Endless OS memang baru hadir di tanah air lewat acara pers di bulan Juli lalu, namun Endless Computers sebetulnya telah memulai kiprahnya cukup lama. Melalui rangkaian perangkat Endless PC, perusahaan asal San Francisco itu mencoba membawa ilmu pengetahuan ke lokasi-lokasi yang tak terjamah internet. Kabarnya, 75 persen populasi di Bumi belum pernah mengakses internet.
Endless OS sendiri diperkenalkan perdana di pertengahan tahun 2016, merupakan sumbangsih lain yang Endless Computers berikan buat bidang pendidikan. Tak seperti sistem operasi populer yang digunakan mayoritas orang, Endless OS bisa dimanfaatkan tanpa meminta Anda membayarkan uang sepeser pun. Dan minggu lalu, perwakilan dari tim Endless Computers mengajak sembari memandu saya untuk menjajalnya secara langsung.
Setting up
Endless Computers menekankan bahwa mereka sama sekali tidak mencoba menyaingi Windows atau bahkan sistem operasi berbasis Linux lain. Target konsumen mereka ialah para siswa, atau orang-orang yang belum familier dengan perangkat komputer personal. Itu alasannya developer ingin memastikan konsumen dapat mudah melakukan instalasi di sistem mereka.
Dengan berkunjung ke situs Endless OS, Anda segera disuguhkan tautan untuk mengunduh OS ini. Situs tersebut bahkan sudah dilokalisasi ke Bahasa Indonesia sehingga tetap mudah diakses oleh semua kalangan. Di laman selanjutnya, Anda diberikan pilihan apakah Endless OS akan di-download ke Windows atau Linux/Mac. Developer bahkan telah menyediakan panduan untuk membuat USB stick Endless OS.
File installer Endless hanya berukuran 3,2MB, dan selalu di-update ke versi terbaru. Dari sana, Anda dapat menentukan bahasa serta versi sistem operasi. Perlu diketahui bahwa pilihan bahasa memengaruhi jumlah unduhan. Varian Bahasa Inggris membutuhkan penyimpanan maksimal 13,9GB sedangkan Bahasa Indonesia hanya mengonsumsi storage paling banyak 6,5GB. Tentu saja Anda bisa meng-instal versi ‘dasar’, cuma memakan 1,7GB, tapi app-nya perlu diunduh secara manual.
Tampilan
Berdasarkan kesan pertama saya, Endless OS mengadopsi elemen terbaik dari Windows 10 dan Google Android. Posisi toolbar, tombol menu (logo Windows digantikan Endless Computers), hingga tanggal terasa akrab. Bedanya, bagian desktop tidak ‘se-berantakan’ platform Microsoft itu karena Endless OS mengusung arahan ‘bersih’ ala Android. Secara default, icon-icon aplikasi tersusun rapi di area tengah desktop, di bawah search bar.
Hal lain yang perlu user ketahui adalah, setelah aplikasi di-instal, icon tidak muncul otomatis. Anda perlu mencantumkan shortcut app di desktop secara manual. Aspek lainnya tak begitu berbeda dari Android: kita tetap dapat membuat folder di desktop. Lalu untuk menghapus app, kita harus membuka menu instalasi – men-delete icon desktop tidak langsung menghapus aplikasi dari sistem.
Tentu saja Endless OS dilengkapi oleh fitur file explorer, memungkinkan kita menjelajahi seluruh konten PC. Dan menariknya lagi, sistem operasi ini mendukung penuh fungsi dual boot dan bisa membuka konten ‘platform tetangga’ sebagai folder di explorer. Kemampuan ini dapat dijadikan alternatif dari safe mode Windows seandainya muncul masalah di OS tersebut.
Konten dan fitur
Bekerja, belajar dan bermain adalah tiga pondasi dari Endless OS, dipadu satu kekuatan utama platform ini: ia dapat bekerja sempurna meski dalam keadaan offline. Perwakilan dari Endless Computers menjelaskan bahwa platform ini memang tidak selengkap Windows. Dan jika kebetulan Anda sudah akrab dengan OS Microsoft tersebut, maka Anda tak lagi jadi target market utama Endless OS.
Developer sudah menyiapkan lebih dari 100 aplikasi buat menunjang kegiatan belajar, dan mendukung produktivitas hingga hiburan. Koleksi app di Endless OS merupakan kombinasi dari kreasi tim in-house serta porting sejumlah software krusial. Endless Computers memang serius saat mereka bilang siap menunjang pendidikan karena di sana ada banyak sekali app untuk belajar – dari mulai geografi, matematika, permainan-permainan edutainment, hingga ensiklopedia. Semuanya bisa digunakan optimal tanpa membutuhkan sambungan internet.
Untuk menunjang produktivitas, Endless Computers telah menyiapkan app-app buat mengolah file Word, PowerPoint hingga Excel (via Writer, Presentation dan Spreadsheet). Mereka tidak se-komprehensif Microsoft Office, tapi proses penggunaannya tidak berbeda. Aplikasi-aplikasi wajib para pekerja modern juga sudah tersedia di sana: Chrome, DropBox, Firefox, Skype, Slack bahkan ada Facebook serta WhatsApp.
Aspek hiburan bukanlah ranah utama Endless OS, tapi uniknya, developer turut menghadirkan app Steam, memberikan Anda akses ke 1.800 judul permainan Linux. Eksistensinya memang sedikit ‘bertentangan’ dengan prinsip dari penciptaan Endless OS (diramu untuk pengguna para pengguna pemula); namun mungkin, tim pengembang ingin membuktikan bahwa gamer hardcore sekalipun sebetulnya juga dapat memanfaatkan sistem operasi ini.
–
Endless OS bisa Anda dapatkan gratis di situs resminya, serta sudah dibundel dalam sejumlah perangkat garapan Acer dan Asus.