3 August 2022

by Glenn Kaonang

Berkat NFT, Buku Pelajaran Digital Bisa Dijual Kembali Sebagai Buku Bekas

Salah satu penerbit buku pelajaran terbesar di dunia, Pearson, percaya ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari menjual buku pelajaran digital sebagai NFT

Dewasa ini, hampir semua buku diterbitkan dalam format fisik sekaligus digital. Masing-masing format tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri, namun satu hal yang membuat buku fisik masih dicari-cari adalah kemampuannya untuk dijual kembali; di mana-mana, yang namanya buku bekas pasti mengacu pada buku fisik, bukan buku elektronik/digital.

Hal ini bisa saja berubah ke depannya, terutama seiring tren NFT terus menjamur dan menjamah berbagai industri, tidak terkecuali industri penerbitan buku. Adalah Pearson, salah satu penerbit buku pelajaran terbesar di dunia, yang berpikir NFT bisa merevolusi industri penerbitan buku. CEO Pearson, Andy Bird, baru-baru ini menyampaikan rencana perusahaannya untuk memasarkan buku pelajaran digital sebagai NFT.

NFT, seperti yang kita tahu, merupakan sebuah token digital yang merepresentasikan kepemilikan atas sesuatu — dalam konteks ini buku pelajaran digital. Dengan membeli buku pelajaran dalam format NFT, konsumen jadi bisa menjualnya kembali saat buku tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Ide ini sangat relevan karena pada kenyataannya memang banyak buku pelajaran yang berpindah tangan lebih dari satu kali.

Kumpulan buku pelajaran terbitan Pearson / Pearson

Selain menguntungkan konsumen, buku pelajaran yang dijual dalam format NFT juga bisa mendatangkan keuntungan ekstra bagi pihak penerbit itu sendiri. Pasalnya, smart contract yang terdapat pada setiap aset NFT memungkinkan penjual pertamanya untuk menerima royalti setiap kali NFT tersebut berpindah tangan. Dengan kata lain, setiap kali NFT buku pelajaran terjual di secondary market, Pearson selaku penerbitnya akan menerima sebagian dari nilai penjualannya.

“Di dunia analog, buku pelajaran Pearson dijual kembali sampai tujuh kali, dan kami hanya akan berpartisipasi dalam penjualan pertamanya,” ucap Andy kepada kalangan reporter seperti dilaporkan oleh Bloomberg. “Transisi ke digital membantu mengurangi pasar sekunder, dan teknologi seperti blockchain dan NFT memungkinkan kami untuk berpartisipasi dalam setiap penjualan barang tersebut selama masa pakainya,” imbuh Andy.

Dibandingkan penerbit-penerbit buku pelajaran terkenal lainnya, Pearson termasuk salah satu yang paling sigap dalam hal beradaptasi dengan tren dan mengimplementasikan teknologi-teknologi baru. Tepat setahun yang lalu, Pearson meluncurkan layanan subscription Pearson+, yang memungkinkan para pelanggan untuk mengakses ribuan buku pelajaran digital hanya dengan membayar tarif bulanan sebesar $15.

Menjual buku digital sebagai aset NFT sebenarnya bukanlah ide baru. Tahun lalu, penerbit buku asal Jerman, Bookwire, sempat meluncurkan marketplace NFT khusus untuk buku digital. Andai inisiatif NFT Pearson sukses, hal ini tentu berpotensi menginspirasi penerbit-penerbit buku pelajaran lain untuk mengambil rute yang serupa.

Sumber: The Guardian.