Dibuka pada tahun 2015 di The National Museum of Play, World Video Game Hall of Fame adalah program yang didedikasikan bagi permainan-permainan terbaik sepanjang masa. Inisiatif ini dicetus dan dikelola oleh The Strong, sebuah institusi edukasi interaktif asal Kota New York. Tiap tahunnya, pengelola terus melakukan evaluasi demi memasukkan judul-judul baru dalam daftarnya.
Di bulan Mei 2019 ini, World Video Game Hall of Fame menunjuk satu permainan lagi buat bersanding bersama judul-judul legendaris semisal Doom, Tetris, Pokémon hingga The Legend of Zelda. Game itu kemungkinan besar pernah dinikmati oleh pengguna PC Windows generasi millennial (atau lebih tua) minimal sekali seumur hidup mereka: Microsoft Solitaire. Tentu saja, The Strong punya alasan yang kuat untuk memilihnya.
Tim organisator menjelaskan, Microsoft Solitaire berhasil memenuhi seluruh kriteria World Video Game Hall of Fame, yaitu ditakar dari pengaruh (berdampak besar terhadap desain serta pengembangan permainan lain), umur (tetap populer dari masa ke masa), jangkauan geografis (dimainkan orang di mana pun mereka berada), dan status ikonis (dikenal serta diingat oleh khalayak).
Lalu apa alasannya Solitaire bisa terpilih?
Menyongsong peluncuran sistem operasi Windows 3.0 hampir tiga dekade silam, Microsoft mencoba mencari sebuah software yang mudah dipahami sekaligus bisa berfungsi sebagai alat untuk mengajarkan pengguna cara mengoperasikan mouse. Akhirnya, dipilihlah permainan Klondike, salah satu variasi dari Solitaire. Game ini diprogram oleh karyawan magang bernama Wes Cherry dengan desain kartu yang digarap oleh Susan Kare.
Saat itu, mouse merupakan periferal yang tergolong baru, namun dibutuhkan untuk berinteraksi dengan konten-konten Windows 3.0 secara maksimal. Lewat Solitaire, pengguna dilatih buat melakukan gerakan-gerakan dasar krusial seperti double click serta drag-and-drop melalui cara yang mengasikkan serta adiktif – dan tak sekadar instruktif.
Solitaire dibundel dalam setiap versi sistem operasi Microsoft dari mulai tahun 1990 hingga Windows 8.1 yang dilepas di 2013. Setelah masa itu, Microsoft menyediakan game via download. Dengan jangka waktu distribusi yang begitu panjang, ditambah lagi oleh kemudahan akses serta familiernya gameplay, organisator World Video Game Hall of Fame memperkirakan bahwa permainan ini sudah terpasang di lebih dari satu miliar perangkat komputer.
Yang lebih esensial lagi adalah, Solitaire memperlihatkan pada kita bagaimana sebuah permainan sederhana bisa merangkul segalam macam kalangan konsumen, serta membuka jalan bagi pertumbuhan pasar game casual.
Lewat blog resmi, Will Tuttle selaku editor in chief Xbox Wire memberikan ucapan terima kasih terhadap pengakuan World Video Game Hall of Fame dan menyampaikan bahwa Microsoft Solitaire telah dilokalisasi ke dalam 65 bahasa dan dimainkan di lebih dari 200 negara/wilayah di dunia, termasuk mereka yang berada di benua Antartika.