Dark
Light

Mengungkap Rahasia “Roadmap” Sukses Anda

3 mins read
April 22, 2016
Tindak-tanduk seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya

Apakah kalian percaya bahwa hidup adalah ujian? Sebagian besar kaum yang mengaku beragama akan mempercayai hal ini, karena mereka diajari ada kehidupan lain di alam lain setelah kematian. Ada surga dan neraka, dan kehidupan di dunia ini merupakan ujian yang akan menentukan di mana mereka berada nantinya.

Mari kita anggap saja seperti itu. Bahwa hidup ini adalah ujian, dan seperti ujian-ujian saat kita sekolah dulu, kelulusan harus melalui tahap mengerjakan soal. Itu berarti menjawab pertanyaan. Jadi bisa dikatakan manusia hidup untuk menjawab pertanyaan.

Pertanyaan seperti apa?

Kita mengetahui, sudah sejak lama para filsuf hadir, dan mulai menantang mitos tentang alam dengan mempertanyakan. Mereka dapat dikatakan para filsuf alam. Mereka tertarik dengan alam, tumbuhan, dan pergantian musim. Mereka tidak menerima begitu saja pengetahuan alam dari penjelasan cerita-cerita dewa. Mereka mulai bertanya, kemudian berpikir mencari penjelasannya.

Saat ini, bisa dikatakan banyak pertanyaan tentang alam telah terjawab oleh ilmu pengetahuan. Ya, ilmu pengetahuan lahir dari pertanyaan, dan keingintahuan tentang sesuatu. Manusia memiliki asumsi, kemudian hipotesis awal, hingga tergerak melakukan penelitian untuk menarik kesimpulan yang bisa disebut fakta. Dunia berkembang, dan peradaban terjadi hanya karena manusia selalu mempertanyakan segalanya.

Lalu, bagaimana dengan manusia itu sendiri? Apakah manusia juga dapat berkembang menjadi versi terbaik dirinya dengan bertanya? Jawabannya adalah: Ya.

Sumber dari kesengsaraan atau kebahagiaan kita bisa jadi adalah sesuatu yang sangat sederhana yakni aktivitas sehari-hari. Bagaimana cara kita menjalankan hidup. Apakah hidup yang dijalani sesuai dengan keinginan kita atau kita hanya menjalankan hidup seperti apa adanya, sebab hanya sebatas itulah pengetahuan kita akan hidup.

Sebagian besar waktu, kita bereaksi terhadap situasi dengan mengikuti jalur yang paling ringan perlawanannya. Masuk akal bahwa hal ini terjadi, karena siapa sih, yang mau hidup susah?

Menjalani hidup seadanya bisa dicontohkan seperti ini: saat ada kesempatan kerja, dan kita butuh uang, kita menerimanya tanpa benar-benar mempertimbangkan lagi apakah itu pekerjaan yang disukai atau tidak. Perut kenyang, tagihan terbayar, bahkan kesenangan serta hobi diri terpenuhi. Selesai.

Masalahnya adalah jika Anda mengulangi siklus ini terus menerus, suatu hari Anda akan bangun tidur dan merasakan hampa.

Sebelum kehampaan menggerogoti kebahagian kita sebagai manusia, perlu untuk ‘menggugat’ pola perilaku. Bukan hanya bisnis saja yang harus di-disrupt agar bisa berhasil, tetapi Anda juga.

Caranya, dengan sejenak memberikan diri kesempatan untuk  menjawab tiga pertanyaan paling dasar.  Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan berfungsi sebagai roadmap Anda untuk sukses.

Pertanyaan 1: Apa yang saya inginkan?

Pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi kalau direnungkan jawabannya tak pernah benar-benar mudah. Nah, sekarang apakah Anda pernah meluangkan waktu untuk sejenak ​​bertanya pada diri sendiri pertanyaan ini? Atau ini justru baru terpikirkan ketika seseorang menanyakan kepada Anda?

Pertanyaan lanjutannya kemudian: apa yang Anda inginkan dari kehidupan? Di mana Anda ingin hidup? Anda ingin bersama dengan siapa? Apa yang ingin Anda lakukan setiap hari? Seperti apa Anda ingin dikenang?

Memikirkan hal ini bukan pekerjaan buang-buang waktu. Ini adalah hal yang penting. Anda mungkin tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan hati saat ini, besok, minggu depan, atau bahkan pada akhir tahun ini. Tidak masalah. Yang penting adalah latihan untuk terus mempertanyakan diri.

Dengan cara selalu bertanya “apa yang benar-benar saya inginkan?” dan menjawab dengan jujur, Anda mempersenjatai diri dengan kekuatan untuk terus melanjutkan langkah meraih tujuan, tak peduli jika itu harus dilalui oleh tangis dan darah. Sekaligus memiliki senjata yang paling ampuh dari semuanya: kemampuan untuk mengatakan tidak, kepada hal yang tidak ingin Anda jalani.

Pertanyaan 2: Siapa yang bisa saya bantu?

Pertanyaan ini adalah rahasia untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan dalam hidup. Lihat sekitar kita, lihat ke orang-orang yang menderita atau sedang kesusahan, lalu bantu mereka. Dalam dunia bisnis, kita sebut ini added value.

Setiap bisnis yang sukses, setiap karier yang gemilang, dan setiap organisasi yang kuat bisa tercipta hanya karena fokus melayani orang lain. Membantu orang lain mempermudah kehidupannya.

Cara untuk mencari tahu siapa yang akan dan ingin Anda layani bisa dengan mengamati orang yang berada di sekitar Anda. Tanyakan kepada mereka hal-hal yang menjengkelkan dalam hidup mereka. Tanyakan juga kepada mereka bagaimana Anda bisa membantu.

Jika Anda melakukan praktik ini, Anda akan menemukan pasokan tak terbatas peluang usaha. Ini bukan janji kosong, ini semua sudah terdokumentasi dalam  perjalanan hidup orang sukses yang tak terhitung jumlahnya.

Pertanyaan 3: Mengapa tidak sekarang?

Jangan abai bertanya pada diri sendiri pertanyaan ini setiap hari. Alasannya sangat sederhana, jika otak kita melihat daftar panjang hal yang harus dikerjakan, itu akan memicu pertanyaan, “Kenapa tidak besok saja?”

Dan karena kita hanya manusia manusia biasa yang lemah dengan godaan, respon dari jawaban tercepat adalah “Ya, kenapa tidak besok?”

Cobalah untuk mengajukan tiga pertanyaan ini pada diri sendiri sekarang. Anda akan berpikir tentang kehidupan yang ingin dijalani. Kemudian berpikir tentang orang-orang yang ingin Anda bantu. Akhirnya, keinginan untuk memulainya saat ini juga.

Ah, mana sempat? Kerjaan saya banyak. Tidak perlu merenungkan sepanjang hari juga. Semua latihan ini hanya membutuhkan waktu paling lama lima menit. Anggap saja ini waktu untuk diri Anda sendiri. Dan lakukan kegiatan ini setiap hari. Jangan heran jika Anda tiba-tiba dibanjiri ledakan ide, hingga cara mengeksekusinya.

Seiring dengan waktu, latihan sederhana ini akan mengungkapkan roadmap tunggal untuk kesuksesan Anda.

Ingat kawan, salah seorang ulama, dan sastrawan besar negeri ini pernah mengatakan,  “Jika hidup hanya sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja hanya sekadar kerja, kera juga bekerja.”

Jadi, apa bedanya kita dengan babi dan kera?

Kalau ini biar kita sama-sama mencari jawabannya. Untuk diri sendiri, bukan orang lain.

Previous Story

Bank Indonesia Gulirkan Program Desa Digital

Next Story

Indosat Ooredoo Bawa Gelaran IWIC ke-10 di Ranah Global

Latest from Blog

Don't Miss

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Mobile photography adalah salah satu skill penting yang perlu dikuasai

Tips Streetphotography dengan Ponsel 

Kami berbincang dengan mentor dari acara workshop foto Hybrid tentang