Dark
Light

Nulisbuku.com: Self-publishing Berbasis Online

2 mins read
April 27, 2010

Berita tentang situs yang berhubungan dengan buku atau dunia tulis menulis yang memanfaatkan internet akan selalu menarik bagi saya. Dunia buku sebetulnya cukup akrab dengan internet, kita bisa lihat banyaknya para pelaku bisnis jualan buku atau e-commerce di bidang buku bermunculan bagai jamur di Indonesia.

Belum lagi komunitas maya yang berkomunikasi di mailling list sampai aplikasi seperti Goodreads, Shelfari atau pun Evolitera serta akan datang BukuQ, dua terakhir ini asli buatan lokal, ikut meramaikan perpindahan budaya buku dan tulis menulis dari dunia konvensional ke dunia digital.

Dan kini satu lagi pemain yang akan meramaikan dunia buku dan tulis menulis berbasis online akan hadir, Nulisbuku.com. Sampai saat ini memang situs ini belum aktif, halaman pembuka hanya menjelaskan sedikit tentang keterangan apa itu Nulisbuku dan penjelasan bahwa website mereka masil dalam taraf development dan akan segera online.

Dari penjelasan singkat yang ada, Nulisbuku menjelaskan diri mereka sebagai perusahaan self-publishing berbasis online pertama di Indonesia. Sampai di sini terus terang saya kemudian berfikir, pertama konsep self-publishing agak membuat saya bingung, kalau kita berbicara tentang self-publishing versi konvensional atau cetak, maka konsep itu akan mengarah pada posisi si penulis yang membuat, memproduksi dan mungkin memasarkan sendiri buku yang ia tuliskan. Self-publishing mirip dengan konsep indie atau penerbitan pribadi tanpa bantuan penerbit besar/major/mapan, mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi buku.

Ketika self-publishing masuk ke ranah online, maka konsepnya agak membingungkan, bukankah blog, e-book dan segala aplikasi yang memungkinkan setiap orang menjadi publisher adalah self-publishing di dunia internet? Lalu self-publishing berbasis online ala Nulisbuku itu makhluk apa lagi nih?

Kemudian saya teringat Lulu.com, yang pertama-tama saya bandingkan dengan Evolitera, namun saya sadar mereka sangat berbeda. Perbedaan mendasar Evolitera adalah mereka tidak mencetak buku dalam bentuk print on demand, sedangkan Lulu melakukannya. Nah, sepertinya bentuk dan sistem Nulisbuku akan mengarah ke sana, self-publishing dengan sistem pre order atau print on demand yang diintegrasikan dengan sistem online, minimal promosi, pemesanan semua lewat website.

User bisa mengirimkan naskah, mengedit, membuat kaver buku, menentukan harga, menyusun pola promosi dan mengelola komunitas bersama para pembacanya, semua bisa dilakukan melalui satu website, Nulisbuku. Prediksi ini diperkuat dengan undangan dari Nulisbuku pada para penulis yang ingin menerbitkan buku mereka sendiri untuk mengirimkan naskah dan data diri mereka ke alamat email Nulisbuku.

Pertanyaannya tentu akan mengarah ke behaviour, jangan-jangan, ketika website hanya menjadi perantara, tidak membuat sebuah sistem baru, maka penggunaan internet akan tidak maksimal, sama seperti situs media online yang hanya memindahkan edisi cetak ke internet, tanpa menambahkan apa yang sering disebut sebagai unsur-unsur web 2.0.

Saya sendiri berharap, nantinya Nulisbuku bisa memberikan layanan yang lebih dari hanya memindahkan sistem industri buku dan tulis menulis konvensional ke internet tapi semoga mereka bisa memberikan layanan yang lebih keren lagi. Apalagi Nulisbuku merupakan partner dari KutukutuBuku yang merupakan toko buku online, minimal marketplace sudah ada, tinggal bagaimana mengembangkan sistem yang bisa mencari para konsumen untuk membeli buku yang masuk kategori self-publishing ini.

Mungkin mereka bisa mengambil ide dari Lulu.com sebagai start awal asal tidak mencontek. Kemudian Nulisbuku juga harus melakukan riset untuk melihat lebih dalam lagi tentang karakter konsumen Indonesia, yang saya pikir masih malas untuk dibikin ribet, seperti harus menunggu lama untuk memesan buku tertentu yang mereka pesan secara print on demand, belum lagi edukasi untuk para penulis yang belum akrab dengan self-publishing konvensional apalagi dengan self-publishing online.

Mungkin eksplorasi bisa mengarah ke industri mobile, publishing diteruskan konsepnya bukan hanya sebagai bentuk cetak konvensional, dengan kertas tapi juga bentuk penerbitan digital, lewat layar ponsel, smartphone, notebook, netbook atau bahkan iPad. Atau Nulisbuku juga bisa mengembangakan sisi eksklusifitas pendukung dari penulis, misalnya dengan tanda tangan (versi digital mungkin), merchandise sampai bincang-bincang langsung online dengan para penggemar.

Industri buku konvensional kita masih kecil jika dibandingkan dengan negara Asia lain, bahkan dengan Vietnam, baik itu dari segi buku yang diterbitkan maupun pangsa pasar yang diciptakan dan dengan perkembangan teknologi, industri buku dan tulis menulis kita yang sebagian besar masih berkutat pada cetak konvensional kini harus menghadapai perkembangan teknologi berbasis internet.

Belum banyak memang yang bisa kita bahas dari Nulisbuku tapi, saya tentu berharap akan ada kejutan yang menyenangkan akan hadir dari Nulisbuku, bukan hanya memindahkan sistem konvensional dengan gaya pemasaran online, tapi jauh menyentuh ke esensi tentang web 2.0 dan membuat sebuah terobosan untuk membangkitkan serta menumbuhkan geliat buku dan dunia tulis menulis di tingkat lokal.

Itu pendapat dan prediksi saya tentang Nulisbuku, anda punya saran, atau harapan tentang Nulisbuku.com, anda bisa share pendapat anda pada kolom komentar.

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

14 Comments

  1. Kegiatan menulis dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan bila kita mengetahui banyaknya manfaat dari hasil tulisan kita. Penerbitan buku secara online dapat menjadi wadah yang bermanfaat untuk mengembangkan potensi di bidang tulis-menulis. Selamat mencoba dan sukses untuk kita semua.

  2. Aku terpkir nih ide ebook publishing store.. entah bisa jalan dilokal atau enggak tapi semua revnue tergantung kesiapan produsen eh mksdnya penyedia ruang.

  3. Pertanyaan2 yang bagus dari Wiku. Waktu pertama kali dengar saya juga mikir apakah target marketnya cukup besar di Indonesia. Mungkin lebih baik ganti nama dan menjadi pemain regional. Selain itu, di Indonesia juga kita tahu banyak pembajakan atas hak cipta. Ini yang mungkin faktor kenapa industri publishing tidak bisa berkembang. Dan mungkin masalah ini terlalu besar untuk dipecahkan oleh sebuah startup.

  4. “Dan mungkin masalah ini terlalu besar untuk dipecahkan oleh sebuah startup”, been there done that, setuju mas andre, sebenarnya senang lihat semangat startup untuk ikut mengembangkan dunia buku serta tulis menulis di Indonesia, tapi kalau tanpa persiapan dan strategi jangka panjang yang sangat yahud, saya masih agak kurang yakin.

    semoga saja nanti produknya memang bisa bikin kita bilang: this is it, this is the big thing!

  5. Ok.. pak Wiku, saya akan email segera. Sebenarnya agak kurang pede juga, soalnya kebanyakan yg dikupas di DS yg berbasis Web 2.0, sementara segmen yg saya kejar pengguna mobile web, jd msh berbasis xHTML-MP saja.
    Terimakasih sebelumnya, anyway 🙂

  6. nggak pertama ah…sudah banyak penerbitan self publish sebelum ini…
    coba tengok ke http://indiebook.co.cc
    web ini sudah berdiri lama dan menerbitkan banyak judul buku Indie dan self publish

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Konten Yahoo! Akan Muncul di Ponsel Samsung

Next Story

Google Earth View untuk Para Penggemar Google Maps

Latest from Blog

Don't Miss

Playground Web3 platform

Playground Hadirkan Platform untuk Menemukan Proyek dan Game Web3 Terpercaya

Meski kerap menjadi topik pembicaraan dalam setahun terakhir, tren Web3
Indonesia-Miliki-12-Gelar-Unicorn-di-Tahun-2021-Anggota-Baru-Muncul-di-Penghujung-Tahun

Indonesia Miliki 12 Gelar Startup Unicorn di Tahun 2021, Anggota Baru Muncul di Penghujung Tahun

Penghujung tahun 2021 memberikan kejutan kepada para pelaku dan startup