Meta telah merilis Threads, aplikasi media sosial baru pesaing Twitter yang didasarkan pada sistem akun Instagram. Sekarang kita sudah bisa mengakses platform tersebut dengan mengunduh aplikasi untuk Android dan iOS, atau melalui website di Threads.net.
Setelah memasang aplikasi Threads di smartphone, kita bisa masuk menggunakan akun Instagram. Nama akan mengikuti akun Instagram, sedangkan foto profil, biodata, dan link bisa diimpor dari Instagram. Lebih mudah mendaftar tanpa perlu mengisinya secara manual.
Lalu ada opsi privasi untuk memilih public profile atau private profile. Kemudian kita bisa mengikuti (follow) beberapa akun atau semua akun yang kita ikuti di Instagram. Sebelum klik join ke Threads, ada penjelasan singkat bagaimana cara kerja Threads.
Di Threads, kita dapat membuat postingan thread berbasis teks hingga 500 karakter. Kita juga bisa melampirkan foto dan video hingga lima menit. Antarmuka aplikasi ini terasa campuran Instagram dan Twitter. Ada lima menu utama yang meliputi feed, search, new thread, activity, dan profile.
Mirip dengan Instagram, feed utama di Threads berisi konten dan postingan thread yang direkomendasikan dari orang yang Anda ikuti. Kita bisa dengan mudah menyukai thread, berkomentar, memposting ulang, dan juga membagikan thread, cukup menarik tampilan thread ketika dibagikan ke IG Stories.
Menurut kepala Instagram, Adam Mosseri, ‘volatilitas dan ketidakpastian’ Twitter di bawah Elon Musk memberikan peluang untuk bersaing. Menurutnya ada peluang untuk membangun sesuatu yang terbuka dan sesuatu yang baik untuk komunitas yang sudah menggunakan Instagram.
Seperti yang diketahui, belakangan ini Twitter memberlakukan lebih banyak pembatasan kepada pengguna. Meskipun kita juga tahu bahwa Twitter telah memelopori ruang ‘percakapan publik’ sejak bertahun-tahun yang lalu.
Meta meluncurkan Threads di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia. Saya masih belum membuat thread pertama, entahlah belum ada ide atau harus pakai ChatGPT? Sementara saya akan melihat dulu, mungkin Threads bisa menjadi ‘pelarian’ bagi kreator yang merasa ‘lelah’ memproduksi konten video.