Ada beberapa alasan mengapa banyak orang menanti tahun 2014. Beberapa di antara mereka menganggap tahun ini sebagai tahun ‘mendaratnya’ device-device virtual reality yang praktis dan terjangkau ke genggaman konsumen. Dengan memaksimalkan momentum CES 2014, Oculus dan Sony masing-masing memamerkan versi teranyar device virtual reality mereka dalam ajang pesta teknologi tahunan ini.
Di booth milik Sony, perusahaan asal Jepang itu memamerkan versi terbaru headset VR seri HMZ-T mereka, HMZ-T3Q. Ia adalah versi terampuh T3 dan penampilannya juga sangat keren. Headset ini akan terpasang di atas kepala Anda bak sebuah helm di film-film fiksi ilmiah. T3Q akan menutup mata pengguna dan membawa Anda ke sebuah dunia sinematik terpisah.
Info menarik: iMotion: Seperti Inikah Penampilan Mouse di Masa Depan?
Betul sekali, ‘sinematik’ adalah tema yang selalu diangkat seri HMZ-T. Hal ini diperkuat oleh komentar sang COO Sony Electronic, Michael Fasulo, “Head-mounted display ini merupakan teater di kepala Anda.” Selain itu mereka juga merancangnya sebagai alternatif layar televisi ketika Anda dihadang oleh luas ruang yang terbatas, seperti contohnya saat Anda berada di atas pesawat terbang: ketika menonton film, menggunakan headset VR jauh lebih mengasyikkan dibanding menggunakan layar LCD yang disediakan di dalam pesawat.
HMZ-T3Q dirancang agar terkoneksi secara nirkabel dan desain praktis. Bukan itu saja, alat ini dapat mengetahui pergerakan Anda, kapan dan dimana Anda menolehkan kepala. Ia juga memungkinkan pengguna fokus ke satu titik. Kemampuan ini sangat mendukung fungsi HMZ-T3Q sebagai device pendukung gaming.
Namun saat membahas tema gaming, benak kita langsung mengingat Oculus Rift. Berbeda dengan alat VR Sony tersebut, Oculus Rift dirancang dari awal untuk ber-gaming. Bahkan ia mendapatkan lebih banyak perhatian dan dukungan dari berbagai perusahaan karena para penciptanya tak sungkan untuk ‘membagi-bagikan’ device ini sebelum dirilis ke publik, dan membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan masukan.
Beberapa kali Oculus VR mendapatkan revisi desain. Bentuknya memang tidak secantik device Sony: Jika HMZ-T3Q merepresentasikan perangkat di film Star Trek, maka Oculus Rift mengingatkan kita pada tema-tema cyberpunk, seperti film cult-classic Blade Runner. Dan di CES 2014, pengunjung diperlihatkan ‘penampakan’ terbaru dari Rift.
Info menarik: Tim Oculus Kembangkan Device Virtual Reality Untuk Android
Namun karena memang ditujukan untuk fungsi gaming, Oculus Rift unggul dalam berbagai hal dibanding rivalnya. Saat VR Sony itu hanya memiliki field of vision seluas 45-derajat, Rift memiliki FoV seluas 110-derajat yang mengagumkan. Bukan itu saja, Oculus telah mendongkrak resolusi display dari 720p ke 1080p – seperti yang banyak menjadi masukan para tester. Peningkatan yang paling canggih adalah tingkat latency yang telah ditekan ke titik terendah sehingga pengguna tidak lagi merasa ‘mabuk simulator’ saat mengenakannya.
Kemampuan Oculus dipamerkan dengan bantuan software demo buatan Epic Games yang membawa penggunanya ke dunia ‘Elemental’, dibuat berbasis engine terbaru mereka: Unreal 4. Demo ini pernah disajikan saat CES tahun lalu, namun sekarang pengunjung bisa menikmatinya sambil bermain game ala tower-defense.
Yang membuatnya tampak lebih canggih adalah, kini untuk yang pertama kalinya Oculus Rift baru dapat melacak pergerakan kepala Anda di dunia nyata. Kemudian menterjemahkannya dengan perubahan orientasi dalam dunia virtual. Sebelumnya fitur ini hanya bisa diakses dengan mengkombinasi controller game dengan Rift, tapi kini semuanya bisa dilakukan Rift secara mandiri.
Untuk melakukan hal tersebut, para perancangnya memanfaatkan sistem ‘luar-dalam’: sebuah kamera eksternal unguk membaca lampu-lampu LED di bagian faceplate alat ini. Mereka mengklaim bahwa Oculus VR memberikan ‘tiga tingkat kebebasan’ (maju/mundur, kiri/kanan, dan atas/bawah). Ia juga didukung layar AMOLED, teknologi yang mengurangi efek ‘murah’ motion-blur – yang bisa membuat penggunanya cepat mual.
Baik HMZ-T3Q dan Oculus VR memiliki spesialisasi masing-masing. Dan persaingan ini akan dimenangkan oleh device yang didukung oleh banyak pihak dan menjadi pilihan utama konsumen. Satu lagi: kita perlu mempertimbangkan harganya. Versi developer Oculus Rift masih dibanderol kurang lebih US$ 1.000, begitu juga varian retail HMZ-T3. Jika salah satu perusahaan ini bisa menekannya jauh di bawah itu, ia mungkin akan menjadi favorit.
Sumber gambar dan artikel diolah dari Venture Beat dan Wired.com. Gambar lain: House of Japan.