Setiap perusahaan pasti memiliki SOP (Standard Operating Procedure), sebuah panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional berjalan sesuai ketentuan. Namun, dalam pelaksanaannya ada banyak tantangan di lapangan. Dibutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit untuk memastikan bahwa semua agenda berjalan sesuai dengan SOP yang diterapkan.
Hal ini juga yang dirasakan Daniel Hazman, Founder dan CEO Nimbly Technologies, ketika bekerja di Walmart bagian operasional. Pelaksanaan SOP kerap tidak transparan tanpa sepengetahuan kantor pusat, sampai tiba waktunya inspeksi periodik. Lalu, muncul masalah-masalah di lapangan yang kemudian dilaporkan namun tidak pernah ada tindak lanjut. Hal-hal seperti ini beresiko tinggi untuk profitabilitas perusahaan.
Berangkat dari pengalaman tersebut, Daniel mengembangkan solusi digital yang bisa digunakan untuk memberdayakan pegawai dalam pelaksanaan SOP/protokol serta memfasilitasi manajemen dengan data terkini di lapangan demi meningkatkan efisiensi sekaligus menghemat biaya.
Model Bisnis
Nimbly memiliki fitur utama Digital Routines untuk mendigitalkan checklist manual melalui aplikasi mobile. Pengguna cukup memasukkan kuesioner, Nimbly menawarkan fleksibilitas dalam tipe pertanyaan – tidak hanya berupa teks dan angka namun juga berupa Flag (Bendera), Skoring, Pilihan berganda bahkan stok inventori.
Dalam aplikasi ini, pengguna juga dapat menyertakan foto atau video yang diambil secara live untuk meminimalisir kemungkinan fraudulent behavior. Setelah itu, laporan akan terkirim secara otomatis.
“Semua fitur-fitur ini mengeliminasi penggunaan bermacam-macam platform pada inspeksi/audit operasional secara konvensional yang biasanya membutuhkan pen and paper, Whatsapp, email, call – sekarang cukup menggunakan satu aplikasi saja untuk memudahkan audit inspeksi yang lebih efisien,” jelas Daniel
Dari sudut pandang manajemen, semua hasil akan muncul dalam satu dasbor, memungkinkan mereka untuk melihat bagaimana berbagai toko, area, serta pegawai bekerja dari waktu ke waktu berikut mengidentifikasi tren dan peluang.
Dari awal berdiri, Nimbly sudah mulai memonetisasi layanan. Pihaknya mengakui hal ini memang jarang terjadi pada startup early-stage, namun dari awal pengguna Nimbly sudah merupakan pengguna berbayar.
“Kami bertujuan untuk membantu perusahaan membuat frontliner mereka melakukan rutinitas harian dengan benar. Masalah yang kami lihat adalah saat kantor pusat kewalahan dengan jumlah masalah yang ditemukan di tingkat toko dan berusaha untuk terus menyelesaikan semuanya tepat waktu,” tambahnya.
Rencana ke depan
Selama beroperasi kurang lebih 2 tahun sejak Agustus 2018, Nimbly telah melayani puluhan klien di berbagai industri seperti F&B, ritel, FMCG/distribusi, manajemen fasilitas, manufaktur dan Agrikultur.
Dari sisi pendanaan, Daniel mengungkap bahwa Nimbly sedang dalam tahap penggalangan dana Seri A dengan harapan bisa close di akhir tahun ini. Dengan dukungan tim yang saat ini berjumlah lebih dari 40 orang, dan masih akan bertambah di 12-18 bulan ke depan, Nimbly masih akan terus bertumbuh.
“Saat ini kami berada dalam fase pertumbuhan eksplosif dan ingin memperluas lebih jauh di luar Indonesia.” tambahnya.
Sebagai salah satu startup jebolan program akselerator SYNRGY yang diselenggarakan oleh BCA bersama GK-Plug and Play, Nimbly berkesempatan untuk menjajaki potensi kolaborasi dengan layanan keuangan seperti operasional cabang bank dan call center.
“Kami ingin menjajaki bersama BCA dan para pelaku jasa keuangan lainnya bagaimana kami dapat membantu mereka dengan potensi eksekusi jarak jauh untuk operasi cabang, call center, dan surveyor multifinance,” ungkap Daniel