Jika Anda seorang pria jomblo yang hampir frustasi dengan kegagalan Anda mengajak kencan gebetan Anda lewat sosial media biasa seperti Facebook, mungkin Anda tertarik untuk mencoba layanan NgajakJalan. Tidak seperti Facebook atau sosial media lainnya, NgajakJalan memang dikembangkan khusus untuk mengajak jalan lawan jenis Anda. Karena itu, pengguna NgajakJalan ini bisa jadi lebih terbuka untuk diajak jalan dibandingkan dengan pengguna sosial media lain.
Dibandingkan dengan layanan online dating website lain, NgajakJalan mempunyai satu fitur yang berbeda. Fitur ini memungkinkan seorang perempuan untuk meminta pria untuk mendepositkan sejumlah uang kepada situs NgajakJalan sebelum mereka bisa kopi darat alias berkencan. Jika kencan tersebut tidak berjalan dengan baik (si pria tidak menarik, membosankan, atau berlaku tidak sopan), perempuan tersebut bisa meminta deposit tadi dari NgajakJalan. Sebaliknya, jika kencan berjalan lancar dan menyenangkan, uang tadi akan dikembalikan kepada pihak pria. Bagi pria, fitur deposit ini memperbesar kesempatan untuk mengajak jalan sang perempuan sekaligus menjadi tantangan tersendiri agar mereka mampu membuat kencan tersebut menyenangkan. Fitur ini sendiri bersifat opsional, fitur ini bisa diaktifkan oleh pengguna perempuan jika memang dibutuhkan.
Keterlibatan transaksi uang di sini juga berguna untuk memastikan idenditas pengguna NgajakJalan. Karena harus ada nomor rekening yang didaftarkan untuk fitur deposit ini, NgajakJalan bisa memastikan kebenaran idenditas dari pengguna mereka. NgajakJalan juga membuka pengaduan lewat email yang akan diteruskan dengan memblokir pengguna yang dilaporkan. Pengaduan email ini biasanya digunakan oleh pengguna perempuan untuk melaporkan pengguna pria yang berlaku kurang ajar saat kencan. Hanya saja, selain melalui pengaduan ini, NgajakJalan belum mempunyai fitur automated fraud detection untuk mendeteksi pengguna yang menyalahgunakan layanan NgajakJalan.
NgajakJalan dikembangkan oleh Thomas Wiradikusuma berdasar pada kebutuhannya sendiri. Meskipun tampilan depan dari NgajakJalan ini sedikit tidak menyakinkan, tetapi pengguna terdaftar NgajakJalan ini cukup besar, sekitar 8.000 orang. Seperti situs online dating lain, perbandingan pengguna perempuan dan pria untuk NgajakJalan memang sedikit tidak berimbang yakni satu dibanding empat. Sementara dari sisi demografi, usia pengguna NgajakJalan berkisar antara 18-35 orang dan mayoritasnya tinggal di Jakarta dan Jawa Barat. Dari 8.000 pengguna tersebut, setiap bulannya ada rata-rata 3.000 pesan yang dipertukarkan.
NgajakJalan tidak hanya tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris saja, tetapi juga mempunyai fitur Bahasa Mandarin. Menurut Thomas, hal ini dilakukan karena banyaknya permintaan dari orang yang datang dari Cina yang tinggal dan berkerja di Indonesia. Selain kelebihan tersebut, Thomas juga mengungkapkan bahwa website NgajakJalan mempunyai respon yang cepat, mobile-friendly, dan sederhana.
Saat ini NgajakJalan masih dalam tahap beta dan masih akan dikembangkan termasuk pengembangan algoritma matching yang dikembangkan dengan melakukan integrasi dengan Facebook. Pengguna nantinya juga bisa memilih niatannya, sehingga pengguna yang berniat “serius”, tidak akan ditemukan dengan pengguna yang hanya berniat “main-main”. Yang sedikit kontroversial, Thomas juga berencana agar NgajakJalan dapat mengakomodasi hubungan sesama jenis.
Sedikit banyak, online dating website seperti NgajakJalan akan berhadapan dengan budaya Indonesia yang masih malu-malu untuk benar-benar terbuka. Isu penipuan online juga bisa menjadi hambatan bagi pengguna untuk menggunakan layanan NgajakJalan. Fitur deposit yang ditawarkan mungkin bisa membantu, tetapi di sisi lain justru membuat NgajakJalan disalahgunakan untuk prostitusi online terselubung.
Ditambah dengan fitur sesama jenis yang direncanakan, sepertinya NgajakJalan memang menargetkan masyarakat yang sudah berpikiran “terbuka” di Indonesia. Seberapa besar populasi penduduk Indonesia yang berpikiran terbuka ini, akan menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan NgajakJalan.