Beberapa hari ini dunia teknologi cukup dihebohkan dengan berita bahwa Nokia akan melakukan revamp ke brand Ovi Store, dengan mengganti namanya menjadi Nokia Store. Dalam bahasa Finlandia (markas Nokia), kata “Ovi” berarti pintu, nanti yang bisa diartikan sebagai pintu menuju berbagai macam aplikasi dan diluncurkan oleh Nokia pada tahun 2008 lalu. Ovi Store sendiri merupakan salah satu kontribusi Nokia ke marketplace untuk aplikasi meskipun agak terlambat dibandingkan dengan App Store milik Apple dan Android Marketplace milik Google. Belum lagi ada beberapa telco di beberapa negara yang juga memiliki marketplace untuk aplikasi sendiri.
Nokia memang bisa dibilang kehilangan momentum untuk meluncurkan Ovi Store kala itu, dan sepertinya Nokia akan melakukan effort yang cukup besar untuk kembali mempopulerkan Nokia Store kepada penggunanya. Nokia memang belum akan mati, di beberapa negara seperti China dan Indonesia, Nokia tetap merupakan pemegang marketshare telepon genggam nomor satu meskipun pertumbuhan penjualannya tidak sepesat Android, iPhone dan Blackberry.
Selain akan mengganti “Ovi Store” dengan “Nokia Store”, Nokia juga ditimpa rumor bahwa divisi mobile-nya sedang dalam negosiasi dengan raksasa IT Microsoft untuk proses akuisisi. Jadi kalau rumor ini nantinya benar, divisi mobile milik Nokia akan dikuasai oleh Microsoft. Dan yang tersisa bagi Nokia mungkin hanyalah bisnis infrastruktur jaringan telekomunikasi yang dinamakan Nokia-Siemens Network.
Hubungan Nokia dan Microsoft memang kiat dekat, semenjak perjanjian untuk membawa sistem operasi Windows Phone 7 ke perangkat Nokia, kini partnership yang lebih dalam untuk proses akuisisi-pun menjadi hal yang bisa dimengerti. Stephen Elop, CEO Nokia yang juga mantan Microsoft mengambil langkah yang dinilai sangat berani dan tidak sedikit pula yang menganggap partnership ini seperti bentuk kekalahan Nokia dalam perang OS, tidak sedikit pula dari komunitas developer Nokia yang protes dengan hal ini.
Nokia memang sedang dalam masa yang cukup kritis, banyak pergolakan terjadi di dalam tubuh Nokia dan juga hubungannya dengan developer dan partner yang mengalami perubahan drastis (baik positif maupun negatif). Yang pasti, Nokia harus lekas mengambil posisi yang mapan untuk pijakan untuk menahan laju penurunan penjualan dan mempertahankan brand dan produk Nokia yang sebenarnya masih bagus di mata mass-consumer.
Update : Narenda Wicaksono dari Nokia Indonesia (yang juga mantan orang Microsoft) selama ini bekerja keras memaintain komunitas developer Nokia di Indonesia dan berikut komentar dari Narenda:
“Alasan utama dari keputusan ini karena Nokia adalah merek yang sangat dikenal, memiliki reputasi, sekaligus dicintai diseluruh belahan dunia. Transisi akan segera dilakukan dan satu-satunya yang dirasakan oleh pelanggan hanyalah nama yang berubah dari Ovi ke Nokia, pelanggan tetap dapat menikmati layanan dari Nokia seperti sedia kala.”
Nokia, bagi Indonesia adalah ponsel sejuta umat, tidak lain karena nokia begitu identik dengan pasar menengah kebawah, terbukti penjualan nokia sangat besar di ceruk ini. ‘Ikut-ikutannya’ nokia ke marketplace mobile apps butuh kerja extra, terutama yang terpenting dan tentu saja terlebih dahulu harus dikedepankan oleh nokia adalah soal brand (melawan smartphone). konsumen yang sudah terlebih dahulu termainstream bahwa smartphone itu adalah blackbery,iphone etc.. but sory not Nokia.
Akan tetapi masih ada secercah harapan untuk Nokia untuk menghadapi tantangan tersebut, salah satunya menurut saya dengan menggandeng WP7 bukannlah hal yang buruk, meskipun tidak terlalu bagus :D,
.. so kita tunggu saja gebrakan lain dari Nokia..