Dark
Light

Mengandalkan Cloud Sepenuhnya Dapat Menjadi Bumerang

by
1 min read
May 23, 2014

Di tengah hiruk-pikuk konsep komputasi awan yang digadang akan menggantikan sistem penyimpanan lokal, kecemasan para pengguna dan penyedia jasa cloud kembali hadir dengan masalah yang menimpa Adobe beberapa hari yang lalu. Lalu, apakah komputasi awan benar dapat diandalkan sehingga mampu meninggalkan ruang penyimpanan lokal sepenuhnya?

Adalah Adobe Creative Cloud, sebuah platofrm layanan berlangganan dari Adobe yang menyediakan aplikasi kreatif dan penyebaran konten media digital seperti foto, web, aplikasi mobile, video, dan lain-lain. Aplikasi Adobe sebelumnya yang dikenal sebagai CS (Creative Suite) kini dikembangkan untuk mendukung komputasi awan yang dirilis dengan nama CC (Creative Cloud).

Pada tanggal 15 Mei 2014 kemarin, 2 juta pengguna tidak dapat mengakses aplikasi-aplikasi Adobe yang bekerja menggunakan platform Creative Cloud, aplikasi andalan mereka seperti Photoshop, dan Acrobat menjadi salah satunya. Kelumpuhan sistem ini berlangsung lebih dari 24 jam, mengakibatkan banyak pihak mengalami kerugian. Semua aktivitas yang menggunakan Adobe ID gagal tereksekusi, para pengguna gagal melakukan login, melakukan update, ataupun pembelian produk Adobe.

Ini tentu saja meningkatkan keraguan dari keamanan dan kemampuan komputasi awan, segala informasi, aplikasi, dan platform yang terintegrasi dengan suatu pelayanan komputasi awan turut terseret, menghadirkan efek berantai secara tidak langsung. Contohnya saat tahun lalu Adobe diretas, beberapa akun Facebook terpaksa dinon-aktifkan terkait hilangnya jutaan password yang memiliki akses login yang serupa dengan Adobe.

Jika kita menyimpan seluruh data pribadi di cloud, terlepas dari masih buruknya koneksi internet di Indonesia, kesalahan bisa datang dari berbagai pihak termasuk penyedia layanan cloud. Data dan aplikasi berbasis cloud membutuhkan stabilitas koneksi internet yang baik untuk menikmati layanan dengan maksimal, apalagi ada harga yang harus dibayar untuk mengakses cloud kapan dan di mana saja. Lantas ketika sistem lumpuh, semua pengguna akan meragukan alasan mereka membayar layanan tanpa kepastian sistem akan bangkit kembali.

Dilansir dari Infoworld, kejadian yang dialami Adobe meyakinkan dunia bahwa tidak ada infrastruktur cloud yang sempurna, entah sebesar atau secanggih apapun perusahaan tersebut, kegagalan sistem tetap mengancam. Pasalnya tak hanya Adobe Creative Cloud, Dropbox pun pernah lumpuh selama 16 jam pada Januari 2013, Google Drive mengalami kejadian serupa pada Maret 2013, dan segala kelumpuhan infrastruktur cloud sejak tahun 2007 diduga mencapai angka USD 71 juta.

Ini juga menjadi peringatan bagi pengguna layanan cloud dari penyedia lain seperti Google Apps, Office365 dari Microsoft, atau iWork for iCloud dari Apple, untuk memperhatikan kemungkinan kelumpuhan sistem yang akan terjadi jika mereka terlalu mengandalkan cloud.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Michael Erlangga.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Airbnb Tawarkan Promo Diskon di Indonesia Bersama Kartu Kredit BCA

Next Story

Windows 7 Tetap Akan Dipasarkan Untuk Pemerintah Tiongkok

Latest from Blog

Don't Miss

Awanio Officially Launches as A PaaS to Help Developers Manage the Server Infrastructure

Cloud computing is the foundation of many digital products nowadays.
Awanio Manajemen Server

Awanio Meluncur sebagai PaaS, Bantu Pengembang Kelola Infrastruktur Server

Komputasi awan adalah “semen dan bata bagi banyak produk digital