Sejumlah aplikasi yang berkaitan dengan tranportasi mencoba mengubah atau merevolusi konsep nebeng. Salah satunya adalah Tebengan. Startup yang mulai dikembangkan awal tahun 2017 mencoba mengubah konsep nebeng menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Konsep nebeng berbasiskan aplikasi sudah mencuat sejak lama. Beberapa startup pun sempat muncul. Hanya saja memang tidak sepopuler Grab dan Go-Jek. Meski demikian pihak Tebengan tetap optimis bisa terus dikembangkan dan diterima masyarakat karena nebeng sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.
“Memang nebeng sudah tidak asing lagi di Indonesia, terlebih di daerah yang sulit mendapatkan akses transportasi karena tidak ada angkot atau angkutan umum. Masyarakat terbiasa memberikan atau ikut nebeng bersama teman, tetangga bahkan orang yang tidak kenal sekalipun. Karena hal tersebut, kami yakin Tebengan dapat diterima masyarakat dan menjadi solusi antar kota maupun dalam kota yang dapat diandalkan karena menawarkan konsep yang mengedepankan kebersamaan dan kekeluargaan dengan harga yang lebih terjangkau,” terang CEO Tebengan William Widjaja.
Konsep Tebengan adalah marketplace yang menjual kursi kosong dalam perjalanan. Mereka yang bergabung sebagai driver akan menuju suatu tempat atau akan menempuh sebuah rute perjalanan bisa menawarkan kursi kosong di kendaraan mereka. Sedangkan calon penumpang bisa mencari, memilih, dan melakukan pemesanan kursi kosong yang tersedia.
William mengakui bahwa konsep Tebengan terinspirasi dari sebuah startup serupa yang beroperasi di Perancis. Memanfaatkan dana dari angel investor, Tebengan terus berupaya mengembangkan sistem yang berkualitas sambil mencari putaran pendanaan baru untuk membawa Tebengan ke tahap selanjutnya.
“Sistem kemitraan kami dengan driver berbeda dengan aplikasi ojek online. Di sini driver lebih bersifat independen karena bisa menentukan tarif perjalanannya sendiri. Sebagian besar driver yang ada di Tebengan memang sudah memiliki rute tetap yang biasanya pulang pergi kantor atau pulang ke kota asal di hari libur. Driver tidak berorientasi untuk mencari untung ketika menentukan harga tarif yang ditawarkan kepada penumpang atau penebeng. Tarif yang ditawarkan biasanya lebih murah dan hanya digunakan untuk mengurangi ongkos perjalanan,” imbuh William.
Sejauh ini Tebengan sudah mulai digunakan penggunanya untuk rute-rute perjalanan antar kota di daerah Jabodetabek. Tersedia juga rute perjalanan jauh seperti Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Semarang, Jakarta-Bandung dan rute-rute lainnya yang diaktivasi sendiri oleh driver Tebengan.
Isu terbesar yang dihadapi dalam konsep nebeng adalah keamanan. Mengantisipasi hal tersebut, Tebengan menyiapkan mekanisme verifikasi email, nomor telepon, dan SIM / KTP, termasuk juga memperhatikan rating dan riwayat perjalanan. Fitur Tebengan lainnya adalah fitur chat dan integrasi dengan media sosial, sehingga driver bisa dengan cepat menyebarkan informasi perjalanan mereka.
Tebengan mengklaim, sejak merilis aplikasi pada Agustus 2018 pihaknya sudah mendapatkan ribuan pengguna terdaftar dengan puluhan rute perjalanan yang tersedia. William menyebutkan saat ini Tebengan tengah fokus untuk menyempurnakan aplikasi sembari mendengarkan masukan dari pengguna dan komunitas Tebengan.
“Kamu juga sedang fokus berdiskusi dengan beberapa investor yang dapat membantu mewujudkan mimpi kami untuk menjadi solusi transportasi antar kota dengan biaya yang hemat dan konsep yang lebih bersahabat,” tutup William.