Nama Ninetology memang terdengar kurang familiar ditelinga para antusias gadget dan gizmo di nusantara, faktanya mereka telah mencoba mempenetrasi pasar beberapa waktu lalu. Namun tidak lama setelah lama setelah itu, Ninetology menghilang begitu saja. Kini ia kembali dengan strategi dan visi baru, seraya mengenalkan tiga buah handset yang ditargetkan untuk tiga lini yang berbeda pula.
Ninetology adalah perusahaan feature phone dan smartphone asal Malaysia dengan target pasar Asia Tenggara. Saat presentasi konfrensi pers dimulai, mereka menjabarkan sesuatu yang cukup unik: berbeda dengan produsen lain yang biasanya memiliki target penjualan konkret, Sean Ng selaku CEO mengklaim bahwa perusahaan yang dipimpinnya lebih mengutamakan kualitas produk, gaya hidup dan kebanggaan dibandingkan kuantitias semata.
Jadi produk apa yang Ninetology luncurkan? Mereka merilis tiga buah varian smartphone Android seri U9: X1 sebagai flagship, Q1 di kelas mainstream, dan P1 untuk varian di lini ekonomis. Seperti kebanyakan tren saat ini, U9 ditujukan untuk konsumen yang aktif dan ‘berjiwa muda’. Tidak sampai di sana, khusus seri ini Ninetology mengusung tema ‘urbanite‘ – arti harfiahnya adalah para penduduk kota. Dari sini kita bisa membayangkan pendekatan desain dan fungsi apa yang mereka gunakan.
Sean Ng menambahkan, “Sebelum menggagas pembuatan ponsel ini, tim research and development kami telah mempelajari budaya, kehidupan dan kepribadian masyarakat perkotaan sehingga kami dapat menciptakan smartphone yang sesuai dengan minat, gaya hidup, dan perilaku setiap individu”.
Dalam penyediaan hardware, Ninetology mengandalkan perusahaan semikonduktor asal Negeri Tirai Bambu sebagai pemasok hardware utama mereka: MediaTek. Saya tahu Anda sudah tidak sabar untuk mengetahui ketiga perangkat ini secara pendekatan teknis – lagi pula bukankah tidak sedikit perangkat mobile yang didukung chip ini?
Kita akan memulai dari varian low-end terdahulu: U9P1. Ia ditenagai chip dual-core MediaTek berkecepatan 1,3GHz, layar 4-inci WVGA beresolusi 480×800, kamera belakang 5-MP dengan kamera depan 0,3-MP, fitur dual SIM GSM, memori internal 4GB – mendukung ekspansi hingga 32GB – dan RAM sebesar 512MB serta berjalan di platform Android 4.2 Jelly Bean. Dengan jeroan yang cukup baik, P1 hanya dibanderol seharga Rp 999 ribu.
Naik ke varian middle-range, Ninetology menyiapkan Q1. Untuk varian ini ia juga didukung oleh chip dual-core berkecepatan 1,3GHz yang sama dengan P1, namun disajikan dengan layar sentuh kapasitif FWVGA 480×854 yang sedikit lebih lebar, 4,5-inci. Bagian memori, kamera, konektivitas dan dual-SIM-nya juga serupa dengan sang adik, tapi Q1 bisa merekam video dengan kualitas HD (720p) di 30 framerate per detik. Smartphone ini ditawarkan seharga Rp 1,4 juta.
Namun dari tiga produk baru Ninetology, U9X1-lah yang tampaknya menjadi primadona mereka. Dipersenjatai dengan chip quad-core terbaru MediaTek berkecepatan 1,2GHz dan PowerVR SGX544 untuk kemampuan grafisnya, X1 juga memiliki kemampuan kamera yang canggih: sensor 13-megapixel ‘sejati’, bukaan f2.0, BSI generasi kedua, HDR, Zero Shutter Delay, panorama shooting, pendeteksi wajah, Fast Burst Shot, dan perekam video 1080p di 30fps dengan baterai 2200mAh yang menjamin talk-time hingga delapan jam.
Walaupun hanya X1 yang tidak memiliki fitur dual-SIM, ia didukung kemampuan FM Radio, Smart Call, Flip to Mute dan Dual Mic yang memastikan lawan bicara tetap mendengar suara Anda dengan jernih walaupun berada di tempat yang ramai. Anda bisa memilikinya hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,4 juta.
Salah satu talenta musik nusantara juga mengambil andil dalam peluncuran Ninetology U9 ini. Namun uniknya, ia bukan hanya menjadi brand ambassador U9, tetapi juga co-owner dan pemegang saham terbesar di Ninetology. Namanya sama sekali tidak asing di telinga pecinta musik nusantara dan baru-baru ini ia baru merilis single internasional bersama dengan penulis lagu Timbaland berjudul Coke Bottle: Agnez Monica.
Agnez memberikan komentar dalam peluncuran ini, “Saya sangat senang dan bangga menyaksikan peluncuran U9 di Indonesia. Namun ini hanyalah sebuah permulaan. Dalam waktu dekat kami berencana untuk memasuki pasar yang lebih beragam melalui integrasi pengembangan produk yang mendalam. Kami juga akan lebih fokus pada personalisasi dan platform user friendly yang dapat disesuaikan dan dimodifikasi oleh penggunanya.”
Di dalam ketiga smatphone ini juga sudah disiapkan app Agnez Mo dimana Anda bisa berinteraksi dengan Agnez dan selebriti lain – baik lokal atau internasional – dalam satu platform.
Tetapi apakah semua itu cukup agar produk Ninetology ini bisa masuk mulus di pasar smartphone nusantara? Agnez Monica cukup yakin dengan investasi yang ia lakukan. Bahkan ia menjelaskan bahwa ia mulai berinvestasi dari saat berumur lima tahun, “Saat orang tua saya menyewa pelatih vokal, saat itulah saya melakukan investasi yang pertama kalinya.” Pasar nusantara sendiri sudah sangat penuh dengan nama-nama lokal dan internasional. Nasib Ninetology akhirnya bergantung pada respon konsumen di Indonesia.
Menurut saya satu hal yang mungkin bisa menjadi masukan adalah Ninetology U9 membutuhkan sebuah identitas dalam desainnya. Sejauh ini baik P1, Q1 dan X1 tampak tidak memiliki benang merah kecuali penempatan logo dan kamera di bagian belakang. Bahkan untuk dua model selain X1, mereka seakan-akan ‘terinspirasi’ dari produk produsen smartphone ternama lain.
Mari kita ikuti terus perkembangannya, bagaimana respon pasar Indonesia atas jajaran ponsel dari Ninetology U9.