Dark
Light

Mendorong Terus Kehadiran Startup di Luar Jabodetabek

2 mins read
January 12, 2021
Startup di luar Jabodetabek dibutuhkan untuk memberikan solusi unik yang mungkin hanya bisa dilakukan startup setempat / DepositPhotos
Startup di luar Jabodetabek dibutuhkan untuk memberikan solusi unik yang mungkin hanya bisa dilakukan startup setempat / DepositPhotos

Makin sengitnya persaingan bisnis di kota tier 1 Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, membuat startup-startup baru mencoba mengalihkan fokusnya ke kota-kota tier 2 dan 3. Mereka menawarkan solusi unik yang dianggap relevan untuk menyelesaikan permasalahan di kota tersebut. Diklaim startup seperti ini bisa tumbuh positif meski tidak menawarkan layanan ke kota-kota top tier.

Yogyakarta, misalnya, tidak hanya disebut sebagai surganya para developer, tetapi juga telah melahirkan beberapa startup yang hingga saat ini masih eksis dan bertahan.

Salah satu startup Yogyakarta adalah Titipku. Startup yang didirikan Henri Suhardja ini mengubah strategi yang tadinya berupa marketplace nasional, menjadi marketplace dengan konsep hyperlocal, yaitu fokus mendigitalkan area demi area, dimulai dari pasar sebagai jantung perdagangan setiap area.

“Setiap area Titipku ini luasnya hanya sebesar kecamatan. Kami promosikan kepada masyarakat setempat untuk belanja online dari UKM dan pasar yang mereka sudah kenal melalui Titipku. Kami memperoleh hasil yang sama-sama tinggi, baik di kota besar maupun di daerah. Tidak menyangka bahwa aplikasi Titipku bertumbuh pesat dengan konsep hyperlocal.”

Didirikan sejak tahun 2017, Titipku mengklaim telah merangkul puluhan ribu UKM dan ratusan ribu pengguna. Hingga akhir bulan Desember 2020, perusahaan mencatat pertumbuhan omzet lebih dari 700%. Sepanjang 2020 Titipku juga menambah 31 ribu pedagang baru. Hal ini tercapai berkat kinerja dari sekitar 7 ribu “penjelajah” (istilah untuk pengguna aplikasi yang mengunggah informasi UKM yang ditemui).

Sementara layanan cloud kitchen seperti Waku, meski berbasis di Jakarta, mulai melakukan ekspansi ke kota-kota lain di Indonesia. Setelah melakukan ekspansi di Medan dan Denpasar, kini mereka juga telah hadir di Bandung dan Tegal. Founder & CEO Anthony Gunawan mengungkapkan, alasan utama mengapa kota-kota tersebut dipilih untuk ekspansi adalah adanya klien anchor yang perlu dilayani.

“Selain Denpasar dan Medan, kami sudah berhasil ekspansi ke Bandung dan Tegal juga. Empat kota-kota baru ini termasuk kota yang menjadi target ekspansi kami di tahun 2021,” kata Anthony.

Anthony menambahkan, saat melakukan kurasi wilayah yang ideal untuk ekspansi, mereka mengacu ke peluang pasar dan permintaan ekspansi dari klien. Perusahaan juga melihat kota-kota lain yang memiliki potensi, meskipun belum memiliki klien di lokasi tersebut. Untuk kota-kota tier 2 dan tier 3, Anthony melihat potensinya masih besar.

“Tentunya wilayah-wilayah yang padat dengan perusahaan-perusahaan dan badan-badan pemerintahan. Kami juga mulai fokus pada wilayah padat pendidikan dan organisasi yang akan menjadi target pasar baru kami,” kata Anthony.

Menurut data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) di bulan Mei 2019, 52,7 persen startup di tanah air berada di Jabodetabek. MIKTI mencatat ada 168 startup yang tersebar di Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Dibutuhkan sebuah kampanye atau program yang lebih intensif untuk meningkatkan pemerataan semangat kewirausahaan ke seluruh Indonesia.

Sebagai organisasi yang mencari potensi terbaik dari startup Indonesia, Endeavor Indonesia melihat startup di Jabodetabek dan di luar Jabodetabek memiliki potensi dan peluang yang sama besarnya. Endeavor Indonesia berupaya tidak hanya fokus pada daerah tertentu ketika melakukan scouting untuk mencari calon Endeavor Entrepreneur.

“Kami ingin mencari lebih banyak startup yang berasal dari daerah, memiliki latarbelakang unik namun memiliki impact yang besar. Bisa jadi mereka yang berasal dari kalangan menengah kebawah dan memiliki perhatian dengan lingkungan akan menjadi prioritas kami ke depannya,” kata Chairman Endeavor Indonesia Arif P. Rachmat.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), hingga Q2 2020, pengguna internet terbanyak berasal dari provinsi Jawa Barat, yakni 35,1 juta orang. Posisi ini disusul Jawa Tengah dengan 26,5 juta orang dan Jawa Timur dengan 23,4 juta orang.

Previous Story

V-MODA Luncurkan Headphone Noise-Cancelling Pertamanya, M-200 ANC

Next Story

Seputar PES E-League Thailand 2021 dan Persiapan Zeus Gaming

Latest from Blog

Don't Miss

DailySocial mewawancarai Elfitra Augustin dari Endeavor Indonesia / DailySocial

[Video] Strategi Endeavor Indonesia Dorong Ekosistem Startup yang Lebih Merata

Sebagai salah satu fasilitator yang memiliki jaringan luas, Endeavor membantu
Dua belas startup besar Indonesia masuk dalam kohort pertama Endeavor ScaleUp Growth Program

Dua belas Startup Besar Indonesia Masuk dalam Kohort Pertama Endeavor ScaleUp Growth Program

Dua puluh tiga entrepreneur dari dua belas startup terpilih untuk