Ada sebuah pepatah berbunyi ‘Semakin sering suatu hal berubah, semakin sulit juga ia berubah.” Kalimat ini saya dapatkan saat bermain Call of Duty: Modern Warfare 2, tampaknya konsep Hollywood telah meresap masuk ke permainan-permainan bertema militer – dan rasa permainan ini sama sekali tidak berubah dari saat Modern Warfare pertama dirilis lebih dari enam tahun yang lalu.
Konsep ini bukan hanya ‘menodai’ seri Call of Duty, namun juga menginfeksi shooter bertema militer lainnya. Dan salah satunya Battlefield 4. Memang benar, tidak ada orang waras yang membeli Battlefield 4 hanya untuk memainkan mode singleplayer – untuk saya, seri Battlefield adalah game multiplayer murni. Saya akan lebih menghargainya jika DICE dan EA hanya menggarap game ini sebagai permainan eksklusif multiplayer. Namun mode singleplayer tersedia di sini. Dan tidak ada yang akan menghentikan gamer untuk mencobanya…
Battlefield 4 adalah salah satu game bervisual terbaik yang pernah dibuat anak manusia. Peluru senapan dan meriam bisa menghancurkan objek apapun – tidak ada tempat perlindungan permanen, kecuali tentu saja tempat pos amunisi dan persenjataan yang anehnya tidak ikutan meledak saat ditembak roket. Sayangnya untuk mode yang menjelaskan mengapa Amerika, China dan Rusia saling membunuh, singleplayer Battlefield 4 sangatlah hambar.
Dalam mode campaign, Anda bermain namun juga tidak bermain. Anda akan diseret dari satu tempat ke tempat lain tanpa mendapatkan sebuah keterikatan pada hal yang sedang terjadi.
Game ini mencoba memberikan Anda drama, namun karena disajikan terlalu singkat dan penuh ledakan, pemain akan melewatkan banyak hal karena mereka terlalu sibuk lari dari lemparan granat ataupun mencoba membidik kepala musuh. Yang paling parah adalah mode singleplayer ini disajikan amat sangat singkat – beberapa orang melaporkan bahwa mereka bisa menamatkannya hanya dalam empat jam, saya sendiri bermain di ‘hard‘ dan menyelesaikannya kurang lebih enam jam bermain.
Jika Anda ingat bagaimana Call of Duty 1 dan 2 menyajikan tiga buah campaign dalam perspektif yang berbeda, sebenarnya saya juga mengharapkan hal yang sama dalam Battlefield 4. Kita sudah sering dijejali propaganda heroisme Amerika Serikat, bagaimana dengan jumlah pasukan yang sedikit dan persenjataan yang canggih mereka bisa menang; namun bayangkan jika kita juga bisa bermain sebagai tentara China, dengan sudut pandang berbeda dimana prajuritnya ‘dipaksa’ melakukan kudeta; atau bermain sebagai Russia dimana mereka harus menghadapi superioritas teknologi dari Amerika dan gempuran dari China. Sajikan tiga buah campaign selama kurang lebih 5 – 6 jam, bayangkan betapa bahagianya gamer yang tidak terlalu kompetitif untuk ‘berendam’ di dalam mode multiplayer.
Singleplayer Battlefield 4, seperti seri Call of Duty, telah lama kehilangan gregetnya. Mereka membutuhkan sesuatu yang baru namun sang developer sudah terjebak di dalam zona nyaman mereka. Saya hanya menghargai mode singleplayer ini sebagai sebuah demo-tech interaktif, dimana DICE memamerkan kecanggihan engine Frostbite terbaru mereka, namun pada esensinya ia hanyalah sebuah pemanasan sebelum kita menceburkan diri dalam multiplayer yang adiktif – sebuah permainan yang tidak membiarkan kita benar-benar bermain.
Anda bisa melihat banyak kesamaan dengan shooter terbaru Activision, Call of Duty: Ghost, yang akan menjadi topik Now Playing Minggu depan. Untuk video gameplay Battlefield 4 Singleplayer bisa Anda lihat dalam video berikut ini.
—
(Game ini dijalankan di notebook gaming MSI GT70 dengan spesifikasi Intel Core i7 generasi keempat @3.0GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 780M, dan 16GB RAM. Anda bisa membeli Battlefield 4 via Origins, game ini dibanderol mulai dari US$ 49).
Koreksi untuk harga, telah diperbaiki. Thanks mas Niko.
Eh bro kaga salah itu harganya? Bukannya rupiahnya gopek?
Graphics agak terlalu lebay.. lensflare everywhere, dan gameplaynya buang logika jauh2.
BF3 aja masih bisa ‘dinikmati’ SP campaignnya. This.. they don’t even bother trying anymore.
Satu hal yang gw demen adalah senjata2nya kerasa lebih ber’bobot’ dan sound effect firing nya lebih kerasa mantap.
Wuh, makasih buat ketelitiannya bro! Sudah dibenerin. Haha, itu gara-gara ngo-pas Now Playing The Wolf Among Us minggu lalu, link diubah tapi harganya lupa. Versi Xbox 360 dan PS3 harganya $59, PC $49. Di Indonesia diberi harga kira-kira Rp 470.000 hingga Rp 500 ribuan. Saya setuju sama komentarnya. Bahkan multiplayer-nya belum bisa nyuri perhatian saya dari PlanetSide 2. 🙂
buset… story-nya itu loh… di BF3 aja gw dah kaya “wtf is just happening”, apalagi yang ini… sumpah gw bener bener bingung aja ni storynya bahkan gw denger anak 5 tahun aja dah bagus menceritain sesuatu
tapi, atleast gameplay-nya dah improved… itu loh kita bisa stealthy approach ala crysis and weapon crates… coba aja kalo ada weapon customization… dan juga Voice Acting-nya gw bilang “Neaty enough…”
overall gw kasih 6.9/10