Dark
Light

Mengapa Perusahaan Seperti Facebook dan Google Tidak Benar-benar Harus Mendirikan Kantor di Indonesia

1 min read
July 18, 2011

Saat menghadiri konferensi IDByte beberapa waktu yang lalu, ada satu pertanyaan yang selalu muncul dari para pengunjung yang ditujukan pada pembicara dari Facebook, Google dan LinkedIn oleh penonton.

“Kenapa Anda sekalian tidak mendirikan kantor Anda di Indonesia?”

Saya tidak akan berdebat tentang betapa konyol dan menyedihkan pertanyaan ini, tetapi saya akan mencoba untuk memetakan alasan mengapa perusahaan-perusahaan besar ini tidak harus membuka kantor mereka di Indonesia.

Google saat ini sedang memasuki pasar Indonesia, mereka sudah mulai mengamati kota-kota di Indonesia dan bertemu dengan banyak orang, menggelar event, merekrut orang dan melakukan beberapa kegiatan usaha, meskipun mereka tidak berbadan hukum (di Indonesia).

Tentu saja, argumen yang sempurna untuk membujuk Facebook dan Google untuk membuka kantor di Indonesia adalah karena mereka memiliki basis pengguna besar di negara ini. Mereka harus mendirikan kantor di sini, betul kan? Salah. Mereka tidak perlu, karena pengguna di Indonesia sebagian besar adalah pasar konsumen, di mana perusahaan-perusahaan global ini tidak mendapatkan pemasukan dari konsumen jenis ini. Tentu saja mereka memiliki iklan untuk dijual, tetapi mereka sudah memiliki reseller yang beroperasi di sini. Investasi dan usaha untuk mendirikan kantor di Indonesia dibandingkan dengan manfaat yang akan diterima tidak masuk akal bagi bisnis mereka.

Jika alasannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan pasar di Indonesia, tidak juga, karena orang Indonesia orang tidak akan peduli! Bahkan jika Facebook, Twitter dan Google tidak memiliki kantor di sini, para pengguna tidak akan berhenti menggunakan layanan yang ada dan jumlah penggunanya akan tumbuh secara organik. Google dan Facebook adalah 5 situs paling populer di Indonesia (menurut Alexa), mereka tidak perlu melakukan apa pun untuk memicu pertumbuhan, namun pengguna tetap terus tumbuh.

Jika Anda melihat masalah ini dari perspektif mereka, investasi untuk mendirikan sebuah kantor di suatu negara sama sekali tidak kecil. Dan tentu saja investasi ini harus dibandingkan dengan pendapatan/peluang bisnis potensial dari negara tersebut. Saat ini, Indonesia tidak terlihat menarik dalam hal pendapatan potensial bagi perusahaan-perusahaan besar di atas. Suatu saat hari itu akan datang, tapi tidak sekarang. Google memberikan upaya ekstra untuk mengatur kehadiran mereka di Indonesia, yang tentunya baik, meskipun mereka sudah menjadi pemimpin pasar dan mendapatkan pemasukan yang cukup baik dari reseller iklan mereka.

Singkatnya, perusahaan-perusahaan ini BISA membuka kantor di Indonesia jika mereka ingin, tapi mereka tidak membutuhkannya.

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

22 Comments

  1. Setidaknya research center. India misalnya, Google dan Microsoft punya research center disana. IBM juga mungkin. itu yang lebih harus di push pemerintah untuk dibuat bukan cuma kantor cabang yang bertugas untuk jualan 🙂

  2. Thanks to DailySocial, saya sekarang bekerja utk portal travelling terbesar di dunia yg belum lama ini buka kantor di Singapore, dan mereka memang belum (atau tidak) berencana buka kantor di Indonesia 🙂 Web companies tidak wajib punya local presence karena ‘outlet’ mereka bisa diakses di mana-mana, yang lebih mereka butuhkan adalah *local knowledge*. Singapore jadi pilihan utama utk dijadikan markas regional karena *keunggulan pelayanan publik dan kepastian hukum* selain karena posisi geografisnya yg memudahkan utk menjangkau area Asia Tenggara dan sekitarnya. Jadi, berharap juragan web industry buka kantor di Indonesia cuma karena pasarnya yg besar, memang angan-angan yg kejauhan. Kita hebatkan dulu sumber daya lokal, lalu lihatlah apa yang terjadi, salam super *eh

  3. trus jawaban dari mereka apa? yang lu tulis kan jawaban versi lu,
    lagian gak perlu bilang konyol & menyedihkan gitu kali, kalopun pertanyaannya emang konyol…

  4. Kalo diliat postingannya, masih agak rancu dan terlalu subjektif ya, terutama dari opini pendapatan potensial Indonesia sekarang. Indonesia punya potensi yang besar buat major company untuk berinvestasi, dan lebih setuju ke arah pendapat @zuchri:disqus kalo masalahnya ada di pelayanan publik dan kepastian hukum Indonesia masih labil bener.
    Dan, pernyataan penulis bahkan lebih sempit daripada yang menanyakan “kenapa ga buka kantor ?”, karena sebenernya ga ada pertanyaan yang konyol 🙂 Mungkin untuk selanjutnya DailySocial bisa melakukan assesment posting dulu.

  5. Ih yang nulis berbau “arogan”, tumben daily ngelolosin artikel kayak gini. Masih mending kalau rasionalisasinya bagus, pas dibaca, ternyata biasa aja, nggak lebih baik dari yang dikatakan oleh sang penulis dengan sebutan “konyol dan menyedihkan” (orang mau bertanya dan belajar kok dikatain konyol dan menyedihkan, terlaluuuuu).

  6. bukan arogan, cuman itungan bisnis murni, buat apa cost tambahan. Tanpa iming2 macem2 orang sini malah bangga banget pake g+, beda pasar ama cina, nembusnya setengah mati, belum lagi diobok2 hacker lokal.

  7. Mmm, harusnya media itu lebih fair yaa.. Dengan memamsukkan kata2 “konyol dan menyedihkan” justru lebih keliatan mental sang penulis.. IMHO 🙂

  8. Setuju, tidak perlu ada menyebut konyol dan menyedihkan. Yang konyol dan menyedihkan itu justru telah menginspirasi satu tulisan di situs ini.

  9. Ini tipikal konsumen di Indonesia. “Eh gue mau beli banyak, elo mau ngasih diskon berapa?” Sudah jamak sih di Indonesia hal-hal kaya gini. Di sisi lain juga, pemerintah nggak terlalu peduli masalah kaya ginian, tidak menciptakan pasar yang cukup kondusif buat pemain-pemain besar itu mendirikan kantor di sini.
    Tapi balik lagi ke kebiasaan disini: gue beli banyak, mau ngasih diskon berapa lo?

  10. gimana gak lolos, yang nulis kan yg bikin DS ini 🙂
    semoga koreksi kecil ini bisa membuat DS lebih baik kedepannya…

  11. Well, betul sekali keunggulan pelayanan publik dan kepastian hukum jadi daya tarik Singapura. Bagi WNA untuk mendirikan kantor di sini sangaaat susah. Sangat berbeda dengan WNI. Investasinya juga sangat besar. Izinnya sama sekali berbeda daripada dipunyai 100% oleh WNI. Dan begitu anda punya legal presence di sini, makas siap *diikat* dengan hukum dan pajak Indonesia. Pajak di sini adalah immediate, artinya begitu dapat NPWP, langsung kena pajak. Di SG tidak, 3 tahun pertama tax exemption.

    Saya yg orang Indo aja ngiler punya presence di SG.

    Kalo dari segi RND, skill kita memang terkadang masih jauh dr skill dan etiket org luar. Banyak poser di sini. Berapa orang sih yang ngerti optimisasi, scaling, dan kernel hacking dan bisa nulis paper-paper semacam ini http://research.google.com/pubs/papers.html? Sementara pekerjaan di Google kalo ingin jadi RND dihadapkan dengan paper semacam itu. Berapa orang di Indonesia yang serius berkomitmen untuk membentuk standar? Di mailing list semacam activity stream, atau oauth dan sejenisnya, saya belum melihat entitas atau personal dari indonesia yang terlibat membahas standard tersebut. Banyak yang jago kandang.

    Jadi analisa dari segi bisnis dan rnd memang capacity Indonesia harus banyak diupgrade :). Yuk, mari kita bareng2 upgrade kompetensi kita supaya lebih direcognize di dunia internasional.

  12. Saya dukung penulis.

    1) Argumennya benar.
    2) Pertanyaan seperti itu tidak perlu diajukan kalaudi otak sipenanya sudah argumen seperti itu sudah ada.
    3) Masalah etiket, saya tidak peduli, mau dibilang “tidak sesuai”, “agak kurang pas”,”konyol”, “menyedihkan”, bagi Saya sama saja, itu artinya pertanyaannya buruk.Saya punya opini, Indonesia tidak akan maju kalau masih sibuk ngomongin etikadan perasaan. Kebenaran adalah kebenaran, seberapa burukpun itu disajikan.

  13. Dan sedihnya gak ada reaksi dari pemilik atau pengelola situs ini. gak sadar yaa ini jaman era socmed, ngakunya pakar…

  14. Bukan masalah etika tong, tapi sebagai (owner) media haruslah netral dengan tetap tidak mengeluarkan kata2 yg terkesan arogan. Apalagi setelah menulis seperti ini tidak ada kalimat yg menjawab sebagai argumentasi. Kan sama aja mengeluarkan issue terus tidak bertanggung jawab.

  15. Setuju dengan bro Aulia, gak ada yg salah apalagi konyol dan menyedihkan terhadap org yang mau bertanya dan belajar !

  16. Nggak masalah, ini kan opini. Tapi bener sih, jadi ketauan mental penulisnya seperti apa. #eh

  17. 1. Argumennya “mungkin” benar, tapi tidak pada tempatnya dan tidak “absolut” benar.
    2. (kalimatnya nggak jelas)
    3. Kebenaran? kebenaran siapa? penulis…tunggu dulu.. mungkin malah lebih “konyol dan menyedihkan” kebenaran versi penulis, karena beberapa hari kemudian blog ini malah memuat artikel ini “Google Pastikan Buka Kantor di Indonesia Tahun Ini. (http://dailysocial.net/2011/07/22/google-pastikan-buka-kantor-di-indonesia-tahun-ini/). Nah loh?

    Semoga menjadi masukan dan kritik yang membangun buat para pengurus blog ini. Kalau sampai salah bicara lagi dan tidak bijak dalam merespon, bye2 dailysocial…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Nokia DevStart Competition di Jakarta – Bandung – Jogja – Surabaya

Next Story

Sedapur Menangkan Penghargaan Nokia Fellowship

Latest from Blog

Don't Miss

Gemini Live Bahasa Indonesia

AI Google “Gemini Live” Kini Dapat Berbicara Bahasa Indonesia

Seiring semakin populernya penggunaan AI di berbagai perangkat, Google juga

Pixel 9 Pro XL: ‘Kembaran’ iPhone yang Hampir Sempurna

Tulisan berikut ini adalah tulisan tamu oleh Aryo Meidianto –