Saat produk telah diluncurkan bukan hanya dukungan yang nantinya akan diterima, namun juga bentuk kritikan dan masukan dari pelanggan. Feedback idealnya bisa menjadi salah satu upaya untuk melakukan revisi, perbaikan, mengurangi hingga penambahan fitur yang diperlukan terhadap produk yang dibuat.
Bagaimana caranya menerima sebuah feedback yang terkadang lebih banyak mengandung unsur negatif dari pada positif? Tips DailySocial kali ini akan membahas secara lugas bagaimana seorang Product Designer mengolah sebuah feedback, seperti yang ditulis J.T. Trollman, seorang Product Designer Facebook dalam halaman Medium-nya.
Bagaimana kita menerima kritikan?
Kreativitas sepenuhnya ditentukan oleh polarisasi, mulai dari arsitektur, tulisan, hingga desain produk digital. Untuk membuat produk ideal tidak selamanya harus menyenangkan pihak tertentu. Adalah menjadi kesalahan jika pada akhirnya anda mengharapkan produk yang dibuat langsung diterima oleh semua orang.
Terima dengan bijak semua masukan atas produk yang dibuat. Pendapat dan komentar yang masuk bukanlah suatu hal yang perlu dihindari atau menjadi suatu hal yang tabu. Coba pelajari dengan benar kritikan yang masuk, namun terima dengan semua kerendahan hati semua pujian yang datang.
Yang perlu diperhatikan adalah ketika kritikan datang mengubah total keseluruhan produk yang ada. Coba atur strategi yang benar dan teliti lebih jauh ulasan yang dibuat oleh media atau tech blogger tentang kekurangan produk anda.
Kuncinya adalah bagaimana caranya menjadi pendengar yang baik, karena kritik bukan hanya dari pelanggan, melainkan juga project manager hingga investor.
Mengetahui nilai inti produk
Belajar dari pengalaman pribadi bekerja Facebook yang merupakan perusahaan Internet multinasional yang mengoperasikan situs web jejaring sosial, saya menyadari sepenuhnya pentingnya memahami nilai-nilai luhur perusahaan.
Sejak awal komitmen Facebook adalah membuat dunia menjadi lebih terbuka dan mudah diakses serta menghubungkan semua orang dalam satu platform. Dari situlah pada akhirnya yang membantu saya dalam mengerjakan sebuah proyek bersama tim dengan begitu jalan menuju keberhasilan pun jadi lebih mudah dicapai.
Mengetahui nilai inti produk yang dibuat (core value), atau biasanya juga disebut sebagai corporate value, merupakan sebuah komitmen yang wajib dijalankan oleh semua pihak di perusahaan secara konsisten. Nilai-nilai tersebut nantinya juga dapat membentuk karakter setiap individu agar memiliki semangat, visi dan tujuan yang sama.
Ketika pada saatnya memperbaiki feedback negatif terhadap produk yang ada, coba tarik kembali masalah apa yang ingin diperbaiki. Untuk memudahkan pelajari pula frameworks yang dimiliki oleh Sakichi Toyoda dalam tulisannya Five Whys. Diharapkan nantinya Anda pun memiliki metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Kumpulkan data survei
Baru-baru ini sebuah studi di Standford membuktikan bahwa terkadang feedback negatif dari satu orang yang menyuarakan kekecewaannya secara terang-terangan (online) kita anggap sebagai perwakilan ungkapan kekecewaan dari sekelompok orang. Pemikiran seperti inilah yang harus diubah.
Kebanyakan product designer kerap membuat produk yang baik agar bisa diterima orang banyak, namun pada akhirnya hal tersebut bukanlah sesuatu hal yang prioritas.
Jika diperlukan, data survei bisa dikumpulkan demi mendapatkan feedback yang sesuai dan tepat. Idealnya data survei bisa dikumpulkan lebih dahulu sebelum produk diluncurkan, namun ketika produk sudah diluncurkan adalah cara yang dapat diandalkan untuk menyampaikan pengalaman yang paling umum.
Fungsi utama pengumpulan survei adalah agar nantinya bisa lebih fokus kepada kebiasaan penggunaan aplikasi atau produk yang telah dibuat.
Pada akhirnya dengan menggunakan data secara efektif tidak berarti akan menggantikan intuisi dengan Excel dan mengetahui nilai inti produk anda bukan berarti menjadi pemikiran yang harus Anda kejar. Mendengarkan pendapat baik atau buruk dari orang-orang menggunakan produk Anda (atau membaca artikel Anda) akan memandu jalan Anda ke arah perbaikan.