Dark
Light

Melalui Teknologi, Produk Perawatan Kulit Lokal “Callista” Hadirkan Personalisasi untuk Pelanggannya

2 mins read
February 21, 2020
Varian produk perawatan kulit yang disajikan Callista / Callista

Callista adalah merek produk perawatan kulit lokal yang dirilis sejak tahun 2016. Menyediakan varian produk seperti serum, tooner, mask, sunscreen, celansing dan lain sebagainya. Selain Indonesia, mereka juga telah miliki konsumen dari Malaysia, Filipina dan Hong Kong.

Dibandingkan dengan merek produk serupa lainnya, ada yang unik dari Callista. Mereka mengoptimalkan platform teknologi untuk mengakselerasi bisnis.

“Kami memiliki layanan analisis kulit dan personal beauty assistant yang mempermudah pelanggan untuk mendapatkan paket produk yang dipersonalisasi sesuai dengan masalah dan jenis kulit mereka,” jelas Co-Founder & CEO Callista Ryan Narendra.

Ketika awal memulai bisnis, Callista cuma andalkan media sosial Facebook dan Instagram untuk memasarkan dan menjual produk – atau dikenal dengan social commerce—bahkan saat itu mereka belum memiliki situs jualannya sendiri seperti sekarang. Tim juga manfaatkan WhatsApp untuk terhubung dengan pelanggan, memberikan bantuan konsultasi perawatan kulit.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan, platform media sosial dan aplikasi pesan yang digunakan jadi kurang efisien untuk memberikan pelayanan, karena prosesnya sangat manual. Tak jarang beauty assistant –tim pakar perawatan yang ditunjuk—kewalahan, padahal bisa berimplikasi pada hilangnya prospek pembelian.

“Dari sana kami membuat platform Skin Analysis yang diperkuat dengan AI agar konsumen bisa mendapatkan rekomendasi produk secara langsung, tanpa menunggu dibalas secara manual oleh beauty assistant. Saat ini fitur tersebut bisa diakses melalui situs resmi Callista,” terang Ryan.

Hingga saat ini, dengan bantuan teknologi yang dimiliki, mereka telah berhasil merangkul sekitar 32 ribu konsumen dan mengelola sekitar 150 ribu data analisis kulit.

Teknologi untuk personalisasi produk

Diketahui bersama, produk yang serupa diproduksi Callista sangat banyak di pasaran, bahkan datang dari brand besar kelas dunia. Indonesia memiliki potensi pasar yang luar biasa untuk produk perawatan dan kecantikan. Menurut data yang dihimpun Statista, tahun 2020 keuntungan dari bisnis tersebut diproyeksikan mencapai US$7,288 juta dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Proyeksi keuntungan di pangsa pasar produk kecantikan dan perawatan di Indonesia / Statista
Proyeksi keuntungan di pangsa pasar produk kecantikan dan perawatan di Indonesia / Statista

Menyadari hal itu, Ryan dan tim memutuskan pendekatan personalisasi agar diminati pengguna, salah satunya dengan layanan konsultasi tadi. Model bisnis itu dilakukan sejak awal berdiri, dari yang manual hingga sekarang semi-otomatis.

“Untuk memastikan produk memiliki dampak yang baik, biasanya setiap bulan beauty asisstant kami akan melakukan follow up melalui untuk melihat kemajuan dan melakukan optimalisasi pada paket perawatan selanjutnya kepada tiap pelanggan,” lanjut Ryan.

Pengembangan varian produk dan model bisnis Callista juga masih akan terus dilanjutkan. Jika di tahun-tahun sebelumnya mereka fokus melakukan distribusi produk online, tahun ini akan mulai memperkuat kanal offline melalui “beauty ambassador”. Sederhananya seperti program reseller, membuka peluang bagi pebisnis mikro untuk ikut menjualkan produk-produknya. Sistem manajemennya, tetap masih andalkan platform digital.

“Berdasarkan pengalaman kami, orang akan lebih yakin membeli produk perawatan kulit apabila direkomendasikan oleh teman/keluarganya yang sudah pernah menggunakan dan mendapatkan hasil yang memuaskan,” ujar Ryan.

Dapatkan dukungan dari program akselerasi bisnis

Shinta Priantika Sari dan Ryan Narendra
Founder Callista Shinta Priantika Sari dan Ryan Narendra / Callista

Selain Ryan, ada Shinta Priantika Sari yang juga sebagai co-founder Callista. Ia memiliki latar belakang studi bidang kesehatan di Universitas Indonesia dan telah berpengalaman 8 tahun di bidang perawatan kulit. Ryan sendiri latar belakang pendidikannya di bidang teknologi dan bisnis, sejak lulus dari Queensland University of Technology.

Sejak awal berdiri, Callista berjalan secara bootstrapping, hingga pada awal tahun ini mereka menerima pendanaan pre-seed dari program akselerator SKALA. Saat ini Callista juga tengah bergabung dalam program serupa yang diinisiasi oleh Gojek, yakni Xcelerate.

Previous Story

Operator Baru Rainbow Six Siege: Iana dan Oryx, Apa Kelebihannya?

Next Story

Tier One Entertainment Buat Kurikulum Esports Pertama di Filipina

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru