indonesia. Menggelontorkan dana investasi sekitar Rp1,5 triliun untuk pengembangan bisnis
Founder dan CEO Oyo Ritesh Agarwal, Country Lead Oyo Indonesia Rishabh Gupta, dan Head of Central Operations Oyo Indonesia Tadeus Nugraha / Oyo

Oyo, startup yang bergerak bisnis jaringan hotel, meresmikan kehadirannya di Indonesia setelah kontinu mempersiapkan operasionalnya sejak setahun lalu. Di saat yang bersamaan, perusahaan mengumumkan komitmen investasi lebih dari US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk menjadi pemain terdepan di Indonesia.

Founder dan CEO Oyo Ritesh Agarwal menuturkan, komitmen investasi yang disiapkan ini diambil dari perolehan dana segar yang didapat perusahaan sebulan lalu sebesar US$1 miliar dari Softbank, Lightspeed, Sequoia, dan Greenoaks Capital. Ada pula tambahan US$200 juta yang diambil dari neraca keuangan perusahaan.

Oyo akan menggunakan mayoritas dana tersebut untuk membangun infrastruktur jaringan hotel dan merenovasi bangunan agar sesuai dengan kriteria Oyo. Kemudian mereka melatih talenta agar dapat bekerja di industri hospitality, mengembangkan teknologi, dan melancarkan strategi pemasaran agar dapat menarik pengguna baru.

“Oyo membantu para pemilik unbranded hotel dengan teknologi yang kami miliki untuk meningkatkan standar pelayanannya setara dengan jaringan hotel sehingga pada akhirnya okupansi dapat meningkat. Komitmen kami sangat kuat untuk mengembangkan Indonesia dan ingin bertahan lama di sini,” ucapnya, Kamis (18/10).

Sebelum meresmikan kehadiran, pihaknya sudah melakukan berbagai riset kondisi pasar, sosial, hingga regulasinya. Secara perlahan-lahan, Oyo mulai merintis kiprahnya dengan badan hukum PT Oyo Rooms Indonesia. Operasional sendiri dimulai sejak pada Februari 2018.

Kini Oyo telah menggandeng lebih dari 30 pemilik properti yang telah terinventarisasi dan 1000 kamar tersebar di tiga kota, yakni Jakarta, Surabaya, dan Palembang. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp149 ribu. Salah satu mitra properti yang dikelola Oyo adalah Adhi Persada, anak usaha perusahaan pelat merah Adhi Karya.

Berikutnya Oyo siap memperluas kehadirannya di 35 kota di seluruh Indonesia, termasuk Yogyakarta, Bandung, dan Bali dalam 15 bulan ke depan. Pada tahun 2020 mendatang, Oyo berambisi dapat merekrut lebih dari 60 ribu karyawan di berbagai daerah untuk memperkuat sektor perhotelan, seperti pekerjaan untuk front office, jasa katering, dan house keeping.

“Prinsip kami tiga kamar hotel bisa mempekerjakan satu orang tenaga kerja. Semakin banyak kamar tentunya akan membuka semakin banyak lapangan pekerjaan untuk orang Indonesia,” tambah Country Lead Oyo Indonesia Rishabh Gupta.

Model bisnis Oyo

Ritesh menegaskan kehadirannya di Indonesia bukan menjadi kompetitor untuk para pemain OTA yang sudah lebih dahulu hadir, melainkan sebagai mitra distribusi. Justru yang dianggap sebagai kompetitor adalah jaringan hotel budget yang sudah memiliki reputasi besar, seperti Accor, Pop Hotels, Tauzia Hotel, Harris, dan masih banyak lagi.

“Justru OTA itu adalah mitra kami untuk distribusi kamar. Kami bermitra dengan mereka semua. Salah satu pemilik properti kami menyebut okupansi naik dari 28% jadi 92% setiap harinya setelah masuk ke jaringan Oyo. Hotelnya mendapat rating bintang empat, dari hanya satu, di Booking.com.”

Dalam model bisnisnya, dia menjelaskan pemilik properti yang bermitra dengan Oyo akan beroperasi mengadopsi model manchise (manajemen dan franchise). Kontrol dan manajemen hotel akan dipegang penuh Oyo. Model ini juga diterapkan di India dan Tiongkok.

Semua properti akan dioperasikan dalam perjanjian sewa atau mengizinkan pemilik properti menjalankan properti mereka dalam kesepakatan franchise. Oyo biasanya mengutip 20% dari total pendapatan hotel untuk skema perjanjian sewa.

Dalam pemilihan properti, Ritesh mengatakan pihaknya melihat segala jenis properti yang ada, lalu mengukurnya dari segi luas kamar tidur, kamar mandi, luas lobi, dan sebagainya. Yang terpenting adalah lokasinya yang harus strategis.

Semuanya dibutuhkan untuk melihat seberapa besar renovasi yang dibutuhkan agar dapat beroperasi sesuai kriteria manajemen Oyo dan mengatur kesepakatan harga kamarnya. Setelah semuanya terukur, pemilik properti akan merenovasi dengan biaya sendiri. Nanti Oyo akan bekerja sama dengan institusi keuangan lokal untuk membantu pemilik properti meringankan ongkos tersebut dengan cicilan yang terjangkau.

Seluruh manajemen hotel akan dipantau dari aplikasi. Oyo menyediakan lima jenis aplikasi untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Ada Krypton, Oyo Owner, Co Oyo, Oyo OS, dan Oyo : Branded Hotels untuk konsumen.

Sejak pertama kali berdiri di bulan Mei 2013, Oyo telah hadir di lebih dari 350 kota dengan menggandeng lebih dari 10 ribu mitra tersebar di enam negara, India, Tiongkok, Malaysia, Nepal, Inggris, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.

Oyo mengklaim sebagai pemimpin teknologi perhotelan dengan memiliki 211 ribu franchised kamar yang dapat disewa. Lebih dari 125 ribu kamar hotel terisi setiap harinya.

Di Indonesia, Oyo telah memiliki 155 karyawan. Kantor sementara masih berlokasi di coworking space WeWork Revenue Tower, Jakarta.

Application Information Will Show Up Here
OY! Indonesia
Previous Story

OY! Indonesia Resmi Meluncur, Hadirkan Layanan Fintech di Aplikasi Chatting

cara-membuat-gambar-thumbnail-untuk-youtube-dan-social-post
Next Story

[Panduan Pemula] Cara Membuat Gambar Thumbnail untuk YouTube dan Social Post

Latest from Blog

Don't Miss

Pendiri Izy

Izy Mungkinkan Pemilik Hotel Hadirkan Layanan “On-Demand” untuk Pengunjung

Digitalisasi layanan di sektor akomodasi sudah hampir meliputi hulu hingga
Model bisnis Oyo menjadi sorotan karena dianggap berpotensi merusak ekosistem hotel bujet di Tanah Air

Dampak Oyo Terhadap Ekosistem Hotel Bujet Tanah Air

Tahun 2019 merupakan salah satu momen kejayaan operator hotel bujet