Bertujuan menjangkau lebih banyak pengguna di Indonesia, platform lelang travel and leisure activity online pertama di Asia Tenggara Grivy kembali menggandeng beberapa brand dan startup terkemuka. Sebagai layanan yang menyediakan fasilitas terpadu untuk penawaran, voucher/deals serta teknologi terkini, Grivy mengklaim mampu menjadi layanan terlengkap bagi perusahaan yang membutuhkan satu platform untuk membantu mendongkrak penjualan mereka.
Kepada DailySocial, CEO Grivy Jan Oudeman mengungkapkan saat ini masih kesulitan untuk meyakinkan masyarakat Indonesia untuk menggunakan layanan dari Grivy. Hal tersebut yang kemudian memperlambat pertumbuhan pelanggan di Grivy.
“Diharapkan dengan kerja sama yang kami jalin dengan Telkomsel, Samsung, Zomato, Line dan Okezone bisa menambah lebih banyak jumlah pengguna Grivy, mengingat model bisnis kami adalah berdasarkan transaksi, kami harus memastikan telah memiliki channel distribusi yang besar untuk merchant kami (selain dari channel Grivy),” kata Jan.
Jan juga menambahkan sebelumnya sulit bagi Grivy untuk melancarkan kerja sama dengan merchant terkait dengan klaim dan proses reedem, namun dengan bantuan dari partner semua kendala tersebut saat ini bisa ditangani. Sebanyak 95% penawaran yang Grivy tempatkan di channel partner bisa terjual dalam beberapa jam saja.
“Di sisi merchant kami pastikan penawaran dan promosi kampanye mereka telah siap di channel mitra kami dan bahwa semua hal operasional diurus oleh kami juga. Merchant kebanyakan menyukai perihal keuangan, operasional, dan departemen mereka yang lain harus berurusan dengan hanya satu partner saja yang membuat komunikasi dan implementasi lebih mudah,” kata Jan.
Tantangan melakukan akuisisi pengguna
Kurangnya edukasi serta masih rendahnya penggunaan layanan pembelian voucher atau deals di kalangan masyarakat mainstream, merupakan tantangan utama yang masih kerap di hadapi oleh Grivy hingga saat ini. Masih mengandalkan cara-cara yang organik, Grivy enggan untuk melakukan promosi digital secara masif dan sepenuhnya memanfaatkan kerja sama dengan para partner dan tentunya merchant tanpa mengeluarkan biaya promosi.
“Akuisisi pengguna adalah tantangan terbesar kami. Karena kami menjalankan bisnis kami pada margin yang sangat rendah (mengambil rate 5%-10 % per voucher yang dijual/ di-redeem) dengan memperhatikan volume untuk membuat unit ekonomi bekerja,” kata Jan.
Sejak tahun 2016 Grivy mengklaim lebih banyak mendapatkan kepercayaan dari merchant setelah melihat kinerja yang telah dilancarkan Grivy. Diharapkan hal tersebut bisa mengajak lebih banyak lagi perusahaan terkemuka di Indonesia dan secara global untuk bergabung dengan Grivy dan tidak hanya mengandalkan pengguna dari partner yang strategis. Ke depannya Grivy ingin menarik perhatian bank dan layanan food delivery untuk bisa bergabung menjadi merchant di Grivy.
“Hingga akhir tahun 2016 Grivy menargetkan akan mendapatkan sekitar 10 ribu merchant, sementara untuk target pengguna kami tidak bisa menyebutkan berapa, karena saat ini Grivy sedang dalam proses penggalangan dana untuk tahap selanjutnya,” kata Jan.
Terkait dengan teknologi yang dikembangkan Grivy memiliki mesin yang bisa merekomendasi pengembangan roadmap yang membuat penawaran lebih relevan bagi pengguna. Semakin banyak pengguna mengunjungi situs atau aplikasi Grivy, semakin baik Grivy memahami profil pengguna tersebut. Sehingga rekomendasi bisa lebih personal memberikan penawaran kepada pengguna berdasarkan preferensi dan lokasi pengguna.
“Selain itu, kami telah memfokuskan pada pemasaran konten awal dan akan meningkatkan upaya kami untuk menemukan saluran distribusi yang lebih [luas] untuk mendapatkan lebih banyak pengguna untuk membaca konten kami dan klik pada penawaran yang relevan,” tutup Jan.