Dark
Light

Menilik Kepopuleran Bitcoin di Indonesia

1 min read
October 31, 2017
Blockbali 2017

Sebagai salah satu negara berkembang di dunia Indonesia tidak luput dari kepopuleran bitcoin. Salah satu buktinya adalah mulai banyak masyarakat Indonesia yang memiliki bitcoin dan tergabung dalam forum-forum pembahasan bitcoin. Founder Bitcoin.co.id Oscar Darmawan, sebuah platform jual beli Bitcoin, Ethereum dan Digital Asset lainnya memaparkan bagaimana kondisi penerimaan masyarakat Indonesia terhadap Bitcoin.

Dalam presentasinya, Oscar menyambut cukup baik peningkatan kepopuleran Bitcoin di Indonesia. Namun Oscar juga menyampaikan bahwa tidak hanya Bitcoin, kepopuleran cryptocurrency juga akan meningkat di Indonesia jika koin tersebut menunjukkan peningkatan nilai yang cukup signifikan.

“Di Indonesia tidak ada pelanggan yang loyal untuk (sebuah) cryptocurrency tapi percayalah, jika cryptocurrency Anda naik cukup cepat cryptocurrency Anda akan dapat banyak penggemar,” jelas Oscar.

Kepopuleran Bitcoin (tidak hanya di Indonesia) diramalkan CEO Satoshi School Jorg Molt akan terus berlanjut untuk lima tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan Jorg Molt dalam presentasinya di acara dalam konferensi BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences. Namun kepopuleran Bitcoin diprediksi tidak akan diikuti oleh koin-koin lainnya. Hal ini karena banyak orang mulai melihat banyak ICO (Initial Coin Offering) sebagai scam dan lantas ditinggalkan. Sebagai cryptocurrency yang terus menguat, Jorg juga memprediksi bahwa pemerintah juga akan berusaha menghentikan laju Bitcoin.

“Anda tidak akan bisa menghentikan orang-orang menggunakan Bitcoin,” ungkap Jorg.

Tantangan bitcoin di Indonesia

Kepopuleran bitcoin di Indonesia bukan tanpa masalah. Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengadopsi lebih lanjut cryptocurrency. Oscar sebagai salah satu orang yang sangat peduli dengan isu cryptocurrency di Indonesia memaparkan hal-hal yang menjadi tantangan adopsi cryptocurrency di Indonesia. Yang pertama adalah tidak ada klasifikasinya jelas untuk cryptocurrency, apakah komoditas atau mata uang.

Masalah kedua adalah scam. Masyarakat Indonesia sudah akrab dengan iming-iming cepat kaya melalui MLM (Multi Level Marketing) tidak berlisensi yang menawarkan skema ponzi yang berakhir penipuan. Hal ini bisa meningkatkan rasa skeptis masyarakat terhadap cryptocurrency.

Masalah lain yang tak kalah krusial adalah soal pemahaman mengenai cryptocurrency dan tingginya masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Dua persoalan ini tak kalah penting, karena kaitannya dengan penerimaan di masyarakat.

Bisnis cryptocurrency di Indonesia

Bisnis cryptocurrency sebenarnya memiliki potensi yang cukup luas, salah satunya untuk kemudahan pembayaran. Hanya saja aturan untuk itu di Indonesia masih belum jelas. Hal ini membuat para pebisnis masih bergerak di sektor jual-beli cryptocurrency. Seperti yang dilakukan Bitcoin.co.id dan Pundi X.

Nama terakhir bahkan membuat terobosan dengan memperkenalkan alat untuk jual beli bitcoin dan koin lain yang bisa dipasang di merchant atau gerai-gerai mini market. Dalam demonstrasinya, Founder Pundi X Zac Cheah mengenalkan sebuah alat yang bisa digunakan untuk jual beli cryptocurrency. Alat tersebut juga didesain untuk memudahkan pemilik cryptocurrency berbelanja, hanya saja lagi-lagi karena masalah regulasi hal tersebut tampak belum bisa diwujudkan.


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences

Previous Story

Berbagai Trailer Game Baru yang Sony Pamerkan di Paris Games Week 2017

CEO Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono dan tim Dicoding / Dicoding
Next Story

Empat Hal yang Wajib Dicermati Pengembang Lokal

Latest from Blog

Don't Miss

NFT Bitcoin Yuga Labs: TwelveFold

NFT Bitcoin Yuga Labs Hasilkan Lebih dari 250 Miliar Rupiah dalam Semalam

Yuga Labs telah resmi meluncurkan proyek NFT Bitcoin perdananya yang
Pasar NFT Bitcoin

Tahun 2025, Pasar NFT Bitcoin Diprediksi Bakal Bernilai $4,5 Miliar

Beberapa bulan lalu, sebagian besar dari kita mungkin tidak ada