Dark
Light

Nevermind, Game Horor Yang Mengetahui Rasa Takut Terbesar Anda

2 mins read
December 17, 2013

Salah satu kelemahan terbesar genre video game horor adalah penggunaan taktik jump scare yang berlebihan. Awalnya memang metode ini cukup efektif untuk mengagetkan pemain, namun karena game tidak bisa membaca isi kepala gamer, lama kelamaan taktik ini berubah menyebalkan dan membosankan. Seorang desainer game bernama Erin Reynold menemukan cara untuk mengubah agar game horor menjadi kembali menyeramkan.

Dikenalkan dengan nama Nevermind, pendekatan yang Erin lakukan adalah mengkombinasi rasa takut secara psikologis (seperti yang digunakan dalam Call of Cthulhu, Sanitarium hingga film The Shining) dengan umpan balik yang bisa diberikan permainan kepada Anda. Nevermind akan dilengkapi dengan peralatan untuk memantau detak jantung pemain. Kini Anda ditantang untuk mengontrol rasa takut agar bisa bertahan hidup.

Dalam game ini, Anda bermain sebagai seorang ‘neuroprober‘. Mereka adalah para psikolog fiksi ilmiah yang mencoba membantu pasien untuk mengatasi trauma akan kenangan mengerikan, dengan satu syarat: Anda harus menyelami memori-memori ini tanpa boleh terjerumus ke dalamnya.

Erin Reynolds menjelaskan, “Semakin Anda takut, maka game akan semakin susah.” Jika mulai merasa takut, detak jantung akan naik, kemudian layar akan berubah semakin kabur dan gemetar sehingga Anda akan semakin susah untuk berjelajah di dalam pikiran sang pasien. Kemudian hal-hal yang Anda takutkan mulai mengganggu ‘perjalanan’.

Salah satu level yang dikisahkan oleh Erin adalah saat pemain tiba di sebuah dapur. Jika Anda takut, dapur mulai dibanjiri oleh susu. Awalnya banjir susu ini hanya akan membuat Anda susah berjalan, namun jika Anda tetap takut, susu akan bertambah hingga menutupi pandangan. Jika pemain tidak bisa tenang, maka karakter mereka akan tenggelam. “Untuk menyelesaikan game ini Anda harus mempelajari bagaimana mengelola kegelisahan saat itu juga,” tambah Erin.

Dan dalam Nevermind, mengatasi rasa takut tidak semudah membalikkan telapak tangan berkat desain level yang menganggu pikiran. Dunia game dipenuhi hal-hal seram seperti bangkai mobil, surat berdarah, hingga kepala-kepala yang mengikuti kemanapun Anda pergi. Namun yang paling mengerikan adalah pilihan-pilihan dialog dan gameplay-nya. Nevermind bisa mengetahui hal-hal apa yang paling Anda takuti dan menggunakannya untuk ‘membungkam’ Anda.

Contohnya jika Anda merasa tidak nyaman berbicara soal seks, maka monster muncul dengan mengambil wujud bertema seks. Erin melanjutkan, “Kami ingin menciptakan rasa teror dan bermain-main dengan pikiran Anda.” Namun tidak semua hal di dalam game ini dirancang untuk memberikan dampak negatif pada pemainnya.

Erin sudah lama tertarik mempelajari bagaimana video game dapat meningkatkan kualitas hidup para gamer. Dan dalam hal ini Nevermind akan menyadarkan gamer apa respon tubuh mereka terhadap stres. Kemudian dari sini kita bisa mencari tahu teknik pengelolaan stres terbaik untuk diri sendiri. “Bahkan sedikit perubahan rasa di perut merupakan respon biologis dan game akan mengetahuinya,” lanjut Reynolds.

Dengan memainkan game ini, Erin mempelajari teknik pernafasan. Saat ia semakin mahir, ia juga semakin menghadapi hidup dengan tenang. Dari pengakuannya, kini Erin lebih sabar menghadapi kemacetan lalu lintas ataupun saat ia tidak bisa menemukan kunci mobilnya.

Namun dari pengalaman saya sendiri bermain Amnesia: The Dark Descend, saya tidak yakin mampu menyelesaikan level pertama Nevermind – biasanya saat bermain game horor, saya mulai berteriak-teriak di depan komputer sambil memukul-mukul keyboard.

Via Fastcocreate.com. Sumber gambar header: Interactive.usc.edu.

Previous Story

Microsoft: Ada 12 Juta Transaksi Per Hari di Windows Store dan 200,000 Aplikasi di WP Store

Next Story

Masuki Tahap Ujicoba, iPhone 5S dan iPhone 5C Segera Hadir di Indonesia?

Latest from Blog

Don't Miss

198X Ialah Perpaduan Unik dari 5 Game ‘Retro’ 80-an

Meski kita telah sampai di sebuah era di mana game

Para Developer Indie Legendaris Berkolaborasi Menggarap UFO 50, Sebuah Antologi Game Bertema Retro

Di era 90-an ketika compact disc menjadi medium distribusi utama