Nvidia resmi memperkenalkan keluarga GPU GeForce RTX pada bulan Agustus lalu, dengan RTX 2080 Ti yang menduduki kasta teratasnya. Posisinya sekarang sudah digusur oleh Titan RTX, akan tetapi tidak seperti Titan X Pascal sebelumnya, Titan RTX lebih ditujukan untuk pengembangan AI ketimbang gaming.
Alhasil, Titan RTX lebih mirip Titan V yang dirilis menjelang penghujung tahun lalu. Meski demikian, kinerja real-time ray tracing yang superior membuat Titan RTX masih punya tempat di kalangan gamer sultan.
Sultan? Ya, sebab banderolnya mencapai angka $2.500. Harga itu dua kali lipat lebih mahal ketimbang RTX 2080 Ti, padahal performa gaming-nya cuma sekitar 10 – 20% lebih kencang. Ini dikarenakan Titan RTX mengemas 72 Turing RT core dan 4.608 CUDA core, sedikit lebih banyak daripada RTX 2080 Ti yang ‘cuma’ dibekali 68 Turing RT core dan 4.352 CUDA core.
Yang meningkat drastis adalah kapasitas memory-nya: 24 GB GDDR6, atau lebih dari dua kali kapasitas memory RTX 2080 Ti. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ia lebih ditujukan buat pengembangan AI, sebab memory yang lebih besar memang lebih kapabel untuk menjalankan simulasi-simulasi yang lebih intensif.
Andai semua itu masih kurang, dua unit RTX juga bisa dipasangkan demi mewujudkan kapasitas memory dua kali lebih besar dan bandwith hingga 100 GB/s. Sekali lagi, skenario ini luar biasa berlebihan untuk gaming, tapi lebih masuk akal untuk para peneliti dan developer yang membutuhkan performa deep learning tanpa kompromi.
Sumber: Nvidia.