Memiliki situs online bagi UMKM merupakan salah satu cara untuk mendongkrak penjualan dan membuat bisnis mereka lebih mudah ditemukan oleh pembeli. Namun, memiliki situs online bisa menimbulkan masalah lain, yakni bagaimana membuat dan mengelola website itu.
Saat ini, berapa banyak UKM yang akhirnya terus serius untuk mengelola website? Sebab untuk mengelola situs tidak semudah yang dibayangkan, dibutuhkan pengetahuan dan konsistensi.
“Walaupun peta digital terus bergeliat, sepertinya banyak UKM yang belum begitu mahir memanfaatkan gelombang baru media ini. Sehingga perlu sebuah wadah seperti Terasolo ini,” ujar Tommy Herdiansyah, managing partner dari Terasolo.
Inilah yang mendasari berdirinya Terasolo, sebuah penerbit lokal yang mengkhususkan diri mengulas usaha UKM dan membantunya kampanye di media sosial sekaligus forum-forum online. Situs ini sendiri masih di bawah naungan PT. Dynamic Nusantara Digital, atau perusahaan yang didirikan oleh Tommy Herdiansyah dan Febrian Shandy, perusahaan yang sama dengan co-working space @codemargonda. “Namun seiring berjalan, diharapkan Terasolo dapat mandiri secara finansial.”
Untuk konten, Terasolo sendiri fokus kepada Culturepreneur, mengangkat cerita UKM yang memproduksi, menjual, memiliki jasa yang sangat Indonesia (Solo). “Terasolo sangat konsen untuk membuat bisnis yang menghasilkan produk bercitarasa Indonesia terus tumbuh dan tidak hilang karena anak muda tidak melihatnya sebagai sesuatu yang keren.”
Warisan pembangunan orde baru yang tersentralisasi ternyata masih menyisa saat ini. Semua sentra bisnis besar dan penerbit besar berpusat di Jakarta, menjadikan UKM daerah di Indonesia yang tak hanya sebatas Jakarta ini menjadi kurang terlihat. Internet sedikit demi sedikit mengikis batas ini. Informasi tak hanya berasal dari media umum yang besar dan sudah mapan, namun penerbit dan blog kecil juga dapat menjadi sebuah corong informasi bagi daerahnya.
Seperti Terasolo, meski traffic dari situsnya hanya mencapai 25.000 pageview perbulan, namun rupanya sudah cukup efektif menjadi sebuah penerbit yang memberikan penyiaran bagi kota Solo dan wirausaha di daerah tersebut. Dua pengusaha yang akhirnya diliput media besar adalah pengusaha lilin dan juga pengusaha kafe herbal dan batik. “Setelah ditanyakan darimana media cetak dan elektronik nasional tersebut mengetahui bisnis mereka, jawabannya: Terasolo.”
Liputan media secara besar hingga saat ini masih merupakan sebuah cara yang dinilai efektif untuk menguatkan brand dan promosi bisnis agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Ini adalah nilai ekonomi yang dapat diberikan publisher lokal kepada UKM.
“Ibu Sumarsi, seorang pengusaha UKM, mendapatkan pesanan melalui telepon dari orang Indonesia yang tinggal di Amerika setelah membaca Terasolo. Bahkan ibu Sumarsi sempat tidak percaya dan menghubungi tim Terasolo untuk memastikan bahwa ini bukan telepon penipuan,” tutur Tommy.
Bertempat di Jalan Apel III no 27, Jajar, Solo, saat ini tim Terasolo sudah memiliki enam orang reporter, satu orang penerjemah bahasa Inggris, satu socmed manager, dua orang editor, dua orang business development, dan satu orang managing partner dan CEO, Hendri Destiwanto.
Visi dari Terasolo sendiri yang ingin memajukan UKM, maka tidak hanya peliputan dan ekposur pemberitaan namun 60 persen dari kegiatan Terasolo justru tercurah pada ajang offline. Terasolo menjadi tempat berdiskusi UKM tentang branding dan marketing.
“Setiap bulan kami mengadakan penyuluhan kepada UKM. Bulan lalu kami mengenalkan mengenai Social Media for SME, tanggal 19 Oktober nanti kami akan mengadakan penyuluhan mengenai Branding & Marketing for SME dan juga akan sedikit mengulas mengenai pengelolaan keuangan UKM, karena di bulan Novembernya kami akan fokus kepada pemberian kapasitas mengenai pengelolaan dan laporan keuangan UKM.”
Selain kelas bulanan, Terasolo juga akan berencana menyiapkan modul-modul berjenjang untuk mengajarkan materi praktikal dalam berbisnis. UKM akan mengikuti kelas dari modul basic hingga advance. “Setelah Solo rencananya kami akan melebarkan sayap ke lima kota. Sampai akhir tahun kami menargetkan Semarang dan Jogja.”