Besarnya pasar UMKM di Indonesia kian memicu para pemain baru di industri untuk berlomba-lomba menciptakan solusi. Di industri SaaS, sebuah dasbor pintar, Whee, dirancang untuk membantu UMKM mengelola bisnis dan mempercepat pertumbuhan.
Didirikan pada tahun 2017 oleh lima sekawan yang masing-masing memiliki pengalaman bekerja di perusahaan teknologi kemudian bercita-cita membangun startup sendiri, Whee bermula dari konsep sederhana sebagai platform operasional b2b khusus untuk melayani UMKM. Salah satu misi perusahaan adalah untuk menanamkan pentingnya data atau pencatatan dalam keberlangsungan sebuah bisnis.
“Kita mulai dari edukasi hal yang sederhana, seperti fraud, kita tidak akan tahu ketika ada barang yang hilang dicuri, atau lupa membayar jika tidak melakukan pencatatan. Usaha mungkin terlihat untung, namun di dalam bisa saja merugi,” ujar CMO Whee Pamkin Pandawan.
Salah satu yang diunggulkan adalah fitur Point of Sales (PoS) yang diluncurkan pada bulan Maret 2019 lalu mengusung konsep freemium. Pengguna akan mendapatkan akses gratis selama waktu yang ditentukan, lalu jika mereka merasa terbantu dan ingin menikmati fitur yang lebih lengkap, bisa langsung berlangganan fitur premium.
Untuk fitur ini, Whee mematok harga Rp100 ribu/bulan untuk pelanggan premium. Saat ini, sistem pembayaran masih menggunakan transfer bank, namun timnya sedang menjajaki kerjasama dengan Dana dan Ovo untuk bisa menjadi opsi pembayaran.
Rencana bisnis di tahun 2020
Di jangka waktu 9 bulan sampai pada November 2019, Whee berhasil menjangkau sekitar 16 ribu UMKM untuk bergabung. Seribu di antaranya memutuskan untuk menjadi member premium. Sektor yang paling banyak terlibat adalah F&B, layanan seperti salon, juga retail. Platform ini sudah bisa digunakan di mana saja dari Aceh hingga Papua. Namun untuk representatif, baru tersedia di Jakarta, Bali, Surabaya, Palembang, dan Jogja.
Selain target pengguna, Whee juga sudah menyiapkan beberapa fitur tambahan di tahun 2020. Salah satunya dari sisi finance yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan laporan keuangan dalam satu klik, dan kemudian akan menjadi dasar dari pelaporan serta credit scoring.
Selanjutnya ada WheeLoan yang akan menjadi platform terpisah untuk akses terhadap dana pinjaman. Dengan regulasi dan lisensi yang berbeda, maka platform ini akan berdiri sendiri, serta bekerjasama dengan bank buku dua untuk mendukung pemodalan usaha UMKM.
Satu lagi yang sedang coba digarap oleh perusahaan “paus biru” ini adalah platform HR untuk fokus mencari talenta blue collar yang akan lebih dibutuhkan oleh UMKM.
Dari sisi pendanaan, perusahaan mengklaim sudah memasuki tahap seri A, didukung oleh investor tunggal dari Malaysia. Mengenai penggalangan, pihaknya mengaku ingin fokus dalam pengembangan platform beserta fiturnya terlebih dahulu.
Whee melihat industri SaaS sudah sangat maju, serta UMKM sebagai pasar yang menyimpan begitu banyak potensi. Mengusung nama dengan filosofi “menjadi ikan yang besar di lautan yang luas”, pihaknya yakin kelak akan menjadi pemain besar di pasar UMKM yang akan terus berkembang.