Pasar niche fesyen muslim di Indonesia adalah kue bisnis yang sangat menarik untuk digarap. Hal ini dibuktikan kehadiran HijUp, Hijabenka, dan Muslimarket yang dianggap berhasil membuktikan layanan online sebagai “pasar” alternatif konsumen muslim.
Hal ini yang membuat MuslimahCenter terjun ke ceruk yang sama. Hanya saja, semangat yang dibawa MuslimahCenter sedikit berbeda, yakni ingin membantu pelaku UKM, yang masih awam dunia online, dalam mempromosikan dan mengembangkan produknya.
“Kami memberikan bantuan berupa konsultasi mengenai tren busana, pemilihan bahan, sampai cara menentukan harga jual yang proporsional. Karena sesuai visi kami, ingin membantu program ‘Cintailah Produk-Produk Indonesia’ dan ‘Belilah Produk Indonesia’,” terang Head of Business Development MuslimahCenter Djaka kepada DailySocial.
Pihaknya juga melakukan layanan kemudahan pembelian bagi konsumen. Menurutnya, belum semua pengguna internet paham dengan proses pembelian melalui situs karena kebanyakan masih diproses pembelian online via media sosial. Oleh karena itu, perusahaan memberikan layanan tambahan pembelian dapat dilakukan lewat berbagai medium, seperti telepon, chat, email, dan akun media sosial MuslimahCenter.
Djaka mengklaim saat ini MuslimahCenter mendapat 15 ribu kunjungan per bulannya. Pihaknya disebutkan telah menciptakan transaksi sebesar 1.000 transaksi sejak resmi diluncurkan bulan lalu. Dari angka tersebut, hampir 20% merupakan pembelian berulang. Lalu, sekitar 25% dari total transaksi dilakukan lewat medium telepon, email, dan media sosial.
“Sudah ada lebih dari 30 merchant yang telah bergabung dengan kami. Sejauh ini responsnya adalah mereka jadi lebih rutin menambahkan produk terbaru yang ingin ditayangkan dalam situs MuslimahCenter, dari sisi kami pun jadi sangat terbantu karena varian produk jadi bertambah.”
Tidak mengedukasi konsumen dengan strategi “bakar uang”
Dalam kaitannya persaingan dengan kompetitor, Djaka mengungkapkan pihaknya justru tidak menerapkan strategi “bakar uang” dengan memberikan promosi diskon besar-besaran pada tahap awalnya. Menurut dia, pihaknya ingin merubah stigma tersebut karena dinilai sudah terlalu berlebihan dan berpengaruh pada pola belanja konsumen sekaligus pengeluaran perusahaan itu sendiri.
Untuk menyiasatinya, MuslimahCenter menawarkan variasi produk dengan target konsumen dan rentang harga yang lebih luas. Dengan begitu, perusahaan dapat menjangkau segala kalangan sebab konsumen dapat menentukan sendiri produk dan rentang harga yang cocok dengan daya beli dan selera masing-masing.
“Kami berharap hal ini jadi salah satu cara mengedukasi konsumen dan mengurangi ketergantungan terhadap diskon. Karena saat ini banyak sekali konsumen yang tidak membeli barang jika tidak ada promo diskon. Ini akan berpengaruh pada brand saat sudah tidak kerja sama lagi dengan layanan e-commerce, produk tidak terjual tanpa bantuan promo.”
Rencana setahun mendatang
Djaka melanjutkan MuslimahCenter berencana untuk meluncurkan aplikasi demi mempermudah konsumen dalam mengakses layanannya. Untuk mendukung hal tersebut, perusahaan juga ingin membentuk platform komunitas UKM dan muslimah agar dapat saling berbagi informasi dan bersosialisasi satu sama lain.
“Aplikasi MuslimahCenter akan kami develop sekaligus mengembangkan fitur tambahan di dalamnya.”
Rencana berikutnya adalah kemungkinan mencari suntikan dana segar dari investor yang diutamakan memiliki visi yang sama. Selama ini Djaka mengaku MuslimahCenter dijalankan dengan cara bootstrap.
“Mengenai apakah tertarik untuk mencari pendanaan, kemungkinan itu bisa terjadi. Namun, jika dibutuhkan, kami lebih tertarik untuk mendapatkan pendanaan bisnis dengan investor yang memiliki kesamaan visi. Alasannya karena kami menginginkan MuslimahCenter sebagai long term business,” tutup Djaka.