Terdapat berbagai pandangan di kalangan startup terhadap pentingnya menempatkan tokoh senior ke dalam bagian dari bisnisnya. Ada yang merasa membutuhkan, tetapi ada juga yang memilih untuk berjalan mandiri dengan semangat mudanya. Tokoh senior tersebut umumnya adalah seorang yang telah memiliki pengalaman panjang di bidang tertentu atau orang yang memiliki nama besar sebagai pakar di bidang tertentu.
#DSPoll Tweeps, menurut kalian apakah perlu ada tokoh senior di jajaran Direktur sebagai mentor utk mendukung pertumbuhan startup?
— DailySocial.id (@dailysocial) October 7, 2016
Kita akan melihat dulu mengapa banyak startup memilih untuk menempatkan tokoh senior ke dalam tubuh bisnis. Alasan paling umum adalah terkait dengan waktu. Startup digital dihadapkan dengan realitas tren yang begitu dinamis. Ide saat ini seperti makanan, memiliki jangka kedaluwarsa jika tidak segera dimakan atau diolah agar menjadi awet.
Menempatkan tokoh senior dianggap mampu membantu startup mengakselerasi strategi bisnisnya sehingga mampu lebih cepat mencapai puncak. Jika dijelaskan lebih rinci, motivasi seorang CEO menunjuk tokoh senior juga memiliki ragam yang cukup banyak, mulai untuk pengawasan, meningkatkan kepercayaan, hingga memperoleh pengetahuan dan pengalaman darinya.
Misalnya seorang pendiri startup berlatar belakang teknis. Ia mengerti betul bagaimana meramu sebuah racikan code hingga menjadi layanan yang handal. Namun kedalaman ilmunya di bidang teknis tak lantas membuatnya mampu untuk mencetuskan ide-ide brilian untuk memasarkan layanan tersebut. Ia lalu memutuskan untuk merekrut tokoh yang benar-benar dipandang di bidang pemasaran guna memberikan insight atau bahkan memandu eksekusi jalannya pemasaran produk.
Tantangan yang harus disiasati CEO startup
Jangan sampai penunjukan tokoh senior menjadi layaknya doping yang dipakai atlet secara instan. Membawa performa hebat, namun di suatu titik bisa menerjunkan kita secara spektakuler. Ada beberapa hal yang patut disiasati dengan baik ketika seorang tokoh berpengalaman hadir untuk membangun bisnis bersama kita. Ketika seseorang tersebut sudah sampai di meja direksi maka akan ada beberapa hal yang bisa menjadi bumerang.
Sebagai seorang yang berpengalaman, umumnya mereka datang dengan budaya mereka sendiri. Kebiasaan, gaya komunikasi, dan berbagai nilai perusahaan yang telah dijalankan sebelumnya biasanya terbawa. Mereka hadir dengan pengalaman dan tantangan lebih besar yang pernah dilalui. Seringkali mereka jadi terlihat lebih serius dan menempatkan sistem yang tak biasa di lingkungan kita.
Yang lebih parah sebagai pimpinan startup kita tak tahu apa yang harus mereka kerjakan. Pada kenyataannya kita memperkerjakan mereka karena tidak tahu cara melakukan pekerjaan tersebut. Bagaimana kita mengawasi mereka atau menilai apa yang telah dilakukan tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan?
Kepatuhan kultur bisnis tetap harus disampaikan. Mungkin tokoh senior tersebut datang dengan budaya perusahaan lain yang bisa jadi lebih unggul. Masalahnya akan terjadi goncangan jika tidak meminta mereka menyesuaikan apa yang ada di bisnis kita. Kita yang tahu betul soal kultur yang sudah berjalan.
Pahami taktik “politik” dan berikan standar kinerja yang jelas. Siapapun tetap harus memiliki target capaian yang baik untuk tetap memberikan keuntungan bagi bisnis. Tokoh senior pun demikian. Sedari awal penting bagi kita untuk mendiskusikan poin-poin capaian yang harus didapatkan. Jika kita belum paham terhadap area kerjanya, tak ada salahnya di waktu awal bersama-sama mempelajarinya.