Pembajakan tetap menjadi isu yang sensitif bagi label musik. Upaya untuk mengekang pembajakan pada tingkat nasional di Indonesia dilaksanakan secara penuh dengan penutupan 20 situs unduhan ilegal mp3 oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika akhir bulan Mei 2012. Saya mencoba untuk mengakses situs yang ada dipengumuman tersebut dan tentu saja, situs tersebut tidak bisa diakses. Aksi penutupan ini adalah hasil dari proses lobi jangka panjang oleh ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) kepada pemerintah, sambil juga secara aktif berdiskusi dengan Panja Pencurian Pulsa yang ditunjuk oleh DPR untuk melunakkan dampak yang dibuat oleh keputusan pemerintah untuk melakukan reset layanan mobile yang bergantung pada biaya langganan dengan SMS.
Upaya untuk mencegah penyebaran musik ilegal lewat internet tidak akan berarti apa-apa jika industri musik tidak menawarkan penggantinya – tentu saja, toko unduhan musik telah ada sejak 2009 tetapi mereka belum mencapai jumlah pengguna ataupun jumlah pemasukan, yang sangat penting, yang signifikan. Unduhan ilegal dikatakan menjadi sebab kurangnya pengguna, bahkan sebelumnya, ASIRI melakukan lobi ke pemerintah untuk menutup situs unduhan ilegal. Sejak pemerintah yang baru tampaknya berniat untuk memblokir situs prono, teknologi yang sama bisa digunakan untuk memblok situs musik ilegal ini. Jadi ini hanya tinggal masalah kemauan politik. Sekarang, pemerintah sepertinya ingin mendengarkan penderitaan para label musik, meskipun hanya mengambil langkah online dan tidak mengambil langkah yang sama untuk kerusakan yang diakibatkan toko musik CD bajakan.
Penurunan pembajakan musik online berhubungan sepenuhnya dengan meningkatnya peluang pengguna dalam mencari musik, menemukan (dan membayar) musik legal. Dalam kondisi inilah Musiklegal hadir – berkerja sama dengan label musik, mereka menyediakan gudang musik Indonesia dan menciptakan platform distribusi musik dimana perusahaan yang tertarik untuk menawarkan layanan musik untuk bisnis online mereka bisa dengan mudah menggunakan sistem Musiklegal alih-alih membangun sendiri. Kesepakatan bisnis dilakukan secara langsung dengan label musik, tetapi setelah langkah tersebut diselesaikan, sistem white-label Musiklegal akan dapat di-branding sesuai dengan permintaan partner dan penjualan musik bisa dimulai.
Musiklegal menawarkan distribusi white-label dan sistem pelaporan, dan juga menawarkan berbagai aplikasi untuk memutar musik untuk PC, BlackBerry dan Android. Musiklegal membutuhkan aplikasi tersendiri karena menggunakan sistem DRM, sehingga lagu-lagu yang diunduh dari Musiklegal atau ‘merchant’ hanya bisa diputar melalui aplikasi ini. Dengan melihat misi dari Musiklegal untuk menyederhanakan pembelian musik secara online dan mengurangi pembajakan, DRM sepertinya menjadi pilihan utama. Mereka juga menawarkan layanan berlangganan yang bisa dibayar dengan voucher Musiklegal, tetapi di situsnya tidak jelas tentang bagaimana cara untuk mendapatkan voucher ini.
Pendekatan B2B dalam menawarkan layanan musik online merupakan pendekatan yang menarik, tetapi saya tidak yakin unduhan musik adalah caranya. Proses mengurangi pembajakan melalui peraturan memang perlu, tetapi mencoba untuk melakukan kontrol duplikasi dari file di internet, yang sifat intinya adalah duplikasi file tanpa batas, mungkin akan tidak berguna. Saya rasa tim dari Musiklegal menyadari hal ini karena mereka telah membuka kompetisi pengembangan aplikasi untuk mengembangkan lebih banyak aplikasi musik. Ini akan melengkapi aplikasi Social Music Network yang telah mereka tawarkan. Saya berharap pengembangan berbagai aplikasi yang ada tidak hanya menjadi saluran untuk mengunduh musik, tetapi menawarkan pengalaman menikmati musik yang luas yang akan membuat orang mau membayar.
Musiklegal bisa menjadi tambahan yang menarik untuk ekosistem konsumsi musik yang baru dan masih berkembang, selama mereka tidak membatasi diri mereka sediri dengan hanya menawarkan berbagai macam variasi aplikasi pemutar MP3 yang bisa di-branding. Masih ada pasar untuk unduhan musik berbayar, tetapi Musiklegal (atau ‘merchant’ mereka) harus mengeksplorasi paramater di luar sistem seperti kewajiban DRM. Label musik juga harus mau untuk melakukan eksplorasi juga.
Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, ia kini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.
musiklegal.com powered by GenID