Minecraft sebagai sarana pendidikan adalah visi yang ditanggapi secara serius oleh Microsoft. Namun selain memanfaatkan game tersebut untuk mengajarkan dasar-dasar ilmu komputer maupun sejarah ke generasi muda, Microsoft rupanya juga memakai Minecraft untuk melatih sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Program ini diwujudkan lewat platform bernama AIX yang dikembangkan oleh salah satu anggota tim peneliti Microsoft Research, Katja Hoffman. AIX pada dasarnya memungkinkan para peniliti untuk memprogram AI untuk belajar, bukan cuma untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu saja.
Minecraft sendiri dipilih karena sifatnya yang open-world dan menawarkan kebebasan bagi para pemain. Sehari-harinya, tim peneliti Microsoft Research melatih AI untuk belajar tentang banyak hal di Minecraft, seperti salah satunya bagaimana cara memanjat tebing yang tinggi.
Hal ini berarti AI harus memahami terlebih dahulu kondisi di sekitarnya dan memikirkan cara untuk mencapai tujuannya. Sama seperti cara manusia belajar, AI harus menempuh banyak percobaan dan terus tekun meski mengalami kegagalan. Dalam konteks ini, gagal berarti karakter yang dijalankan sang AI akan terjatuh ke dalam sungai atau lahar panas.
Mengapa harus Minecraft? Praktis adalah alasan utamanya. Kalau kita mengajarkan robot yang ditenagai AI untuk memanjat tebing sungguhan lalu terjatuh, bayangkan ongkos kerugian yang harus kita tanggung. Dengan memanfaatkan dunia virtual yang ada di Minecraft, proses melatih AI bisa berlangsung secara lebih praktis dan efisien.
Menariknya, Microsoft juga berencana untuk merilis platform AIX kepada publik secara cuma-cuma mulai musim panas mendatang, setelah sebelumnya telah diuji bersama sejumlah kelompok kecil. Langkah ini sejatinya tidak jauh berbeda dari keputusan Google yang merilis mesin pembelajaran TensorFlow secara open-source pada bulan November lalu.
Pada akhirnya, semua proyek semacam ini bertujuan untuk mendorong lebih banyak developer dalam memajukan teknologi kecerdasan buatan yang nantinya bisa berperan signifikan terhadap keseharian konsumen.
Sumber: TheNextWeb dan Microsoft Blog.