PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah resmi menandatangani term sheet untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Anterin Digital Nusantara (Anterin). Uji kelayakan tengah dilakukan pihak IATA, jika berjalan lancar targetnya transaksi akan ditutup pada akhir Februari 2020.
IATA sendiri merupakan emiten dari MNC Group. Sehingga bukan tidak mungkin langkah akuisisi ini juga menjadi bagian dari rencana korporasi untuk masuk lebih dalam ke ekosistem digital.
Sebelumnya, MNC Group sudah memiliki beberapa lini bisnis digital seperti platform pembayaran digital SPIN dan layanan video on demand MNC Now. Mereka juga terlibat dalam pendanaan startup regional RedDoorz dan iflix.
“IATA memilih Anterin terutama karena visi yang dianutnya. Anterin diciptakan untuk mengubah konsep operasi ojek online yang ada saat ini,” terang Wakil Presiden Direktur Wishnu Handoyo.
Meski baru diluncurkan pada tahun 2018, Anterin sudah memasuki tahap beta sejak 2016. Kehadiran Anterin di industri ride sharing terbilang cukup unik. Di tengah dominasi cukup kuat oleh Grab dan Gojek, mereka hadir dengan memberikan penawaran yang cukup berbeda.
Secara model bisnis, Anterin sejak awal memang tidak berniat untuk bersaing dengan kedua raksasa tersebut. Mereka menerapkan sistem berlangganan bulanan untuk pengemudi, tidak menggunakan sistem potongan komisi tiap transaksi. Pendekatan tersebut diambil karena dirasa lebih adil dan menguntungkan bagi para mitra pengemudi.
Selain itu juga menerapkan sistem lelang dalam pemilihan pengemudi oleh pengguna. Ada mekanisme lelang otomatis yang diberikan ke mitra pengemudi dalam menentukan tarif sendiri, kendati demikian masih sesuai dengan tarif batas atas dan bawah yang sebelumnya sudah ditentukan.
Anterin telah mulai melebarkan sayapnya dengan mulai memperkenalkan layanan pengiriman barang. Tahun ini turut dikabarkan tengah kembangkan fitur pemesanan taksi, layanan pengiriman makanan, hingga penyewaan mobil sampai helikopter.
Dalam rilis yang kami terima, Anterin mengklaim sudah memiliki lebih dari 300 ribu pengemudi terdaftar dengan 530 ribu pelanggan yang tersebar di 51 kota di seluruh Indonesia.
IATA sejauh ini dikenal sebagai perusahaan penyedia jasa aviasi. Perusahaan yang sudah memulai bisnisnya sejak tahun 1968 ini mengoperasikan pesawat udara seperti helikopter, pesawat turbo proppeler dan jet; sebagian besar melayani perusahaan minyak dan pertambangan.
Di Indonesia sendiri bisnis transportasi berbasis aplikasi sudah masuk ke tahap selanjutnya. Sejak keluarnya Uber dari persaingan regional Asia Tenggara, Grab dan Gojek jadi dua raksasa utama. Keduanya kemudian berlomba-lomba untuk berinovasi tidak hanya untuk transportasi, tetapi juga masuk ke gaya hidup. Baik itu jasa pengantaran makanan, alat pembayaran, hingga hiburan.